Gerakan Pakai Masker dan Upaya Rebranding Indonesia
Kamis, 09 Juli 2020 - 19:53 WIB
Sigit Pramono
Pemimpin Gerakan Pakai Masker, Chairman Indonesian Institute for Public Governance, Wakil Ketua Umum Kadin
BEBERAPA hari terakhir beredar kabar buruk bahwa warga negara Indonesia termasuk dalam kelompok beberapa warga negara asing yang belum bisa masuk ke negara-negara di Eropa. Ini melengkapi kabar buruk yang beredar bulan Juni lalu yang dilansir majalah Forbes bahwa Indonesia ada di peringkat 97 dari 100 Negara di Dunia yang paling aman dari Covid-19. Apa sebaiknya reaksi kita mendengar kabar buruk ini? Marah? Jengkel? Acuh tak acuh? Atau berupaya memperbaiki diri?
Kita tidak punya wewenang melarang bangsa lain membangun persepsi terhadap bangsa kita. Itu hak mereka. Sama dengan kita juga berhak membentuk persepsi bangsa lain. Reaksi terbaik kita seharusnya adalah berupaya untuk memperbaiki citra atau persepsi buruk itu. Apa konsekuensi jika bangsa kita dipersepsikan tidak mampu melakukan penanganan krisis akibat pandemi Covid-19 ?
Pertama, Indonesia akan menjadi negara pilihan terakhir yang akan dikunjungi investor untuk melakukan transaksi bisnis. Kedua, Indonesia akan menjadi negara pilihan terakhir yang akan dikunjungi wisatawan asing. Kita semua tahu sampai sekarang belum ada wisatawan asing yang berkunjung ke negara kita. Kita boleh saja mempersiapkan semua destinasi wisata kita agar siap menerima wisatawan dengan protokol pencegahan penularan Covid-19 yang ketat. Masalahnya jika turisnya yang tidak mau datang karena tidak merasa aman di Indonesia, kita bisa melakukan apa? Ketiga, warga negara Indonesia akan dipersulit memasuki negara lain. Kabar yang menjadi pembuka tulisan ini di atas adalah buktinya. Keempat, jamaah haji dan umroh Indonesia akan menjadi jamaah terakhir yang boleh masuk ke Arab Saudi. Kenyataannya sampai sekarang jamaah Indonesia belum boleh masuk ke Arab Saudi.
Jika hal-hal di atas terjadi maka proses pemulihan perekonomian kita dari dampak krisis karena pandemi akan semakin lama. Sampai sekarang hotel-hotel belum ada tamu, biro perjalanan wisata tidak beroperasi, restoran dan rumah makan sepi wisatawan, pemandu wisata menganggur, biro perjalanan haji dan umroh bangkrut dan masih banyak lagi. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukan rebranding negeri kita. Dari negara yang dianggap tidak mampu menangani pandemi, yaitu di peringkat 97 dari 100 negara paling aman dari Covid-19, menjadi negara yang berhasil menangani pandemi. Kita harus menargetkan jadi negara nomor 3 paling aman di dunia dari Covid-19. Apakah itu bukan sesuatu yang mustahil? Apakah itu mungkin terjadi? Mengapa tidak?
Persoalannya sekarang ini pilihan kita tidak banyak. Bahkan jika kita belajar dari pengalaman kita menangani pandemi Covid-19 dari sejak wabah merebak sampai sekarang, kita hanya punya satu pilihan yang tersisa, yaitu mendisiplinkan masyarakat pakai masker. Tentu dengan upaya lainnya yang sudah menjadi paket “ 3 in 1” yaitu : Pakai Masker, Jaga Jarak, Jaga Kesehatan dengan sering cuci tangan. Meningkatkan kesadaran dan disiplin masyarakat memakai masker harus menjadi sebuah gerakan nasional yang masif. Gerakan Pakai Masker harus menjadi hajat hidup semua pihak, tanpa terkecuali. Pemerintah dan semua warga negara.
Gerakan pakai masker ini sejatinya jauh lebih murah dari pada kita melakukan PSBB yang biayanya mahal, melibatkan banyak sekali pihak, memobilisasi Aparatur Sipil Negara, Polisi,TNI, dan sebagainya. Memakai masker mungkin banyak yang menganggapnya sepele, remeh temeh. Tetapi jika masyarakat disiplin pakai masker dapat mengurangi jumlah korban karena Covid-19, karena memakai masker akan mengurangi risiko tertular dan menularkan virus korona turun hingga 70%. Jika ditambah dengan kebiasaan jaga jarak dan cuci tangan risiko tertular dan menularkan virus korona turun hampir 100%. Dan yang paling penting, jika kita berhasil dengan gerakan pakai masker ini, orang akan melupakan kegagalan kita dalam melakukan PSBB sebelumnya.
Tujuan utama gerakan pakai masker adalah mengurangi jumlah korban karena pandemi Covid-19. Sebagai bonusnya kita dapat sekaligus melakukan “rebranding’ melalui Gerakan Pakai Masker. Kita akan mengubah persepsi bangsa lain terhadap Indonesia, dari bangsa yang dianggap gagal menangani pandemi, menjadi bangsa yang berhasil dalam penanganan pandemi. Di samping itu jika gerakan pakai masker berhasil akan dapat mencegah kemungkinan dilakukannya PSBB lagi di masa yang akan datang. Karena jika dilakukan lagi PSBB jelas akan membawa dampak lebih buruk pada perekonomian dan dunia bisnis. Jika kita melakukan PSBB lagi mungkin kita dapat menyelamatkan nyawa, tetapi kita tidak bisa menyelamatkan ekonomi.
Pemimpin Gerakan Pakai Masker, Chairman Indonesian Institute for Public Governance, Wakil Ketua Umum Kadin
BEBERAPA hari terakhir beredar kabar buruk bahwa warga negara Indonesia termasuk dalam kelompok beberapa warga negara asing yang belum bisa masuk ke negara-negara di Eropa. Ini melengkapi kabar buruk yang beredar bulan Juni lalu yang dilansir majalah Forbes bahwa Indonesia ada di peringkat 97 dari 100 Negara di Dunia yang paling aman dari Covid-19. Apa sebaiknya reaksi kita mendengar kabar buruk ini? Marah? Jengkel? Acuh tak acuh? Atau berupaya memperbaiki diri?
Kita tidak punya wewenang melarang bangsa lain membangun persepsi terhadap bangsa kita. Itu hak mereka. Sama dengan kita juga berhak membentuk persepsi bangsa lain. Reaksi terbaik kita seharusnya adalah berupaya untuk memperbaiki citra atau persepsi buruk itu. Apa konsekuensi jika bangsa kita dipersepsikan tidak mampu melakukan penanganan krisis akibat pandemi Covid-19 ?
Pertama, Indonesia akan menjadi negara pilihan terakhir yang akan dikunjungi investor untuk melakukan transaksi bisnis. Kedua, Indonesia akan menjadi negara pilihan terakhir yang akan dikunjungi wisatawan asing. Kita semua tahu sampai sekarang belum ada wisatawan asing yang berkunjung ke negara kita. Kita boleh saja mempersiapkan semua destinasi wisata kita agar siap menerima wisatawan dengan protokol pencegahan penularan Covid-19 yang ketat. Masalahnya jika turisnya yang tidak mau datang karena tidak merasa aman di Indonesia, kita bisa melakukan apa? Ketiga, warga negara Indonesia akan dipersulit memasuki negara lain. Kabar yang menjadi pembuka tulisan ini di atas adalah buktinya. Keempat, jamaah haji dan umroh Indonesia akan menjadi jamaah terakhir yang boleh masuk ke Arab Saudi. Kenyataannya sampai sekarang jamaah Indonesia belum boleh masuk ke Arab Saudi.
Jika hal-hal di atas terjadi maka proses pemulihan perekonomian kita dari dampak krisis karena pandemi akan semakin lama. Sampai sekarang hotel-hotel belum ada tamu, biro perjalanan wisata tidak beroperasi, restoran dan rumah makan sepi wisatawan, pemandu wisata menganggur, biro perjalanan haji dan umroh bangkrut dan masih banyak lagi. Jadi apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukan rebranding negeri kita. Dari negara yang dianggap tidak mampu menangani pandemi, yaitu di peringkat 97 dari 100 negara paling aman dari Covid-19, menjadi negara yang berhasil menangani pandemi. Kita harus menargetkan jadi negara nomor 3 paling aman di dunia dari Covid-19. Apakah itu bukan sesuatu yang mustahil? Apakah itu mungkin terjadi? Mengapa tidak?
Persoalannya sekarang ini pilihan kita tidak banyak. Bahkan jika kita belajar dari pengalaman kita menangani pandemi Covid-19 dari sejak wabah merebak sampai sekarang, kita hanya punya satu pilihan yang tersisa, yaitu mendisiplinkan masyarakat pakai masker. Tentu dengan upaya lainnya yang sudah menjadi paket “ 3 in 1” yaitu : Pakai Masker, Jaga Jarak, Jaga Kesehatan dengan sering cuci tangan. Meningkatkan kesadaran dan disiplin masyarakat memakai masker harus menjadi sebuah gerakan nasional yang masif. Gerakan Pakai Masker harus menjadi hajat hidup semua pihak, tanpa terkecuali. Pemerintah dan semua warga negara.
Gerakan pakai masker ini sejatinya jauh lebih murah dari pada kita melakukan PSBB yang biayanya mahal, melibatkan banyak sekali pihak, memobilisasi Aparatur Sipil Negara, Polisi,TNI, dan sebagainya. Memakai masker mungkin banyak yang menganggapnya sepele, remeh temeh. Tetapi jika masyarakat disiplin pakai masker dapat mengurangi jumlah korban karena Covid-19, karena memakai masker akan mengurangi risiko tertular dan menularkan virus korona turun hingga 70%. Jika ditambah dengan kebiasaan jaga jarak dan cuci tangan risiko tertular dan menularkan virus korona turun hampir 100%. Dan yang paling penting, jika kita berhasil dengan gerakan pakai masker ini, orang akan melupakan kegagalan kita dalam melakukan PSBB sebelumnya.
Tujuan utama gerakan pakai masker adalah mengurangi jumlah korban karena pandemi Covid-19. Sebagai bonusnya kita dapat sekaligus melakukan “rebranding’ melalui Gerakan Pakai Masker. Kita akan mengubah persepsi bangsa lain terhadap Indonesia, dari bangsa yang dianggap gagal menangani pandemi, menjadi bangsa yang berhasil dalam penanganan pandemi. Di samping itu jika gerakan pakai masker berhasil akan dapat mencegah kemungkinan dilakukannya PSBB lagi di masa yang akan datang. Karena jika dilakukan lagi PSBB jelas akan membawa dampak lebih buruk pada perekonomian dan dunia bisnis. Jika kita melakukan PSBB lagi mungkin kita dapat menyelamatkan nyawa, tetapi kita tidak bisa menyelamatkan ekonomi.
tulis komentar anda