Narasi Khilafah Harus Dilawan dengan Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin
Minggu, 27 November 2022 - 21:32 WIB
JAKARTA - Khilafah dipahami sebagai sebuah konsep kenegaraan berdasarkan syariat Islam. Konsep itu menginginkan seluruh umat muslim disatukan dalam satu sistem kekhalifahan atau pemerintahan yang tunggal. Namun belakangan, kelompok radikal kerap mempromosikan khilafah sebagai solusi segala problem kebangsaan, termasuk ancaman resesi ekonomi.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) Jihaduddin menjelaskan, narasi khilafah sebagai solusi segala permasalahan bangsa merupakan hasil kekeliruan atas sempitnya pola pikir dan pengetahuan. Hal ini kian memprihatinkan tatkala kelompok tersebut mulai menjual ketakutan resesi ekonomi.
"Kenapa yang diangkat hanya soal itu itu saja? Karena mereka hanya melihat dari sisi, bagaimana sebuah pemerintahan itu semestinya memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dia menganggap yang bisa menyejahterakan itu hanya dengan konsep khilafah, padahal tidak seperti itu," kata Jihaduddin dalam keterangan tertulis, Minggu (27/11/2022).
Menurutnya, penerapan sistem kekhilafahan bukanlah solusi mutlak sebagaimana yang dipromosikan. Jihaduddin menganggap ada cara lain yang bisa diterapkan dalam masyarakat untuk menyelamatkan bangsa dari berbagai problem kebangsaan.
"Tentunya dengan konsep Islam yang rahmatan lil alamin yang saling mendukung. Kalau semuanya saling memahami dan menolong tentunya nggak mungkin akan terjadi juga (dampak resesi)," tutur kiai yang akrab disapa Jihad ini.
Ketika semua umat menyadari bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah, maka diyakini kondisi kebangsaan akan baik-baik saja. Selain itu, umat juga meyakini dengan baik ajaran agama dan keyakinannya, tidak setengah-setengah. Dalam Islam, pemahaman konsep Islam rahmatan lil alamin itulah yang perlu dipelajari dan diperdalam.
Baca juga: LPOI Tegaskan Khilafah Bukan Solusi Masalah Kebangsaan
"Saya melihat dari hampir 150 pemuka agama dunia di acara Religion Forum (Forum Agama) atau R20 di rangkaian G20 di Bali kemarin, mereka meyakini bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan masalah apa pun, bukan untuk menjadikan konflik. Saya kira semuanya akan baik-baik saja," katanya.
Wakil Rektor Universitas Mathla'ul Anwar Banten ini menegaskan, khilafah bukan solusi untuk problem kebangsaan. Pemerintahan bersih dan masyarakat yang menyadari dengan baik sejarah pembentukan bangsa ini merupakan kunci dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Menurut Jihad, kini masyarakat sudah tidak begitu tertarik dengan isu khilafah. Masyarakat telah bosan dan kian enggan menanggapi narasi-narasi liar khilafah yang terus-menerus bergulir di setiap kesempatan. Situasi ini menjadi kesempatan baik bagi semua pihak, termasuk tokoh agama untuk lebih massif menanamkan nilai aqidah dan akhlak kepada masyarakat sebagai hal yang bisa aplikasikan dalam kehidupan sosial.
"Jadi agama itu bukan teori tapi harus diaplikasikan. Saya selalu sampaikan dan mendorong bagaimana pendekatan dan pemahaman agama itu lebih kepada praktik, bukan teori. Juga tentang kesalehan sosial. Bukan hanya tentang kesalehan pribadi, karena kebahagiaan itu menurut Allah SWT tidak sendiri, namun bersama-bersama," ujarnya.
Di Mathla'ul Anwar selalu menanamkan tidak hanya nilai keagamaan yang rahmatan lil alamin saja, namun juga nilai ke-Indonesiaan tentang bagaimana menghargai sejarah perjuangan para founding fathers, serta menjaga dan merawat Indonesia sebagai rumah milik keberagaman.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) Jihaduddin menjelaskan, narasi khilafah sebagai solusi segala permasalahan bangsa merupakan hasil kekeliruan atas sempitnya pola pikir dan pengetahuan. Hal ini kian memprihatinkan tatkala kelompok tersebut mulai menjual ketakutan resesi ekonomi.
"Kenapa yang diangkat hanya soal itu itu saja? Karena mereka hanya melihat dari sisi, bagaimana sebuah pemerintahan itu semestinya memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dia menganggap yang bisa menyejahterakan itu hanya dengan konsep khilafah, padahal tidak seperti itu," kata Jihaduddin dalam keterangan tertulis, Minggu (27/11/2022).
Menurutnya, penerapan sistem kekhilafahan bukanlah solusi mutlak sebagaimana yang dipromosikan. Jihaduddin menganggap ada cara lain yang bisa diterapkan dalam masyarakat untuk menyelamatkan bangsa dari berbagai problem kebangsaan.
"Tentunya dengan konsep Islam yang rahmatan lil alamin yang saling mendukung. Kalau semuanya saling memahami dan menolong tentunya nggak mungkin akan terjadi juga (dampak resesi)," tutur kiai yang akrab disapa Jihad ini.
Ketika semua umat menyadari bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah, maka diyakini kondisi kebangsaan akan baik-baik saja. Selain itu, umat juga meyakini dengan baik ajaran agama dan keyakinannya, tidak setengah-setengah. Dalam Islam, pemahaman konsep Islam rahmatan lil alamin itulah yang perlu dipelajari dan diperdalam.
Baca juga: LPOI Tegaskan Khilafah Bukan Solusi Masalah Kebangsaan
"Saya melihat dari hampir 150 pemuka agama dunia di acara Religion Forum (Forum Agama) atau R20 di rangkaian G20 di Bali kemarin, mereka meyakini bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan masalah apa pun, bukan untuk menjadikan konflik. Saya kira semuanya akan baik-baik saja," katanya.
Wakil Rektor Universitas Mathla'ul Anwar Banten ini menegaskan, khilafah bukan solusi untuk problem kebangsaan. Pemerintahan bersih dan masyarakat yang menyadari dengan baik sejarah pembentukan bangsa ini merupakan kunci dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Menurut Jihad, kini masyarakat sudah tidak begitu tertarik dengan isu khilafah. Masyarakat telah bosan dan kian enggan menanggapi narasi-narasi liar khilafah yang terus-menerus bergulir di setiap kesempatan. Situasi ini menjadi kesempatan baik bagi semua pihak, termasuk tokoh agama untuk lebih massif menanamkan nilai aqidah dan akhlak kepada masyarakat sebagai hal yang bisa aplikasikan dalam kehidupan sosial.
"Jadi agama itu bukan teori tapi harus diaplikasikan. Saya selalu sampaikan dan mendorong bagaimana pendekatan dan pemahaman agama itu lebih kepada praktik, bukan teori. Juga tentang kesalehan sosial. Bukan hanya tentang kesalehan pribadi, karena kebahagiaan itu menurut Allah SWT tidak sendiri, namun bersama-bersama," ujarnya.
Di Mathla'ul Anwar selalu menanamkan tidak hanya nilai keagamaan yang rahmatan lil alamin saja, namun juga nilai ke-Indonesiaan tentang bagaimana menghargai sejarah perjuangan para founding fathers, serta menjaga dan merawat Indonesia sebagai rumah milik keberagaman.
(abd)
tulis komentar anda