Museum Muhammadiyah Diresmikan, Haedar Nashir: Bukan Sekadar Tempat Wisata
Senin, 14 November 2022 - 18:26 WIB
“Kami juga berharap pada seluruh keluarga besar Persyarikatan agar memanfaatkan museum ini sebagai kunci pembuka sejarah dan sekaligus juga maudhu’ah yakni proyeksi Muhammadiyah ke depan dari pelajaran sejarah yang kita dapatkan di museum ini. Museum tidak hanya bicara masa lampau, tapi juga proyeksi ke masa depan,” tegasnya.
Untuk menyempurnakan konten museum, Haedar mengajak seluruh Pimpinan Persyarikatan di tingkat wilayah sampai ranting untuk menyumbangkan artefak sejarah Muhammadiyah yang dimiliki. Selain itu, UAD disarankan untuk membuat kajian etnografis jejak perjalanan dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan.
Sebagai informasi, dalam peresmian ini turut hadir Mengko PMK Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Dadang Kahmad, Ahmad Dahlan Rais, dr. Agus Taufiqurrahman, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua PWM DI. Yogyakarta Gita Danu Pranata, Bantul Abdul Halim Muslih, berserta jajaran khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul dan Provinsi DI. Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Muhadjir mengungkap alasan mengapa museum ditempatkan di UAD. Berdasarkan hasil diskusi dengan Haedar Nashir, UAD adalah kampus tertua Muhammadiyah di Yogyakarta. Alasan kedua, agar pengelolaan museum yang termasuk high cost (berbiaya tinggi) dapat terakomodasi, apalagi museum ini terletak di kompleks pendidikan.
“Museum ini saya harapkan adalah sejarah Muhammadiyah di dalam ikut ambil bagian dalam perjuangan nasional, dalam ikut memerdekakan Indonesia, dalam mengisi kemerdekaan, ini yang dipanggungkan kembali dalam ruangan ini dan kemudian nanti tempat-tempat, situs-situs itu harus bisa kita benahi kembali untuk studi-studi lapangan bagi mereka yang berminat dengan Muhammadiyah,” kata Muhadjir.
Tak hanya museum, Muhadjir juga berharap situs-situs Muhammadiyah di Yogyakarta ini untuk dibenahi sebagai lokasi wisata religius, termasuk makam KH. Ahmad Dahlan supaya generasi-generasi muda Muhammadiyah mengingat sejarah Muhammadiyah.
Untuk menyempurnakan konten museum, Haedar mengajak seluruh Pimpinan Persyarikatan di tingkat wilayah sampai ranting untuk menyumbangkan artefak sejarah Muhammadiyah yang dimiliki. Selain itu, UAD disarankan untuk membuat kajian etnografis jejak perjalanan dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan.
Sebagai informasi, dalam peresmian ini turut hadir Mengko PMK Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Dadang Kahmad, Ahmad Dahlan Rais, dr. Agus Taufiqurrahman, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua PWM DI. Yogyakarta Gita Danu Pranata, Bantul Abdul Halim Muslih, berserta jajaran khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul dan Provinsi DI. Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Muhadjir mengungkap alasan mengapa museum ditempatkan di UAD. Berdasarkan hasil diskusi dengan Haedar Nashir, UAD adalah kampus tertua Muhammadiyah di Yogyakarta. Alasan kedua, agar pengelolaan museum yang termasuk high cost (berbiaya tinggi) dapat terakomodasi, apalagi museum ini terletak di kompleks pendidikan.
“Museum ini saya harapkan adalah sejarah Muhammadiyah di dalam ikut ambil bagian dalam perjuangan nasional, dalam ikut memerdekakan Indonesia, dalam mengisi kemerdekaan, ini yang dipanggungkan kembali dalam ruangan ini dan kemudian nanti tempat-tempat, situs-situs itu harus bisa kita benahi kembali untuk studi-studi lapangan bagi mereka yang berminat dengan Muhammadiyah,” kata Muhadjir.
Tak hanya museum, Muhadjir juga berharap situs-situs Muhammadiyah di Yogyakarta ini untuk dibenahi sebagai lokasi wisata religius, termasuk makam KH. Ahmad Dahlan supaya generasi-generasi muda Muhammadiyah mengingat sejarah Muhammadiyah.
(muh)
tulis komentar anda