Membangun Talkshow (Online)

Rabu, 08 Juli 2020 - 07:00 WIB
Banyak talkshow yang menampilkan pembicara itu-itu saja karena terkenal adalah tidak salah. Tapi masyarakat juga perlu diberi pandangan berbeda mengenai sebuah isu dari pengamat lain. Sangat banyak akademisi, tokoh masyarakat, praktisi, birokrat yang bagus dalam memandang suatu persoalan, tetapi lantaran tidak terkenal tidak diundang bicara. Ini kesalahan yang banyak dilakukan penyelenggara talkshow karena takut acaranya tidak didengar atau ditonton jika menampilkan narasumber tidak populer. Padahal jika bisa mengombinasikan yang terkenal dengan belum terkenal, nantinya menjadi populer juga. Talkshow Polemik itu waktu memunculkan banyak nama semula juga tidak dikenal, tetapi lalu menjadi populer dan menjadi bintang talkshow di berbagai media televisi serta dikutip media cetak dan online .

Tidak sulit mencari orang pandai dan bagus bicara, apalagi sekarang alat komunikasi begitu hebat sehingga pendapat seseorang bisa diketahui secara luas. Pasang kuping dan buka jaringan ke kampus-kampus dengan para akademisi, aktivis, pengamat, dan lainnya, niscaya akan menemukan pembicara hebat dan unik. Salah satu contoh, pada suatu episode membahas kualitas kacang kedelai Indonesia, talkshow Polemik menghadirkan pembicara Dr Jonathan, seorang ahli gizi dari Inggris yang tinggal di London, tetapi sangat paham tentang tempe. Selain melakukan penelitian tentang tempe di Indonesia, Jonathan juga membuat tempe di London dan dijual di sana. Maka talkshow menjadi menarik karena ada pembicara yang tidak biasa.

Ketika mendapat satu nama baru, langkah selanjutnya mengajak ngobrol seraya minum kopi. Melalui perbincangan santai ini akan terlihat seberapa dalam ia menguasai bidangnya? Penting juga menyimak kemampuan menjelaskan secara runut sesuai dengan bidangnya. Jika piawai, satu narasumber sudah ditemukan lagi. Masukkan dalam "kantong", suatu hari nanti diundang dalam talkhsow dengan topik yang sesuai dengan keilmuannya. Banyak akademisi atau pakar bagus dalam menulis artikel di media, tetapi bicara berputar-putar sehingga talkshow menjadi tidak efektif. Pembicara seperti ini, selain membuat moderator kleyengan harus selalu mengarahkan pembicaraan, juga bikin durasi talkshow yang terbatas akan habis tanpa menghasilkan simpulan yang diharapkan.

Harus Berkala

Durasi talkshow sebaiknya satu setengah jam sampai dua jam dengan tiga atau empat pembicara dari berbagai sudut pandang ditambah memberikan ruang kepada penonton ikut bicara. Talkshow online memang tidak terikat oleh waktu alias bisa berjam tayang tidak ada yang melarang selama sanggup bayar data internet. Tapi durasi talkshow yang panjang cenderung berputar-putar pembahasannya, bias, pesan yang disampaikan susah terekam penonton. Menutup talkhsow tepat waktu, meskipun penonton masih tertarik, akan menambah penasaran mereka sehingga menunggu talkshow berikutnya. Jangan baru berhenti makan setelah kenyang, begitu pendapat orang bijak.

Salah satu faktor acara talkshow tidak dikenal masyarakat adalah karena tidak konsisten dalam kepastian jadwal tayang. Tantangan membangun talkshow yang baik adalah mampu hadir secara berkala, konsisten, dan berbobot. Misal talkshow diselenggarakan setiap hari Minggu pukul 10.00, maka setiap hari dan jam yang sama wajib ada sehingga masyarakat dapat mengingat dan menjadwalkan waktunya setiap minggu. Jika jadwal acara berubah-ubah atau antara episode satu dengan selanjutnya cukup lama jedanya, orang cenderung lupa. Ketika talkshow dikelola secara serius, disukai masyarakat, acara tersebut menjadi hidup. Talkshow yang populer dan bermutu akan mudah menghadirkan pembicara sekelas apa pun.

Lewat artikel ini saya titip salam hormat dan terima kasih kepada mereka yang pernah mengisi dan memeriahkan talkshow Polemik yang saya produseri. Mereka semua orang hebat dan terbukti menjadi bintang. Sampai sekarang.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ras)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More