Membangun Talkshow (Online)

Rabu, 08 Juli 2020 - 07:00 WIB
Eddy Koko
Eddy Koko

Produser Talkshow Polemik Radio Trijaya 2005-20013

PEKAN lalu ada undangan ikut serta acara talkshow online. Sekarang sedang marak talkshow online atau webinar karena banyak orang harus di rumah akibat wabah korona. Oleh sebab si pengundang sahabat baik, saya pun ikut serta duduk depan laptop. Tiba-tiba pemandu acara mempersilakan peserta berdiri untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sempat serbasalah sejenak, tapi langsung saya tutup kamera laptop. Pasalnya, walau mengenakan baju rapi berikut peci, terlihat sopan di layar, saya pakai celana kolor.

Hampir setiap hari ada undangan, baik sebagai pembicara atau penggembira talkshow online. Dalam sehari bisa dua sampai tiga talkshow online digelar. Meskipun pergerakan orang terbatas, diskusi tetap berlangsung sebagai salah satu cara memecahkan problem kehidupan masyarakat menggunakan teknologi komunikasi, itu luar biasa. Sekarang ini tidak ada batas wilayah dan waktu menghalangi orang untuk menyelenggarakan talkshow dan sebetulnya orang kita memang suka bicara.

Tapi dari begitu maraknya talkshow online, banyak yang tidak menarik atau membosankan. Mengapa? Dari pengalaman sembilan tahun (2005-2013) mengelola acara Radio Trijaya dengan nama talkshow Polemik, setiap Sabtu pagi, yang direlai 47 stasiun radio di berbagai kota Indonesia, memang tidak mudah. Kecuali jika hanya ingin acara tersebut asal ada untuk menutup jadwal siaran tanpa mempertimbangkan pas tidaknya topik berikut kualitas pembicaranya. Ukuran talkshow Polemik digarap dengan serius, memenuhi keingintahuan masyarakat tentang suatu isu, hal itu dapat dilihat dari begitu banyak pendengar yang ikut berkomentar. Talkshow ini juga diliput hampir semua stasiun televisi nasional, media cetak, media online , termasuk media radio di luar grup Trijaya FM .



Mencermati begitu banyak talkshow online , saat ini terlihat banyak yang dikemas secara asal atau sekadar ikutan zaman, padahal topik yang diangkat cukup bagus. Sebagian talkshow menampilkan pembicara kurang menguasai masalah, tidak piawai menjelaskan, termasuk memasang moderator yang tidak memahami posisinya. Sebagai gambaran, tidak semua penyiar mampu jadi moderator atau sebaliknya. Pernah seorang ekonom terkenal menjadi pemandu acara ekonomi di televisi nasional, tetapi lupa posisinya sehingga lebih banyak omong daripada tamunya.

Pemandu acara talkshow sering juga disebut anchor (jangkar). Mengapa disebut jangkar? Karena tugasnya menjaga agar lajunya kapal tidak keluar dari jalur, yaitu berarti pembicaraan tidak keluar dari topik, jangan sampai ngalor-ngidul, sehingga durasi dan simpulan bisa didapat dengan pas. Jangkar atau moderator talkshow harus menguasai masalah, tahu kapan memotong narasumber bicara dengan luwes, mengingatkan kembali ke topik, bahkan berani menegur pembicara yang menyerang fisik orang lain.

Pemilihan Topik dan Pembicara

Menentukan topik pun perlu jeli disertai riset kecil mengenai ketertarikan masyarakat terhadap sebuah isu. Selalu memantau berita di media massa dan diskusi dengan banyak pihak. Sering terjadi topik bagus, tetapi pembicara buruk meskipun terkenal sehingga talkshow ditinggalkan orang dan gagal. Sebab perlu disadari, seorang perancang acara (produser) bukanlah manusia super yang paham segala hal, sementara talkshow-nya membahas berbagai topik, dari isu politik, budaya, ekonomi hingga olahraga dan sebagainya. Maka produser perlu teman berpikir. Membangun jaringan (sebagai think tank) dengan banyak orang dari berbagai pengetahuan seperti pengamat, akademisi, tokoh masyarakat, birokrat dapat dijadikan ruang diskusi untuk membahas isu apa yang menarik dan siapa pembicara yang cocok.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More