Cerita Luhut Dimarahi Tiga Jenderal Kopassus dari Sintong, Kuntara hingga Benny Moerdani

Minggu, 06 November 2022 - 06:30 WIB
Luhut kemudian menjelaskan jika dirinya melakukan itu semua karena mendapat perintah langsung dari Panglima ABRI/Pangkopkamtib Jenderal TNI L.B. Moerdani, orang kuat kedua setelah Presiden Soeharto sehingga dirinya tidak bisa menolak perintah tersebut.

”Namun dibalik kemarahannya, Pak Sintong sejujurnya sangat menyetujui reorganisasi tersebut. Saat itu kami melakukan skilldown terhadap anggota Kopassus secara bertahap mulai dari 7.000 anggota menjadi 6.000 dan kemudian tersisa 3.000 anggota aktif Kopassus,” kenang Luhut dalam buku biografinya berjudul “Luhut” yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya, dikutip SINDOnews, Minggu (6/11/2022).

Proses seleksi dilakukan dengan cara memanggil seluruh prajurit yang ada ditiga Grup Kopassus yakni, Grup 1 Serang, Grup 2 Solo, dan Grup 3 Karianga yang saat ini menjadi Brigif Para Raider 3 Kostrad. Luhut memanggil ketiga grup itu ke Jakarta untuk mengikuti seleksi yang dilakukan secara bergelombang. Para prajurit pun diuji di situ.

Pasukan diminta berjalan kaki di Sukabumi, kemudian melakukan patroli setiap malam tanpa tidur selama sepekan. Setiap hari, pasukan yang berpatroli malam diminta melapor pukul 04.00 WIB. “Saya melihat cara Luhut dalam menyeleksi. Luhut membuat seleksi bagaimana tanggung jawab itu dikembangkan,” ucapnya.

Namun karena kelelahan hanya separuh jumlah pasukan yang melapor. Sisanya bahkan tidur hingga dua hari. Mereka yang tidak lulus langsung dikembalikan ke daerah asal. ”Akhirnya terpilihlah sebanyak 3.000 anggota. Akibat seleksi tersebut banyak anggota yang frustasi karena dalam pemikiran mereka Komando itu hanya Baret Merah,” kata Sintong.

Kemampuan dan keberhasilan Luhut dalam menjalankan perintah membuatnya kerap mendapat tugas khusus dari Pangab/Pangkopkamtib Jenderal TNI Benny Moerdani. Salah satunya Operasi Pengamanan KTT III ASEAN di Manila, Filipina pada 1987 yang akan dihadiri langsung oleh Presiden Soeharto.

Benny Moerdani yang khawatir akan keselamatan orang nomor satu di Indonesia kemudian memerintahkan langsung Luhut yang saat itu berpangkat Letkol untuk ikut menjaga keselamatan Presiden Soeharto sebagai Komandan Satuan Pengamanan Presiden RI.

Sehari sebelum penugasan itu, Benny memanggilnya. Jenderal yang pernah terjun dalam operasi pembebasan Irian Barat itu berkata dengan dingin. “Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik ini menjadi kacau…!,” kata Benny ditirukan Luhut.



Kekhawatiran Benny Moerdani bukan tanpa alasan mengingat di Filipina tengah terjadi gejolak politik yang diwarnai ancaman kudeta oleh golongan militer pembangkang pimpinan Kolonel “Gringo” Honasan terhadap Presiden Filipina Corazon Aquino. Bahkan informasi terakhir dikabarkan Honasan akan mengganggu penyelenggaraan KTT dan tengah menyusun kekuatan untuk diterjunkan pada saatnya nanti.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More