Cerita Luhut Dimarahi Tiga Jenderal Kopassus dari Sintong, Kuntara hingga Benny Moerdani

Minggu, 06 November 2022 - 06:30 WIB
loading...
Cerita Luhut Dimarahi Tiga Jenderal Kopassus dari Sintong, Kuntara hingga Benny Moerdani
Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan semasa perwira Kopassandha sekarang Kopassus memimpin upacara. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan merupakan salah satu tokoh militer yang selalu menarik untuk dibahas. Perjalanan hidupnya banyak memengaruhi perkembangan TNI khususnya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Tidak sedikit jejak dan torehan prestasi yang ditinggalkan oleh lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil) 1970 ini. Mulai dari reorganisasi Kopassus, pembentukan Detasemen 81 Antiteror Kopassus yang kini bernama Sat 81 Kopassus hingga mendirikan Sekolah Pertempuran Khusus (Sepursus) Detasemen 81/Antiteror Kopassus di Pusdikpassus.

Keinginan pria kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara, 28 September 1947 membentuk pasukan elite dalam sebuah pasukan khusus memang sudah diimpikannya sejak masih dibangku sekolah. Tak heran, semasa menjadi perwira Kopassandha kini Kopassus, Luhut banyak melakukan terobosan dan menjalani tugas-tugas khusus.



Sayangnya, tindakannya menjalankan perintah seringkali terbentur dengan hierarki komando. Tak ayal, Luhut kerap dimarahi oleh atasannya langsung. Salah satunya ketika Luhut yang masih berpangkat Mayor dalam transisi menuju Letnan Kolonel (Letkol) dipercaya oleh Jenderal TNI Leonardus Benjamin Moerdani atau dikenal dengan Benny Moerdani untuk melakukan reorganisasi Kopassus.

Luhut kemudian menyeleksi kembali seluruh prajurit Kopassus yang berjumlah 7.000 orang dan melakukan test secara ketat. Hanya prajurit-prajurit pilihan yang dinyatakan lolos dan diperbolehkan menyandang Baret Merah kebanggaan.



Kerja keras Luhut untuk menyaring prajurit-prajurit andal justru membuat Danjen Kopassus Brigjen TNI Sintong Pandjaitan saat itu marah. Sebab sebagai Danjen Kopassus, Sintong tidak tahu menahu dan merasa tidak dilibatkan dalam reorganisasi itu.

Cerita Luhut Dimarahi Tiga Jenderal Kopassus dari Sintong, Kuntara hingga Benny Moerdani


Luhut kemudian menjelaskan jika dirinya melakukan itu semua karena mendapat perintah langsung dari Panglima ABRI/Pangkopkamtib Jenderal TNI L.B. Moerdani, orang kuat kedua setelah Presiden Soeharto sehingga dirinya tidak bisa menolak perintah tersebut.

”Namun dibalik kemarahannya, Pak Sintong sejujurnya sangat menyetujui reorganisasi tersebut. Saat itu kami melakukan skilldown terhadap anggota Kopassus secara bertahap mulai dari 7.000 anggota menjadi 6.000 dan kemudian tersisa 3.000 anggota aktif Kopassus,” kenang Luhut dalam buku biografinya berjudul “Luhut” yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya, dikutip SINDOnews, Minggu (6/11/2022).

Proses seleksi dilakukan dengan cara memanggil seluruh prajurit yang ada ditiga Grup Kopassus yakni, Grup 1 Serang, Grup 2 Solo, dan Grup 3 Karianga yang saat ini menjadi Brigif Para Raider 3 Kostrad. Luhut memanggil ketiga grup itu ke Jakarta untuk mengikuti seleksi yang dilakukan secara bergelombang. Para prajurit pun diuji di situ.

Pasukan diminta berjalan kaki di Sukabumi, kemudian melakukan patroli setiap malam tanpa tidur selama sepekan. Setiap hari, pasukan yang berpatroli malam diminta melapor pukul 04.00 WIB. “Saya melihat cara Luhut dalam menyeleksi. Luhut membuat seleksi bagaimana tanggung jawab itu dikembangkan,” ucapnya.

Namun karena kelelahan hanya separuh jumlah pasukan yang melapor. Sisanya bahkan tidur hingga dua hari. Mereka yang tidak lulus langsung dikembalikan ke daerah asal. ”Akhirnya terpilihlah sebanyak 3.000 anggota. Akibat seleksi tersebut banyak anggota yang frustasi karena dalam pemikiran mereka Komando itu hanya Baret Merah,” kata Sintong.

Kemampuan dan keberhasilan Luhut dalam menjalankan perintah membuatnya kerap mendapat tugas khusus dari Pangab/Pangkopkamtib Jenderal TNI Benny Moerdani. Salah satunya Operasi Pengamanan KTT III ASEAN di Manila, Filipina pada 1987 yang akan dihadiri langsung oleh Presiden Soeharto.

Benny Moerdani yang khawatir akan keselamatan orang nomor satu di Indonesia kemudian memerintahkan langsung Luhut yang saat itu berpangkat Letkol untuk ikut menjaga keselamatan Presiden Soeharto sebagai Komandan Satuan Pengamanan Presiden RI.

Sehari sebelum penugasan itu, Benny memanggilnya. Jenderal yang pernah terjun dalam operasi pembebasan Irian Barat itu berkata dengan dingin. “Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik ini menjadi kacau…!,” kata Benny ditirukan Luhut.

Cerita Luhut Dimarahi Tiga Jenderal Kopassus dari Sintong, Kuntara hingga Benny Moerdani


Kekhawatiran Benny Moerdani bukan tanpa alasan mengingat di Filipina tengah terjadi gejolak politik yang diwarnai ancaman kudeta oleh golongan militer pembangkang pimpinan Kolonel “Gringo” Honasan terhadap Presiden Filipina Corazon Aquino. Bahkan informasi terakhir dikabarkan Honasan akan mengganggu penyelenggaraan KTT dan tengah menyusun kekuatan untuk diterjunkan pada saatnya nanti.

“Jadi Luhut, taruhan keselamatan Pak Harto adalah lehermu..!” ucapnya lagi. Penugasan khusus lagi-lagi membuat Luhut dimarahi oleh Danjen Kopassus saat itu, Brigjen TNI Kuntara. Ketika itu, Luhut menjelaskan, jika penugasan tersebut bukan atas permintaan dirinya. Namun melihat kemarahan atasannya, Luhut memutuskan untuk menyampaikan kegundahannya ke Benny Moerdani.

”Pak Benny, untuk penugasan-penugasan terhadap saya selanjutnya, sebaiknya dilakukan melalui mekanisme Komando. Yakni melalui atasan langsung,” ucap Luhut kepada Benny.

Benny tampaknya tidak senang dengan pertanyaan itu. Wajahnya lantas mengeras. Tangannya menyapu meja. Terlihat jenderal Baret Merah kelahiran Cepu, Jawa Tengah itu marah.

“Luhut!, kamu tahu apa bedanya Bintang 4 Jenderal dengan Letkol?” katanya.

“Siap!,” tanpa membantah Luhut mengiyakan pernyataan itu.

Kedekatan dengan Benny membawa dampak. Beberapa tahun setelah Pangab ini pensiun, Luhut mengaku menerima konsekuensi telah menjadi golden boy alias anak emas Benny.

“Tapi saya terima itu dengan besar hati. Tidak jadi Danjen Kopassus, tidak jadi Kasdam atau Pangdam. Bagi saya itu harus bayar sebagai akibat kesetiaan yang tegak lurus dan saya bangga mampu menjalankan nilai-nilai yang diturunkan oleh Pak Benny kepada saya,” tutur Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2509 seconds (0.1#10.140)