Memimpin Perubahan untuk Perbaikan
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 15:40 WIB
Saat ini, kondisi dunia tidak sedang baik-baik saja dan penuh ketidakpastian. Untuk itu, ada lima kapabilitas atau kemampuan dasar yang penting dimiliki bangsa Indonesia, yakni: Inovasi (Innovation), Kreativitas (Creativity), Kewirausahaan (Entrepreneurship), Kolaborasi (Collaboration), dan Kepemimpinan (Leadership). Semuanya harus menjadi prioritas individu dan organisasi. Pencapaiannya sangat tergantung pada faktor kepemimpinan.
Karakter pokok bangsa sejak sebelum negara Indonesia merdeka, adalah: berketuhanan, gotong-royong, sopan santun, dan toleransi. Selain itu, semangat pantang menyerah dalam menghadapi keterbatasan di masa kecil akan membentuk karakter kuat di kemudian hari.
Inilah pula yang melahirkan karakter kepemimpinan di masa depan. Karakter ini sangat penting untuk terus ditumbuh-kembangkan bangsa Indonesia. Karakter terpenting untuk dibangkitkan agar kita menjadi bangsa dan negara maju, adalah: Inovasi!
Pada 2045, ketika Indonesia berusia satu abad atau 100 tahun, pemegang tampuk kekuasaan pemerintahan Indonesia adalah Generasi Y atau kaum milenial yang inovatif. Generasi muda bukanlah generasi pewaris, melainkan generasi penentu masa depan. Penulis katakan: “Masa depan tidak berada di pundak kalian, tapi masa depan ada di tangan kalian”.
Peran pemimpin menjadi sangat krusial di dalam sebuah proses perubahan. Sebuah organisasi tidak akan berubah kalau pemimpin-pemimpinnya anti terhadap perubahan. Karenanya, penulis berpedoman, ketika masuk ke sebuah organisasi baru, penulis tidak percaya jika organisasi tersebut sudah mapan. Pasti ada celah-celah kelemahan.
Hal inilah yang sering kali terjadi saat sebuah organisasi dianggap sudah mapan. Semua serba-adem ayem. Perubahan yang terjadi di luar tidak akan dipedulikan, selama perubahan yang terjadi tidak menghantam organisasi tersebut secara langsung.
Ibarat katak yang direbus di dalam panci. Jika katak dimasukkan ke dalam panci berisi air panas, maka secara spontan dia akan melompat keluar. Beda jika ia dimasukkan ke dalam panci yang berisi air biasa, lalu perlahan dipanaskan. Sang katak niscaya mati terebus di dalamnya.
Menuju Perbaikan
Perubahan itu untuk perbaikan. Itulah kata-kata yang selalu penulis pikirkan saat masuk ke penugasan baru. Setiap masuk ke sebuah organisasi baru, jangan percaya bahwa organisasi tersebut tidak memerlukan perubahan. Pasti butuh perubahan!
Setiap pemimpin itu harus memimpin perubahan ke arah perbaikan bersama. Komunikasi antarbagian menjadi target perubahan lainnya. Dengan kerja sama yang baik, proses perubahan akan berjalan lebih efektif. Namun, jika melihat ada yang telah lama berada pada zona nyaman, perlu “pukulan” yang membuat mereka bangun dan sadar urgensi perubahan.
Karakter pokok bangsa sejak sebelum negara Indonesia merdeka, adalah: berketuhanan, gotong-royong, sopan santun, dan toleransi. Selain itu, semangat pantang menyerah dalam menghadapi keterbatasan di masa kecil akan membentuk karakter kuat di kemudian hari.
Inilah pula yang melahirkan karakter kepemimpinan di masa depan. Karakter ini sangat penting untuk terus ditumbuh-kembangkan bangsa Indonesia. Karakter terpenting untuk dibangkitkan agar kita menjadi bangsa dan negara maju, adalah: Inovasi!
Pada 2045, ketika Indonesia berusia satu abad atau 100 tahun, pemegang tampuk kekuasaan pemerintahan Indonesia adalah Generasi Y atau kaum milenial yang inovatif. Generasi muda bukanlah generasi pewaris, melainkan generasi penentu masa depan. Penulis katakan: “Masa depan tidak berada di pundak kalian, tapi masa depan ada di tangan kalian”.
Peran pemimpin menjadi sangat krusial di dalam sebuah proses perubahan. Sebuah organisasi tidak akan berubah kalau pemimpin-pemimpinnya anti terhadap perubahan. Karenanya, penulis berpedoman, ketika masuk ke sebuah organisasi baru, penulis tidak percaya jika organisasi tersebut sudah mapan. Pasti ada celah-celah kelemahan.
Hal inilah yang sering kali terjadi saat sebuah organisasi dianggap sudah mapan. Semua serba-adem ayem. Perubahan yang terjadi di luar tidak akan dipedulikan, selama perubahan yang terjadi tidak menghantam organisasi tersebut secara langsung.
Ibarat katak yang direbus di dalam panci. Jika katak dimasukkan ke dalam panci berisi air panas, maka secara spontan dia akan melompat keluar. Beda jika ia dimasukkan ke dalam panci yang berisi air biasa, lalu perlahan dipanaskan. Sang katak niscaya mati terebus di dalamnya.
Menuju Perbaikan
Perubahan itu untuk perbaikan. Itulah kata-kata yang selalu penulis pikirkan saat masuk ke penugasan baru. Setiap masuk ke sebuah organisasi baru, jangan percaya bahwa organisasi tersebut tidak memerlukan perubahan. Pasti butuh perubahan!
Setiap pemimpin itu harus memimpin perubahan ke arah perbaikan bersama. Komunikasi antarbagian menjadi target perubahan lainnya. Dengan kerja sama yang baik, proses perubahan akan berjalan lebih efektif. Namun, jika melihat ada yang telah lama berada pada zona nyaman, perlu “pukulan” yang membuat mereka bangun dan sadar urgensi perubahan.
tulis komentar anda