Presiden, Pimpinlah Perang Melawan Gagal Ginjal Anak
Jum'at, 21 Oktober 2022 - 15:09 WIB
PEMERINTAH terlihat gagap mengatasi kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang menyerang anak-anak usia 1-5 tahun di negeri ini. Kasusnya terus bertambah dengan tingkat kematian tinggi, di atas 40%. Hingga tulisan ini dibuat sudah dilaporkan 200 kasus serangan gagal ginjal akut di 20 provinsi di Indonesia.
Tercatat 99 anak meninggal dunia. Ini sungguh kejadian yang luar biasa. Namun, penanganan dan pencegahan oleh otoritas kesehatan terkesan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga pencegahan tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat.
Baca Juga: koran-sindo.com
Dalam sepekan terakhir ruang publik dipenuhi dengan kepanikan para orang tua yang memiliki anak balita, terutama kaum ibu, tentang ganasnya serangan penyakit yang belum pernah terinformasikan dengan baik ini.
Sementara otoritas kesehatan, baik itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan para ahli farmalog, epidemiologi masih sibuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan apa penyebab penyakit mematikan ini. Apakah benar dikarenakan efek vaksinasi Covid-19, bakteri, virus, atau faktor lain?
Dugaan sementara penyakit ini disebabkan oleh obat demam cair yang mengandung Etilen Glikol (EG) sehingga pada Kamis (20/10), BPOM mengumumkan penarikan lima produk obat sirup untuk demam, batuk, dan pilek yang kadar EG-nya melebihi ambang batas menurut pengujian laboratorium. Sebelumnya, tersiar kabar bahwa produk obat sirup anak yang berbahaya itu produk dari luar negeri karena banyaknya kasus serupa di India dan Bangladesh.
BPOM menyinyalir kandungan EG yang melebihi batas dalam obat sirup anak itu bukan satu-satunya sebab. Tapi, ada kemungkinan sebab lain yang sekarang sedang dipastikan oleh para ahli dan lembaga yang kompeten menangani.
Yang perlu ditegaskan di sini adalah reaksi cepat dari semua pemangku kepentingan agar masyarakat bisa melakukan pencegahan sedini mungkin atas kejadian ini. Jangan sampai ratusan korban terus bertambah karena ketidakcepatan dan ketidakcermatan kebijakan dan penanganan di lapangan.
Jangan biarkan para orang tua dalam kebingungan ketika harus merawat anaknya yang sedang terkena demam, batuk, dan pilek. Lakukan upaya maksimal agar korban meninggal dunia anak-anak Indonesia tidak bertambah lagi akibat penyakit ini.
Tercatat 99 anak meninggal dunia. Ini sungguh kejadian yang luar biasa. Namun, penanganan dan pencegahan oleh otoritas kesehatan terkesan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga pencegahan tidak bisa dilakukan dalam waktu cepat.
Baca Juga: koran-sindo.com
Dalam sepekan terakhir ruang publik dipenuhi dengan kepanikan para orang tua yang memiliki anak balita, terutama kaum ibu, tentang ganasnya serangan penyakit yang belum pernah terinformasikan dengan baik ini.
Sementara otoritas kesehatan, baik itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan para ahli farmalog, epidemiologi masih sibuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan apa penyebab penyakit mematikan ini. Apakah benar dikarenakan efek vaksinasi Covid-19, bakteri, virus, atau faktor lain?
Dugaan sementara penyakit ini disebabkan oleh obat demam cair yang mengandung Etilen Glikol (EG) sehingga pada Kamis (20/10), BPOM mengumumkan penarikan lima produk obat sirup untuk demam, batuk, dan pilek yang kadar EG-nya melebihi ambang batas menurut pengujian laboratorium. Sebelumnya, tersiar kabar bahwa produk obat sirup anak yang berbahaya itu produk dari luar negeri karena banyaknya kasus serupa di India dan Bangladesh.
BPOM menyinyalir kandungan EG yang melebihi batas dalam obat sirup anak itu bukan satu-satunya sebab. Tapi, ada kemungkinan sebab lain yang sekarang sedang dipastikan oleh para ahli dan lembaga yang kompeten menangani.
Yang perlu ditegaskan di sini adalah reaksi cepat dari semua pemangku kepentingan agar masyarakat bisa melakukan pencegahan sedini mungkin atas kejadian ini. Jangan sampai ratusan korban terus bertambah karena ketidakcepatan dan ketidakcermatan kebijakan dan penanganan di lapangan.
Jangan biarkan para orang tua dalam kebingungan ketika harus merawat anaknya yang sedang terkena demam, batuk, dan pilek. Lakukan upaya maksimal agar korban meninggal dunia anak-anak Indonesia tidak bertambah lagi akibat penyakit ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda