Kagetnya Rudini Jenderal Lulusan Belanda Ditunjuk Soeharto Jadi KSAD
Rabu, 05 Oktober 2022 - 05:20 WIB
Pria kelahiran Malang pada 15 Desember 1929 ini sempat kuliah di Jakarta. Orang tuanya menginginkannya menjadi seorang dokter. Namun, Rudini sesungguhnya sangat ingin menjadi tentara.
Rudini sempat tidak diterima saat mendaftar sebagai prajurit TNI AU lantaran tinggi badannya tak memenuhi syarat. Pada Agustus 1951, Rudini mendengar TNI AD membuka pendaftaran untuk pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Breda, Belanda.
Impian menjadi tentara pun akhirnya diwujudkannya. Pada masa pendidikan itu, dia sempat masuk korps perhubungan, meski kemudian dipindah ke infanteri.
Berbagai penugasan dijalaninya ketika kembali ke Indonesia. Rekam jejak militernya banyak dihabiskan di Korps Baret Hijau Kostrad. Di masa-masa awal kariernya, dia terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan.
Lulus dari Kursus Lanjutan Perwira di Bandung, dia dipercaya sebagai Komandan Batalyon (Danyon) 401/Banteng Raiders. Kemudian pada 1968, batalyon ini menjadi satuan organik Kostrad.
Rudini juga pernah menjabat Kepala Staf dan Komandan Brigade Infanteri Linud 18/Kostrad, Kepala Staf dan Panglima Komando Tempur Lintas Udara, Kas Kostrad, dan Pangdam XIII/Merdeka. Kariernya makin bersinar dengan dipercaya sebagai orang nomor satu di Pasukan Cakra alias Pangkostrad, jabatan strategis yang pernah dipegang Soeharto.
Rekam jejak cemerlang inilah yang membawanya sebagai KSAD. Selepas dari militer, Rudini menjabat sebagai menteri dalam negeri. Setelahnya dia menjadi ketua Lembaga Pemilihan Umum (kini KPU). Rudini meninggal dunia pada 21 Januari 2006 di Jakarta.
Rudini sempat tidak diterima saat mendaftar sebagai prajurit TNI AU lantaran tinggi badannya tak memenuhi syarat. Pada Agustus 1951, Rudini mendengar TNI AD membuka pendaftaran untuk pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Breda, Belanda.
Impian menjadi tentara pun akhirnya diwujudkannya. Pada masa pendidikan itu, dia sempat masuk korps perhubungan, meski kemudian dipindah ke infanteri.
Berbagai penugasan dijalaninya ketika kembali ke Indonesia. Rekam jejak militernya banyak dihabiskan di Korps Baret Hijau Kostrad. Di masa-masa awal kariernya, dia terlibat dalam operasi penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan.
Lulus dari Kursus Lanjutan Perwira di Bandung, dia dipercaya sebagai Komandan Batalyon (Danyon) 401/Banteng Raiders. Kemudian pada 1968, batalyon ini menjadi satuan organik Kostrad.
Rudini juga pernah menjabat Kepala Staf dan Komandan Brigade Infanteri Linud 18/Kostrad, Kepala Staf dan Panglima Komando Tempur Lintas Udara, Kas Kostrad, dan Pangdam XIII/Merdeka. Kariernya makin bersinar dengan dipercaya sebagai orang nomor satu di Pasukan Cakra alias Pangkostrad, jabatan strategis yang pernah dipegang Soeharto.
Rekam jejak cemerlang inilah yang membawanya sebagai KSAD. Selepas dari militer, Rudini menjabat sebagai menteri dalam negeri. Setelahnya dia menjadi ketua Lembaga Pemilihan Umum (kini KPU). Rudini meninggal dunia pada 21 Januari 2006 di Jakarta.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda