Pemilu 2024, Ibas Sebut Negara-negara Besar Punya Kepentingan
Rabu, 28 September 2022 - 06:27 WIB
JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan, Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus memberikan yang terbaik dan mendukung negara Indonesia.
Menurutnya, momentum Pileg maupun Pilpres 2024 adalah untuk kepentingan bangsa, bagaimana mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
"Kita harus ingat dan perhatikan bersama bahwa momentum Pemilu maupun Pemilihan Presiden 2024 yang akan datang bertujuan untuk kebaikan Indonesia, harus memihak pada Tanah Air," kata Ibas dalam keterangannya, Rabu (28/9/2022).
"Momentum untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Presiden 2024 akan dan harus ‘Indonesia First’, mengedepankan kepentingan Bangsa Indonesia," tambahnya.
Kemudian, Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Demokrat ini menegaskan, Demokrat tidak bisa dikatakan Pro-Amerika ataupun Pro-China.
"Kami sendiri dibilang Pro-Amerika, tentu tidak! Dibilang Pro-China juga tidak?! SBY ini Pro-Indonesia, Ibas ini Pro-Indonesia, Partai Demokrat Pro-Indonesia," tegasnya.
"Pada masa pemerintahan SBY, beliau berhubungan baik dengan Amerika dan juga dengan China. Beliau beberapa kali kunjungan ke Amerika dan membangun kemitraan strategis dengan Amerika. Dengan China juga demikian, beliau beberapa kali mengundang investor China hadir ke Indonesia. Begitu pun beliau sempat berkunjung ke China, dan hubungannya sangat baik," terang Ibas.
Putra bungsu Presiden RI ke-6 ini pun menjelaskan, mengenai filosofi utama kebijakan luar negeri Indonesia di zaman Presiden SBY, yaitu all foreign direct policy with millions friends, zero enemy, yang artinya kebijakan luar negeri semua arah di mana satu musuh terlalu banyak, seribu kawan terlalu sedikit. Kita bisa kerja sama dengan siapa pun.
"Filosofi ini menjadi dasar kebijakan kerja sama dengan negara lain di dunia. Filosofi ini terlihat juga dalam partisipasi Indonesia dalam berbagai forum-forum negara di dunia," tuturnya.
Di antaranya kata Ibas, Forum G20, ASEAN, Bali Agreement tahun 2007, yang kemudian menjadi cikal bakal Paris Agreement on Climate Change 2015, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan berbagai perjanjian pasar bebas (FTA) dengan Jepang, India, dan Tiongkok serta berbagai forum internasional lainnya.
"Indonesia juga telah terlibat dalam strategic partnership. Sehingga dengan filosofi ini, Presiden SBY mendorong pemanfaatan soft power dan pengaruh Indonesia di tingkat dunia," tutup Wakil Ketua Banggar DPR RI ini.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
Menurutnya, momentum Pileg maupun Pilpres 2024 adalah untuk kepentingan bangsa, bagaimana mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
"Kita harus ingat dan perhatikan bersama bahwa momentum Pemilu maupun Pemilihan Presiden 2024 yang akan datang bertujuan untuk kebaikan Indonesia, harus memihak pada Tanah Air," kata Ibas dalam keterangannya, Rabu (28/9/2022).
"Momentum untuk mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Presiden 2024 akan dan harus ‘Indonesia First’, mengedepankan kepentingan Bangsa Indonesia," tambahnya.
Kemudian, Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai Demokrat ini menegaskan, Demokrat tidak bisa dikatakan Pro-Amerika ataupun Pro-China.
"Kami sendiri dibilang Pro-Amerika, tentu tidak! Dibilang Pro-China juga tidak?! SBY ini Pro-Indonesia, Ibas ini Pro-Indonesia, Partai Demokrat Pro-Indonesia," tegasnya.
"Pada masa pemerintahan SBY, beliau berhubungan baik dengan Amerika dan juga dengan China. Beliau beberapa kali kunjungan ke Amerika dan membangun kemitraan strategis dengan Amerika. Dengan China juga demikian, beliau beberapa kali mengundang investor China hadir ke Indonesia. Begitu pun beliau sempat berkunjung ke China, dan hubungannya sangat baik," terang Ibas.
Putra bungsu Presiden RI ke-6 ini pun menjelaskan, mengenai filosofi utama kebijakan luar negeri Indonesia di zaman Presiden SBY, yaitu all foreign direct policy with millions friends, zero enemy, yang artinya kebijakan luar negeri semua arah di mana satu musuh terlalu banyak, seribu kawan terlalu sedikit. Kita bisa kerja sama dengan siapa pun.
"Filosofi ini menjadi dasar kebijakan kerja sama dengan negara lain di dunia. Filosofi ini terlihat juga dalam partisipasi Indonesia dalam berbagai forum-forum negara di dunia," tuturnya.
Di antaranya kata Ibas, Forum G20, ASEAN, Bali Agreement tahun 2007, yang kemudian menjadi cikal bakal Paris Agreement on Climate Change 2015, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan berbagai perjanjian pasar bebas (FTA) dengan Jepang, India, dan Tiongkok serta berbagai forum internasional lainnya.
"Indonesia juga telah terlibat dalam strategic partnership. Sehingga dengan filosofi ini, Presiden SBY mendorong pemanfaatan soft power dan pengaruh Indonesia di tingkat dunia," tutup Wakil Ketua Banggar DPR RI ini.
Lihat Juga: PDIP Anggap Janggal Hakim PTUN Tak Menerima Gugatan Pencalonan Gibran: Kita Menang Dismissal
(maf)
tulis komentar anda