Capres Alternatif Dinilai Perlu Dimunculkan Atasi Kejenuhan Publik

Rabu, 07 September 2022 - 10:31 WIB
Wacana capres alternatif untuk Pilpres 2024 yang kini mulai ramai diperbincangkan memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Wacana calon presiden (capres) alternatif untuk Pilpres 2024 yang kini mulai ramai diperbincangkan memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer. Masyarakat membutuhkan figur baru yang teruji dan bisa menyelesaikan persoalan bangsa.

Direktur Eksekutif Lembaga Riset dan Konsultasi Publik, Algoritma Aditya Perdana mengatakan masyarakat sejatinya tak sepenuhnya yakin dengan capres yang populer saat ini, di mana mereka selalu menghiasi seluruh media di Tanah Air. Baca juga: Fraksi PDIP DPR Berharap Puan Maharani Jadi Capres 2024

Dari survei yang dilakukan Algoritma, Aditya menjelaskan, meskipun beberapa bakal capres tersebut memiliki kesukaan dan elektabilitas tinggi, masyarakat belum yakin para bakal capres Indonesia itu mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara yang saat ini tengah dihadapi.



“Di situlah kami punya keyakinan bahwa masih ada peluang bagi para capres lain yang sebenernya mau mengatasi problem yang kita hadapi, seperti polarisasi masyarakat, pemberantasan korupsi, hukum, pemulihan ekonomi, kalau itu semua bisa dipenuhi, curilah ruang itu,” ujar Aditya dalam diskusi Capres Alternatif: Menuju Subtansialitas Pilpres 2024 yang diselenggarakan oleh TEPI Indonesia di Jakarta, Rabu (6/9/2022).

Menurutnya, masih ada ruang bagi para capres alternatif untuk muncul dan mengambil peran dan menjawab kegelisahan responden di atas serta peluang mengkapitalisasi kemampuan dan kapasitasnya sebagai capres.

"Maka saya berpikir seharusnya para capres alternatif ini perlu membuat skenario yang komprehensif dan sistematis untuk menantang calon yang ada sehingga dampaknya dapat dimonitor dengan baik. Tentu tantangannya tidak mudah, tapi perlu ada gerakan perlawanan," terangnya.

Koordinator Komite Pemilih (Tepi Indonesia), Jeirry Sumampow mengemukakan bahwa masyarakat sudah mengenal calon-calon presiden yang saat ini tinggi elektabilitasnya sejak 5 tahun silam. Maka, tokoh-tokoh tersebut sama seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu dan tidak ada perbedaan signifikan.

“Itu tentu memperlihatkan ada kebosanan publik. Problemnya begini, media terlalu mempopulerkan nama tokoh, jadi publik ke arah sana, dan seolah-olah tak punya pilihan lain. Membuat figur-figur ini populer, dan populernya ini berpengaruh pada elektabilitasnya,” jelasnya.

Menurutnya, figur atau nama-nama capres yang lalu-lalang sekarang paling banyak adalah kepala daerah, militer, atau petugas partai. “Orang-orang yang tampil sekarang memang orang-orang yang memegang jabatan publik, ada yang juga sengaja dibranding untuk maju sebagai calon presiden,” tegasnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More