Peringati Hari Mengakhiri Spesiesisme Sedunia, Sinergia Animal Ajak Masyarakat Lindungi Hewan
Sabtu, 27 Agustus 2022 - 16:16 WIB
JAKARTA - Peringati Hari Kampanye untuk Mengakhiri Spesiesisme Sedunia atau World Day for the End of Speciesism yang jatuh pada hari ini, Sabtu 27 Agustus 2022, Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal mengajak masyarakat untuk melindungi dan meningkatkan empati terhadap hewan.
Manajer 21 Hari Vegan di Act For Farmed Animals (AFFA), Among Prakosa mengatakan hewan merupakan mahluk hidup yang memiliki rasa sakit, kesusahan, kegembiraan, maupun kesenangan atau sentience. Pada 2021, Inggris secara legal mengakui semua hewan vertebrata sebagai sentience.
Tahun ini, Pemerintah Inggris menambahkan beberapa spesies invertebrate seperti lobster, gurita, dan kepiting ke dalam daftar hewan dalam kategori sentience.
“Kami menilai hewan yang diternak mengalami penderitaan yang jauh lebih intens dan berkepanjangan. Hewan yang diternak seperti sapi, babi, dan ayam harus tunduk pada praktik yang dianggap tidak bermoral, yang dibanyak negara mungkin dinilai mengerikan untuk hewan peliharaan, seperti menghabiskan seluruh hidup mereka dikurung di ruang kecil, dan dimutilasi tanpa penghilang rasa sakit. Maka dari itu, hari ini adalah hari yang penting bagi kita untuk meluangkan waktu dan merenungkannya,” ujar Among, Sabtu (27/8/2022).
Among menyebut setiap tahun lebih dari 70 miliar hewan darat dibunuh untuk dikonsumsi di seluruh dunia. Jumlah ini 50 kali lebih banyak dibandingkan jumlah hewan yang saat ini dipelihara sebagai hewan kesayangan.
”Indonesia berada di peringkat 36, skornya buruk dalam hal persentase hutan lindung dibandingkan total luas hutan, skor indeks kinerja lingkungan, pelarangan peternakan hewan untuk diambil bulunya, pengakuan terhadap hewan sebagai sentience, dan mendukung deklarasi universal atas kesejahteraan hewan. Namun Indonesia lebih baik dalam hal penggunaan pestisida pada lahan pertanian, pengakuan atas penderitaan hewan, dan adanya hukum yang melarang tindak kekejaman terhadap hewan,” tuturnya.
Seiring dengan masalah kesehatan dan lingkungan, mempertanyakan spesiesisme adalah salah satu alasan mengapa begitu banyak orang mengadopsi pola makan yang welas asih dalam beberapa tahun terakhir.
“Di Indonesia, Act for Farmed Animals telah membantu lebih dari 3.600 orang untuk membuat keputusan yang lebih sadar, memberikan dukungan secara online dengan gratis dari ahli gizi khusus dan resep nabati yang mudah,” ucapnya. Nuriwan
Lihat Juga: Sinergia Animal: 50 Perusahaan Tertinggal Dalam Komitmen Kesejahteraan Hewan Harus Segera Bertindak
Manajer 21 Hari Vegan di Act For Farmed Animals (AFFA), Among Prakosa mengatakan hewan merupakan mahluk hidup yang memiliki rasa sakit, kesusahan, kegembiraan, maupun kesenangan atau sentience. Pada 2021, Inggris secara legal mengakui semua hewan vertebrata sebagai sentience.
Tahun ini, Pemerintah Inggris menambahkan beberapa spesies invertebrate seperti lobster, gurita, dan kepiting ke dalam daftar hewan dalam kategori sentience.
“Kami menilai hewan yang diternak mengalami penderitaan yang jauh lebih intens dan berkepanjangan. Hewan yang diternak seperti sapi, babi, dan ayam harus tunduk pada praktik yang dianggap tidak bermoral, yang dibanyak negara mungkin dinilai mengerikan untuk hewan peliharaan, seperti menghabiskan seluruh hidup mereka dikurung di ruang kecil, dan dimutilasi tanpa penghilang rasa sakit. Maka dari itu, hari ini adalah hari yang penting bagi kita untuk meluangkan waktu dan merenungkannya,” ujar Among, Sabtu (27/8/2022).
Among menyebut setiap tahun lebih dari 70 miliar hewan darat dibunuh untuk dikonsumsi di seluruh dunia. Jumlah ini 50 kali lebih banyak dibandingkan jumlah hewan yang saat ini dipelihara sebagai hewan kesayangan.
”Indonesia berada di peringkat 36, skornya buruk dalam hal persentase hutan lindung dibandingkan total luas hutan, skor indeks kinerja lingkungan, pelarangan peternakan hewan untuk diambil bulunya, pengakuan terhadap hewan sebagai sentience, dan mendukung deklarasi universal atas kesejahteraan hewan. Namun Indonesia lebih baik dalam hal penggunaan pestisida pada lahan pertanian, pengakuan atas penderitaan hewan, dan adanya hukum yang melarang tindak kekejaman terhadap hewan,” tuturnya.
Seiring dengan masalah kesehatan dan lingkungan, mempertanyakan spesiesisme adalah salah satu alasan mengapa begitu banyak orang mengadopsi pola makan yang welas asih dalam beberapa tahun terakhir.
“Di Indonesia, Act for Farmed Animals telah membantu lebih dari 3.600 orang untuk membuat keputusan yang lebih sadar, memberikan dukungan secara online dengan gratis dari ahli gizi khusus dan resep nabati yang mudah,” ucapnya. Nuriwan
Lihat Juga: Sinergia Animal: 50 Perusahaan Tertinggal Dalam Komitmen Kesejahteraan Hewan Harus Segera Bertindak
(kri)
tulis komentar anda