Sejarah Pemberontakan DI/TII dan Latar Belakangnya
Minggu, 21 Agustus 2022 - 04:56 WIB
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ditumpas dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan pendekatan pribadi yang dilakukan oleh Ketua Masyumi Muhammad Natsir, namun mengalami kegagalan.
Selain itu, operasi pagar betis, yakni strategi militer dengan menyertakan kekuatan rakyat. Strategi ini membuat gerakan pasukan TII semakin sempit.
Lalu, pada 4 Juni 1962, pasukan Divisi Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwiryo. Saat itu, Mahkamah Angkatan Darat Jawa-Madura menjatuhi hukuman mati kepada Kartosuwiryo.
Sementara itu, pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia bentukan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah ini berlangsung pada 23 Agustus 1949 hingga Juni 1954.
Sedangkan proses pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah adalah mengikrarkan berdirinya DI/TII Jawa Tengah (Jateng) pada 23 Agustus 1949 di Desa Pengarasan, Tegal. Kemudian, perluasan pemberontakan di Kebumen oleh Kiai Moh. Mahfudz.
Selain itu, Batalyon 426 Kudus dan Magelang bergabung dengan pasukan DI/TII Jateng. Pemberontakan DI/TII Jateng berhasil dihentikan dengan cara pembentukan komando operasi militer oleh pemerintah yang diberi nama Gerakan Benteng Nasional pada Januari 1950.
Di samping itu, pembentukan komando militer Operasi Benteng Raiders. Pada Juni 1954, DI/TII Jateng berhasil dilumpuhkan.
Adapun latar belakang pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan adalah kekecewaan Kahar Muzakar karena pasukannya yang tergabung dalam Komando Griliya tidak dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia (APRIS). Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan berlangsung pada 1950 hingga Februari 1965.
Proses pemberontakan Kahar Muzakar dimulai setelah pasukannya ditolak ke dalam APRIS. Kahar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan.
Selain itu, operasi pagar betis, yakni strategi militer dengan menyertakan kekuatan rakyat. Strategi ini membuat gerakan pasukan TII semakin sempit.
Lalu, pada 4 Juni 1962, pasukan Divisi Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwiryo. Saat itu, Mahkamah Angkatan Darat Jawa-Madura menjatuhi hukuman mati kepada Kartosuwiryo.
Sementara itu, pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk bergabung dengan Negara Islam Indonesia bentukan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah ini berlangsung pada 23 Agustus 1949 hingga Juni 1954.
Sedangkan proses pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah adalah mengikrarkan berdirinya DI/TII Jawa Tengah (Jateng) pada 23 Agustus 1949 di Desa Pengarasan, Tegal. Kemudian, perluasan pemberontakan di Kebumen oleh Kiai Moh. Mahfudz.
Selain itu, Batalyon 426 Kudus dan Magelang bergabung dengan pasukan DI/TII Jateng. Pemberontakan DI/TII Jateng berhasil dihentikan dengan cara pembentukan komando operasi militer oleh pemerintah yang diberi nama Gerakan Benteng Nasional pada Januari 1950.
Di samping itu, pembentukan komando militer Operasi Benteng Raiders. Pada Juni 1954, DI/TII Jateng berhasil dilumpuhkan.
Adapun latar belakang pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan adalah kekecewaan Kahar Muzakar karena pasukannya yang tergabung dalam Komando Griliya tidak dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia (APRIS). Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan berlangsung pada 1950 hingga Februari 1965.
Proses pemberontakan Kahar Muzakar dimulai setelah pasukannya ditolak ke dalam APRIS. Kahar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan.
tulis komentar anda