Sampaikan Visi Misi KIB, Zulhas Usulkan Subsidi BBM Diberikan Langsung ke Rakyat
Senin, 15 Agustus 2022 - 19:07 WIB
Pada saat yang sama, kata Zulhas, pemerintah masih dapat menghemat uang yang dibakar (subsidi BBM saat ini) untuk mempercepat transformasi energi bersih.
Caranya antara lain, pertama, percepatan pemakaian kendaraan listrik; Kedua, memperbanyak kompor listrik bagi rumah tangga; Ketiga, memperluas dan memperbanyak titik-titik pengisian baterai kendaraan listrik; dan keempat, memperbanyak pasokan listrik dari energi baru dan terbarukan.
Transformasi Energi Bersih ini bakal menggunakan banyak bahan yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian, ini sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Tanah Air. “Artinya kesejahteraan meningkat. Sekali lagi PAN menawarkan solusi dari permasalahan bangsa yang akut ini,” ucapnya.
Zulhas mengusulkan subsidi langsung itu lantaran energi adalah kebutuhan pokok manusia, termasuk manusia Indonesia. “Itu tak bisa dihindari,” timpalnya.
Akan tetapi, Zulhas menyadari, saat ini terjadi kesenjangan antara konsumsi dan kemampuan nasional menyiapkan ketersediaan energi. “Kebutuhan BBM kita per hari 1,6 juta barel, sementara produksi hanya 0,6 juta barel. Artinya kita impor minyak mentah dan BBM per hari 1 juta barel,” ujarnya.
Begitu juga dengan LPG, di mana per tahun kebutuhannya mencapai sekitar 8 juta ton. Dari besaran ini, hanya dipenuhi oleh produksi domestik kurang dari 1 juta ton. “Karena itu, hingga tak kurang dari 7 juta kita harus impor,” ucapnya.
Padahal, ditegaskan Zulhas, semua impor energi, terutama minyak dan LPG sangat menguras devisa. “Beban subsidi energi ini memberatkan kita semua. Bapak Presiden sudah lima kali bicara dengan sangat prihatin,” kata Zulhas.
Zulhas tidak menampik, pascapandemi Covid-19, ekonomi masih berada dalam status pemulihan dan daya beli masyarakat juga masih rendah. “Karena itu, bagaimanapun subsidi harus ditanggung negara,” ucapnya.
Namun demikian, secara jangka panjang problem ini harus bisa diatasi. Sehingga, subsidi tak menyasar lebih banyak pada orang mampu dan kaya. Dengan subsidi langsung, subsidi menjadi tepat sasaran.
Caranya antara lain, pertama, percepatan pemakaian kendaraan listrik; Kedua, memperbanyak kompor listrik bagi rumah tangga; Ketiga, memperluas dan memperbanyak titik-titik pengisian baterai kendaraan listrik; dan keempat, memperbanyak pasokan listrik dari energi baru dan terbarukan.
Transformasi Energi Bersih ini bakal menggunakan banyak bahan yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian, ini sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Tanah Air. “Artinya kesejahteraan meningkat. Sekali lagi PAN menawarkan solusi dari permasalahan bangsa yang akut ini,” ucapnya.
Zulhas mengusulkan subsidi langsung itu lantaran energi adalah kebutuhan pokok manusia, termasuk manusia Indonesia. “Itu tak bisa dihindari,” timpalnya.
Akan tetapi, Zulhas menyadari, saat ini terjadi kesenjangan antara konsumsi dan kemampuan nasional menyiapkan ketersediaan energi. “Kebutuhan BBM kita per hari 1,6 juta barel, sementara produksi hanya 0,6 juta barel. Artinya kita impor minyak mentah dan BBM per hari 1 juta barel,” ujarnya.
Begitu juga dengan LPG, di mana per tahun kebutuhannya mencapai sekitar 8 juta ton. Dari besaran ini, hanya dipenuhi oleh produksi domestik kurang dari 1 juta ton. “Karena itu, hingga tak kurang dari 7 juta kita harus impor,” ucapnya.
Padahal, ditegaskan Zulhas, semua impor energi, terutama minyak dan LPG sangat menguras devisa. “Beban subsidi energi ini memberatkan kita semua. Bapak Presiden sudah lima kali bicara dengan sangat prihatin,” kata Zulhas.
Zulhas tidak menampik, pascapandemi Covid-19, ekonomi masih berada dalam status pemulihan dan daya beli masyarakat juga masih rendah. “Karena itu, bagaimanapun subsidi harus ditanggung negara,” ucapnya.
Namun demikian, secara jangka panjang problem ini harus bisa diatasi. Sehingga, subsidi tak menyasar lebih banyak pada orang mampu dan kaya. Dengan subsidi langsung, subsidi menjadi tepat sasaran.
(cip)
tulis komentar anda