Marsda Reki Irene Lumme, Perempuan Bintang 2 Pertama TNI AU Dimutasi Jadi Dosen Unhan
Jum'at, 05 Agustus 2022 - 12:58 WIB
Lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 11 April 1966, Irene mengikuti pendidikan Sepamilwa selepas menampatkan pendidikan S1. Irene lulus dari kecabangan khusus (Sus).
Dalam rekam jejaknya, istri dari Kolonel (Sus) Medison Siahaan ini pernah menempati berbagai jabatan. Irene antara lain dipercaya sebagai Kadilmil l-04 Palembang, Kadilmil II-08 Jakarta, Anggota Pokkimmilti Golongan IV Dilmilti III Surabaya, Waka Dilmilti II Jakarta, sampai Kadilmilti I Medan. Setelah itu dia memimpin Dilmilti Jakarta.
Sejumlah peran Irene saat menjabat Orjen antara lain memimpin pemusnahan barang bukti yang digunakan untuk kejahatan maupun hasil kejahatan, bertempat di Kantor Otmil II-08 Bandung, Jawa Barat. Barang bukti yang dimusnahkan seperti senjata api, senjata api rakitan, senjata tajam, sabu-sabu dan alat isap, serta beberapa dokumen dan obat-obatan.
Dia juga pernah mengikuti seleksi calon Hakim Agung pada 2019. Dalam makalahnya, dia mengakui salah satu tantangan berat hakim militer yakni bersikap independen. Menurut dia, hakim militer tetap terikat dengan aturan TNI termasuk kepangkatan.
Kendati demikian, dalam menjalankan tugas dia berprinsip untuk menegakkan keadilan. Salah satu buktinya, dia pernah memutus kasus yang berujung pemecatan.
"Saya memegang prinsip, jangan sampai memutarbalikkan keadilan, jangan membeda-bedakan, jangan menerima suap. Saya harus tetap independen dan mandiri," kata Irene dikutip dari laman situs resmi Komisi Yudisial.
Dalam rekam jejaknya, istri dari Kolonel (Sus) Medison Siahaan ini pernah menempati berbagai jabatan. Irene antara lain dipercaya sebagai Kadilmil l-04 Palembang, Kadilmil II-08 Jakarta, Anggota Pokkimmilti Golongan IV Dilmilti III Surabaya, Waka Dilmilti II Jakarta, sampai Kadilmilti I Medan. Setelah itu dia memimpin Dilmilti Jakarta.
Sejumlah peran Irene saat menjabat Orjen antara lain memimpin pemusnahan barang bukti yang digunakan untuk kejahatan maupun hasil kejahatan, bertempat di Kantor Otmil II-08 Bandung, Jawa Barat. Barang bukti yang dimusnahkan seperti senjata api, senjata api rakitan, senjata tajam, sabu-sabu dan alat isap, serta beberapa dokumen dan obat-obatan.
Dia juga pernah mengikuti seleksi calon Hakim Agung pada 2019. Dalam makalahnya, dia mengakui salah satu tantangan berat hakim militer yakni bersikap independen. Menurut dia, hakim militer tetap terikat dengan aturan TNI termasuk kepangkatan.
Kendati demikian, dalam menjalankan tugas dia berprinsip untuk menegakkan keadilan. Salah satu buktinya, dia pernah memutus kasus yang berujung pemecatan.
"Saya memegang prinsip, jangan sampai memutarbalikkan keadilan, jangan membeda-bedakan, jangan menerima suap. Saya harus tetap independen dan mandiri," kata Irene dikutip dari laman situs resmi Komisi Yudisial.
(abd)
tulis komentar anda