Tangani Kebobrokan Polisi, Ini Wejangan Soeharto Kepada Kapolri
Jum'at, 05 Agustus 2022 - 08:23 WIB
JAKARTA - Kunarto meminta izin bertemu dengan Presiden Soeharto sebelum dilantik menjadi Kapolri pada 20 Februari 1991. Ia bingung bagaimana mengawali tugasnya menjadi pemimpin di tengah kebobrokan yang terjadi tubuh Polri waktu itu.
Setelah menunggu beberapa waktu, pengajuan izinnya menghadap Soeharto dikabulkan. Kunarto yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto selama tujuh tahun (1979-1986) sangat senang karena ingin mendengar langsung arahan Pak Harto untuk jabatan yang akan diembannya.
"Oh kamu, kapan pelantikannya?" tanya Soeharto seperti dikutip dari buku berjudul Pak Harto The Untold Stories (2012), Jumat (5/8/2022).
"Tiga hari lagi, Pak," jawab Kunarto.
Baca juga: Ketika Soeharto Ingin Berhaji sebagai Warga Biasa Bukan Presiden
Dalam pertemuan itu, Kunarto dalam bahasa Jawa bercerita bahwa ia cukup lama berada di luar Polri, sehingga bisa melihat banyak sekali kebobrokan di dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia itu. Di luar dugaan, ia kemudian ditunjuk menjadi Kapolri yang berarti harus memperbaiki hal-hal yang tidak baik itu.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa dan harus memperbaikinya dari mana. Saya mohon petunjuk Bapak," tutur lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1962 itu.
Soeharto tak langsung memberikan jawaban. Ia merenung cukup lama sambil bersandar di kursi kesayangannya. Kunarto yang telah siap dengan alat tulis untuk mencatat masukan dari Pak Harto pun ikut tenggelam dalam diam. Mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat (1989-1990) itu berharap mendapat petunjuk seperti wejangan Prabu Rama kepada Wibisono, yang dalam pewayangan dikenal sebagai Hasta Brata.
Tiga menit berlalu, Presiden Soeharto masih merenung dalam posisi bersandar di kursi. Ia lalu duduk tegak dan mengambil rokok klobot (irisan tembakau dibungkus daun jagung) dan menyalakannya. Setelah isapan ketiga, Pak Harto baru bersuara. Tak banyak yang diucapkan. Hanya kalimat pendek.
Setelah menunggu beberapa waktu, pengajuan izinnya menghadap Soeharto dikabulkan. Kunarto yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto selama tujuh tahun (1979-1986) sangat senang karena ingin mendengar langsung arahan Pak Harto untuk jabatan yang akan diembannya.
"Oh kamu, kapan pelantikannya?" tanya Soeharto seperti dikutip dari buku berjudul Pak Harto The Untold Stories (2012), Jumat (5/8/2022).
"Tiga hari lagi, Pak," jawab Kunarto.
Baca juga: Ketika Soeharto Ingin Berhaji sebagai Warga Biasa Bukan Presiden
Dalam pertemuan itu, Kunarto dalam bahasa Jawa bercerita bahwa ia cukup lama berada di luar Polri, sehingga bisa melihat banyak sekali kebobrokan di dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia itu. Di luar dugaan, ia kemudian ditunjuk menjadi Kapolri yang berarti harus memperbaiki hal-hal yang tidak baik itu.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa dan harus memperbaikinya dari mana. Saya mohon petunjuk Bapak," tutur lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1962 itu.
Soeharto tak langsung memberikan jawaban. Ia merenung cukup lama sambil bersandar di kursi kesayangannya. Kunarto yang telah siap dengan alat tulis untuk mencatat masukan dari Pak Harto pun ikut tenggelam dalam diam. Mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat (1989-1990) itu berharap mendapat petunjuk seperti wejangan Prabu Rama kepada Wibisono, yang dalam pewayangan dikenal sebagai Hasta Brata.
Tiga menit berlalu, Presiden Soeharto masih merenung dalam posisi bersandar di kursi. Ia lalu duduk tegak dan mengambil rokok klobot (irisan tembakau dibungkus daun jagung) dan menyalakannya. Setelah isapan ketiga, Pak Harto baru bersuara. Tak banyak yang diucapkan. Hanya kalimat pendek.
Lihat Juga :
tulis komentar anda