Reshuffle Kabinet Bisa Jadi Hanya Gimmick Politik Jokowi

Senin, 29 Juni 2020 - 11:55 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto/dok.SINDOnews
JAKARTA - Wacana perombakan atau reshuffle kabinet yang diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini membuat para pembantu presiden tidak bisa tidur dengan nyenyak. Apalagi, isu tersebut sudah disampaikan Jokowi secara resmi dalam rapat kabinet pada Kamis (18/6/2020) yang rekaman videonya diunggah ke YouTube pihak Istana Minggu (28/6/2020) atau 10 hari berselang.

"Pertama ini kan ada strategi Istana dalam berkomunikasi dengan publik, kenapa ada jeda 10 hari sidang kabinet dengan publikasi video. Artinya inikan memberi ruang kepada para menteri untuk bekerja lebih baik," ujar pengamat komunikasi politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin, Senin (29/6/2020).

(Baca: Demokrat: Reshuffle Kabinet Lebih Penting, Hentikan RUU HIP)



Dikatakan Ujang, isu reshuffle bagaimanapun bakal membuat para menteri gerah, terutama menteri-menteri yang kinerjanya jeblok, yaitu Menteri-menteri yang disebut langsung oleh Jokowi termasuk Menteri Kesehatan (dr Terawan), Menteri Sosial (Juliari P Batubara) dan Menteri Ekonomi.

Kendati begitu, Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini mengatakan bahwa isu reshuffle ini bisa jadi hanya retorika atau gimmick Presiden Jokowi. Menurut dia, gimmick adalah bagian tidak terpisah dalam permainan politik. Setiap politikus, tak terkecuali Presiden Jokowi, selalu mempunyai banyak wajah.

"Artinya ada dua kemungkinan muka pertama gimmick atau retorika saja, dan kemungkinan kedua reshuffle. Politisi itu sulit ditebaknya di situ," katanya.

(Baca: Reshuffle Kabinet Mencuat, IPW Sarankan Jokowi Ganti 11 Menteri Ini)

Namun, demi kepentingan bangsa yang lebih besar, menurut Ujang, Jokowi harus tegas. Jangan sampai menteri-menteri yang sudah diketahui berkinerja buruk tetap dipertahankan setelah wacana reshuffle kabinet dia gelindingkan sendiri.

"Jadi ada asap pasti ada api. Jokowi marah pasti karena ada kinerja buruk. Oleh karena itu, kalau misalnya itu hanya gimmick, hanya retorik dan tidak ada reshuffle, ini sangat disayangkan karena mencederai keinginan rakyat yang ingin pemerintah bekerja dengan baik. Kenapa menteri yang sudah disebut kinerjanya buruk tidak di-reshuffle, ini menjadi pertanyaan publik dan pertaruhan Jokowi di mata publik," katanya.

Di sisi lain, dia mengatakan bahwa isu reshuffle sebaiknya dijadikan sebagai pemicu bagi para menteri untuk memperbaiki kinerja. Sebagai user, Jokowi akan menilainya baik kinerja menteri yang memang positif. Sebalinya, kalau kinerjanya jeblok tentu pasti akan kelihatan letak kekurangannya.

Ujang pun meyakini bahwa Jokowi sudah mengantongi nama-nama daftar menteri yang kinerjanya baik atau buruk. "Nah ini kan sudah kelihatan menteri-menteri yang dianggap jeblok itu. Oleh karena itulah kemarahan (Presiden) itu terjadi," katanya.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More