Kebijakan Strategis Bappebti Berikan Dampak Positif terhadap Kinerja SRG
Rabu, 27 Juli 2022 - 15:44 WIB
JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) secara konsisten terus melakukan berbagai langkah dan kebijakan strategis dalam mendukung pengembangan Sistem Resi Gudang (SRG) di Indonesia. Salah satunya dengan melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, serta pengawasan terhadap pelaksanaan SRG di Indonesia.
“Menurut data Bappebti, pemanfaatan resi gudang di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Tercatat akumulasi penerbitan resi gudang sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak 4.732 resi gudang dengan volume 142.620 ton atau senilai Rp1,946 triliun dengan nilai pembiayaan sebesar Rp1,249 triliun,” ujar Plt. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko, Rabu (27/7/2022).
Penerbitan resi gudang tersebut dilakukan di 186 gudang SRG di 125 kabupaten/kota, yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia. Pelaksanaan SRG tersebut dilaksanakan baik dengan memanfaatkan gudang yang dibangun Kementerian Perdagangan, kementerian/lembaga terkait, dan gudang milik swasta.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011, SRG merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang bertujuan untuk mendukung kelancaran produksi dan distribusi perdagangan yang dapat dimanfaatkan para petani, poktan, gapoktan, koperasi, maupun pelaku usaha lainnya.
Selain itu, SRG dapat dijadikan sebagai instrumen tunda jual untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga pada saat panen raya. SRG sangat berguna karena dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang yang disimpan di gudang.
SRG juga berpotensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi tujuan pembangunan sektor industri dan perdagangan yang berbasis sumber daya lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suatu mekanisme yang mengintegrasikan SRG dengan pasar (akses pasar), ketersediaan informasi mengenai stok dan mutu komoditas kepada semua yang aktif dalam sektor komoditas, termasuk informasi harga.
“Selain itu, SRG juga memberikan kepercayaan dan keamanan lebih besar dalam transaksi perdagangan, mempermudah dalam memperoleh pembiayaan komoditas yang kompetitif, dan memungkinkan mitigasi risiko harga yang lebih efektif dan transparan,” kata Didid.
Sektor pertanian hingga saat ini masih menjadi sektor kunci dalam upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan memperkokoh perekonomian di Indonesia. Namun, umumnya petani dan pelaku agribisnis kecil lainnya mengalami kendala dalam mengembangkan usahanya, mulai dari aspek permodalan hingga akses pasar.
“Menurut data Bappebti, pemanfaatan resi gudang di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Tercatat akumulasi penerbitan resi gudang sampai saat ini telah diterbitkan sebanyak 4.732 resi gudang dengan volume 142.620 ton atau senilai Rp1,946 triliun dengan nilai pembiayaan sebesar Rp1,249 triliun,” ujar Plt. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko, Rabu (27/7/2022).
Penerbitan resi gudang tersebut dilakukan di 186 gudang SRG di 125 kabupaten/kota, yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia. Pelaksanaan SRG tersebut dilaksanakan baik dengan memanfaatkan gudang yang dibangun Kementerian Perdagangan, kementerian/lembaga terkait, dan gudang milik swasta.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011, SRG merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang bertujuan untuk mendukung kelancaran produksi dan distribusi perdagangan yang dapat dimanfaatkan para petani, poktan, gapoktan, koperasi, maupun pelaku usaha lainnya.
Selain itu, SRG dapat dijadikan sebagai instrumen tunda jual untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga pada saat panen raya. SRG sangat berguna karena dapat menyediakan akses kredit bagi dunia usaha dengan jaminan barang yang disimpan di gudang.
SRG juga berpotensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi tujuan pembangunan sektor industri dan perdagangan yang berbasis sumber daya lokal. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suatu mekanisme yang mengintegrasikan SRG dengan pasar (akses pasar), ketersediaan informasi mengenai stok dan mutu komoditas kepada semua yang aktif dalam sektor komoditas, termasuk informasi harga.
“Selain itu, SRG juga memberikan kepercayaan dan keamanan lebih besar dalam transaksi perdagangan, mempermudah dalam memperoleh pembiayaan komoditas yang kompetitif, dan memungkinkan mitigasi risiko harga yang lebih efektif dan transparan,” kata Didid.
Sektor pertanian hingga saat ini masih menjadi sektor kunci dalam upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan memperkokoh perekonomian di Indonesia. Namun, umumnya petani dan pelaku agribisnis kecil lainnya mengalami kendala dalam mengembangkan usahanya, mulai dari aspek permodalan hingga akses pasar.
tulis komentar anda