Lulusan Terbaik AAU, Sekbang, dan Seskoau, Anak Petani Ini Dilantik Jadi Dankosek III
Kamis, 07 Juli 2022 - 18:14 WIB
Wastum pun mulai mengawaki pesawat tempur T50-i Golden Eagle buatan Korea Selatan. Bahkan, pada peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan RI pada 2014 lalu, Wastum yang juga menyabet lulusan terbaik Sekolah Penerbang (Sekkbang) TNI AU yang saat titu berpangkat Letkol Pnb mengawaki pesawat tempur F-16 memimpin 32 pesawat tempur melakukan fly pass di atas Istana Merdeka, Jakarta.
”Saya dulunya hanya pilihan saya sebagai penerbang helikopter. Saya ingin menjadi penerbang helicopter karna tidak sanggup untuk terbang tempur karena apa? Karena tangan saya kasar. Saya itu pecangkul ulung,” tuturnya.
Selama ini, sambung Wastum, dirinya hanya membantu orang tuanya mencangkul di sawah, menyiapkan ladang untuk bertani. Apalagi dirinya merupakan anak lelaki satu-satunya di keluarga. Bahkan, aktivitas kesehariannya itu dilakukan hingga dirinya mengikuti pendidikan di AAU.
“Latar belakang itu saya tidak memilih penerbang tempur. Tapi nasib tidak ada yang tahu, begitu ada pemilihan dari bakat saya, dari terbang saya, nilai saya, saya masuk menjadi penerbang tempur dan itu penerbang F-16 pula. Waktu itu F-16 merupakan yang tertinggi sebelum ada Sukhoi,” ucapnya.
Intercept Pesawat Amerika Serikat
Selama mengawaki pesawat tempur F-16, lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) Angkatan 48 pada 2011 ini pernah mengintercept pesawat C5 Galaxy milik Amerika Serikat saat hendak menuju ke Diego Garcia yang ada di Samudera Hindia.
“Mereka harusnya lewat Laut China Selatan. Karena di sana ada badai dia masuk ALKI II. Ini kita harus intercept kalau dia tidak ada woro-woro. Kita lakukan setelah pulang kantor. Dari Kosek II Makassar minta F-16 persiapan karena ada pesawat masuk wilayah kita. Oke kita persiapan, dua pesawat terbang, intercept ke sana,” kata Wastum.
Dengan kecepatan optimum yakni, poin 9,8 pesawat yang diawaki Marsma TNI Wastum mengejar pesawat Amerika tersebut hingga ketinggian 36.000 kaki. “Kita intercept dari Madiun, kenanya di Selat Makassar. Kita komunikasi dengan dia. Dan Amazing pilotnya perempuan. Itu pesawat segitu besar C5 Galaxy kan gede banget. Itu pilotnya perempuan. Dengan sopannya dia menjelaskan alasannya masuk wilayah udara Indonesia. Akhirnya kita lapor ke Komando atas,” katanya.
Saat itu dirinya diperintah untuk mengawal pesawat tersebut agar tidak masuk ke main island yakni Jawa. Meskipun itu merupakan jalur terdekat untuk sampai ke tempat tujuan Diego Garcia. ”Dari Selat Makssar itu kalau mau ke Diego Gracia paling enak lewat Jakarta. Kita kan tidak boleh. Lalu kita bayangi sampai atas, lewat Selat Malaka baru turun lagi. Itu jauh,” ucapnya.
”Saya dulunya hanya pilihan saya sebagai penerbang helikopter. Saya ingin menjadi penerbang helicopter karna tidak sanggup untuk terbang tempur karena apa? Karena tangan saya kasar. Saya itu pecangkul ulung,” tuturnya.
Selama ini, sambung Wastum, dirinya hanya membantu orang tuanya mencangkul di sawah, menyiapkan ladang untuk bertani. Apalagi dirinya merupakan anak lelaki satu-satunya di keluarga. Bahkan, aktivitas kesehariannya itu dilakukan hingga dirinya mengikuti pendidikan di AAU.
“Latar belakang itu saya tidak memilih penerbang tempur. Tapi nasib tidak ada yang tahu, begitu ada pemilihan dari bakat saya, dari terbang saya, nilai saya, saya masuk menjadi penerbang tempur dan itu penerbang F-16 pula. Waktu itu F-16 merupakan yang tertinggi sebelum ada Sukhoi,” ucapnya.
Intercept Pesawat Amerika Serikat
Selama mengawaki pesawat tempur F-16, lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) Angkatan 48 pada 2011 ini pernah mengintercept pesawat C5 Galaxy milik Amerika Serikat saat hendak menuju ke Diego Garcia yang ada di Samudera Hindia.
“Mereka harusnya lewat Laut China Selatan. Karena di sana ada badai dia masuk ALKI II. Ini kita harus intercept kalau dia tidak ada woro-woro. Kita lakukan setelah pulang kantor. Dari Kosek II Makassar minta F-16 persiapan karena ada pesawat masuk wilayah kita. Oke kita persiapan, dua pesawat terbang, intercept ke sana,” kata Wastum.
Dengan kecepatan optimum yakni, poin 9,8 pesawat yang diawaki Marsma TNI Wastum mengejar pesawat Amerika tersebut hingga ketinggian 36.000 kaki. “Kita intercept dari Madiun, kenanya di Selat Makassar. Kita komunikasi dengan dia. Dan Amazing pilotnya perempuan. Itu pesawat segitu besar C5 Galaxy kan gede banget. Itu pilotnya perempuan. Dengan sopannya dia menjelaskan alasannya masuk wilayah udara Indonesia. Akhirnya kita lapor ke Komando atas,” katanya.
Saat itu dirinya diperintah untuk mengawal pesawat tersebut agar tidak masuk ke main island yakni Jawa. Meskipun itu merupakan jalur terdekat untuk sampai ke tempat tujuan Diego Garcia. ”Dari Selat Makssar itu kalau mau ke Diego Gracia paling enak lewat Jakarta. Kita kan tidak boleh. Lalu kita bayangi sampai atas, lewat Selat Malaka baru turun lagi. Itu jauh,” ucapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda