BNN 'Sulap' Lahan Ganja Jadi Kebun Kopi
Kamis, 25 Juni 2020 - 16:05 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Heru Winarko mengakui, agak berat mengatasi peredaran Narkoba jenis ganja di tanah air. Pasalnya, jumlah pengguna ganja lebih banyak ketimbang narkoba jenis lain.
(Baca juga: Angka Covid-19 Terus Meningkat Akibat Salah Memaknai New Normal)
"65 persen itu adalah pengguna ganja, kebanyakan dalam negeri," ujar Heru Winarko dalam Acara Bincang Seru Instagram Live SINDOnews bersama dirinya bertajuk Gen Milenial Tanpa Narkoba, Kamis (25/6/2020).
Sehingga kata dia, BNN bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian merubah ladang ganja di tanah air menjadi kebun kopi ataupun jagung.
"Ada beberapa tempat, paling banyak di Aceh, tiga kabupaten, ladang ganja kita ubah menjadi kopi jagung dan lain-lain," katanya. (Baca juga: Program Ketahanan Pangan Di 10 Kabupaten ini Jangan Sampai Kendor)
Dia mengungkapkan, beberapa bulan lalu sebelum adanya Pandemi Covid-19, kopi dan jagung itu dipanen sekitar 13 ribu hektare. Dia membeberkan, untuk bisa merubah ladang ganja menjadi kebun kopi atau jagung itu bukan perkara mudah.
"Masyarakat sekitar kita mindset. Ini memang kerja berat, ganja kita paling banyak 65 persen," kata mantan Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Di samping itu, efek dari ganja itu cukup berbahaya bagi kesehatan manusia. "Yang diserang saraf otak kita," katanya.
(Baca juga: Angka Covid-19 Terus Meningkat Akibat Salah Memaknai New Normal)
"65 persen itu adalah pengguna ganja, kebanyakan dalam negeri," ujar Heru Winarko dalam Acara Bincang Seru Instagram Live SINDOnews bersama dirinya bertajuk Gen Milenial Tanpa Narkoba, Kamis (25/6/2020).
Sehingga kata dia, BNN bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian merubah ladang ganja di tanah air menjadi kebun kopi ataupun jagung.
"Ada beberapa tempat, paling banyak di Aceh, tiga kabupaten, ladang ganja kita ubah menjadi kopi jagung dan lain-lain," katanya. (Baca juga: Program Ketahanan Pangan Di 10 Kabupaten ini Jangan Sampai Kendor)
Dia mengungkapkan, beberapa bulan lalu sebelum adanya Pandemi Covid-19, kopi dan jagung itu dipanen sekitar 13 ribu hektare. Dia membeberkan, untuk bisa merubah ladang ganja menjadi kebun kopi atau jagung itu bukan perkara mudah.
"Masyarakat sekitar kita mindset. Ini memang kerja berat, ganja kita paling banyak 65 persen," kata mantan Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Di samping itu, efek dari ganja itu cukup berbahaya bagi kesehatan manusia. "Yang diserang saraf otak kita," katanya.
(maf)
tulis komentar anda