5 Fakta Denjaka, Pasukan Hantu Laut TNI AL yang Ikut Kawal Jokowi ke Rusia-Ukraina
Sabtu, 25 Juni 2022 - 10:36 WIB
1. Berawal dari 70 Prajurit
Seperti diketahui, Denjaka merupakan pengembangan dari Pansusla yang dibentuk oleh KSAL pada 1982. Pada tahap awal, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Pansusla di bawah komando dan pengendalian Panglima Armada Barat (Armabar).
Melihat perkembangan dan kebutuhan, KSAL kemudian menyurati Panglima TNI yang intinya ingin membentuk Detasemen Jala Mengkara. Permohonan itu kemudian disetujui.
2. Pendidikan Super Berat
Mengutip artikel berjudul Pasukan Elite TNI Bergerak Secepat Anginyang dilansir situs resmi TNI pada 28 November 2005, setiap prajurit Denjaka wajib mengikuti pendidikan Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL) kurang lebih selama 5,5 bulan. Dalam kursus yang digelar di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, calon anggota Denjaka diberikan materi intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, hingga komando kelautan.
Prajurit TNI AL saat mengikuti pendidikan Denjaka. FOTO/INSTAGRAM @tni_denjaka
Selebihnya pendidikan dilakukan di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Calon Denjaka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang kerap menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun kecuali garam. Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Di dalam hutan, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan dalam waktu berhari-hari. Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan hidup, seperti ular, monyet, dan lain sebagainya.
Untuk latihan udara, prajurut Denjaka dilatih terjun bebas. Latihan terjun bebas itu tidak hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh. Atas kemampuan tersebut, Denjaka pun dijuluki sebagai pasukan Hantu Laut.
Seperti diketahui, Denjaka merupakan pengembangan dari Pansusla yang dibentuk oleh KSAL pada 1982. Pada tahap awal, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska). Pansusla di bawah komando dan pengendalian Panglima Armada Barat (Armabar).
Melihat perkembangan dan kebutuhan, KSAL kemudian menyurati Panglima TNI yang intinya ingin membentuk Detasemen Jala Mengkara. Permohonan itu kemudian disetujui.
2. Pendidikan Super Berat
Mengutip artikel berjudul Pasukan Elite TNI Bergerak Secepat Anginyang dilansir situs resmi TNI pada 28 November 2005, setiap prajurit Denjaka wajib mengikuti pendidikan Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL) kurang lebih selama 5,5 bulan. Dalam kursus yang digelar di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, calon anggota Denjaka diberikan materi intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, hingga komando kelautan.
Prajurit TNI AL saat mengikuti pendidikan Denjaka. FOTO/INSTAGRAM @tni_denjaka
Selebihnya pendidikan dilakukan di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Calon Denjaka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang kerap menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun kecuali garam. Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Di dalam hutan, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan dalam waktu berhari-hari. Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan hidup, seperti ular, monyet, dan lain sebagainya.
Untuk latihan udara, prajurut Denjaka dilatih terjun bebas. Latihan terjun bebas itu tidak hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh. Atas kemampuan tersebut, Denjaka pun dijuluki sebagai pasukan Hantu Laut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda