Hajat Bersama Kesuksesan Haji

Rabu, 22 Juni 2022 - 15:36 WIB
Kesadaraan jamaah haji untuk menjaga protokol kesehatan sangat diperlukan demi mengantisipasi penularan Covid-19 selama menjalankan ibadah di Tanah Suci. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
PEMBERANGKATAN jamaah haji Indonesia ke Tanah Suci sudah berlangsung hampir tiga pekan. Keberangkatan ini tentu disambut suka cita jamaah. Selain telah antre lama, mereka sangat lega karena pemerintah Arab Saudi akhirnya membuka pintu haji setelah dua tahun sebelumnya ditutup rapat akibat amukan virus korona.

Meski korona ini belum sepenuhnya hilang, namun kita bersyukur hingga kemarin tidak ada laporan jamaah haji termasuk dari Indonesia yang terpapar virus ini. Pun termasuk berbagai subvarian virus yang mengemuka akhir-akhir ini seperti BA.4 dan BA.5, semuanya masih dianggap aman.

Namun demikian, meski aman, jamaah haji dan umat manusia di dunia ini juga belum bisa berleha-leha. Secara global, kasus korona akhir-akhir ini telah menunjukkan kenaikan cepat. Fenomena ini juga terjadi di Saudi, di mana kasus baru harian mencapai sekitar 1.000. Padahal awal April lalu, tepatnya ketika Saudi mengumumkan pembukaan kuota haji, kasus korona di negeri ini bisa dibilang sangat-sangat terkendali. Saat itu, kasus harian maksimal sebanyak 200.



Tren naiknya kasus ini tentu harus diwaspadai. Pemerintah Saudi sendiri juga tak ingin kecolongan di tengah pelonggaran banyak aspek kehidupan yang saat ini diberlakukan. Kehati-hatian itu antara lain tampak dengan masih diberlakukannya secara ketat ketentuan batasan umur jamaah, vaksinasi penuh, tes usap (swab) PCR dan lain sebagainya. Di beberapa tempat ibadah, Saudi juga memberlakukan protokol kesehatan ketat seperti antrean di Raudhah Masjid Nabawi Madinah, pendaftaran via aplikasi etamarna, pendataan pergerakan jamaah via sistem tawakalna, e-hajj dan lain sebagainya.

Beragam ikhtiar Saudi ini tentu kita apresiasi dan bagian dari terobosan besar. Namun demikian, belum ada jaminan langkah-langkah besar itu sepenuhnya bisa mencegah masuknya virus korona berikut beragam subvariannya. Kegiatan haji adalah event dengan pergerakan manusia terbesar. Pada puncak haji tahun ini, akan ada sekitar 1 juta orang yang melakukan ritual ibadah di tempat dan waktu yang sama. Artinya, sekali ada yang terpapar, bisa saja potensi penyebaran akan cepat meluas. Jika tak ditangani dengan matang, hal ini berpotensi menimbulkan gangguan yang lebih kompleks.

Melihat begitu besar tantangan penyelenggaraan haji tahun ini, sudah saatnya semua pihak memiliki kesadaran bersama untuk saling menjaga sekaligus menyukseskannya. Bagi Indonesia, ada banyak kontriibusi yang sifatnya positif terhadap penyelenggaraan itu.

Di antaranya mengawal ketat berbagai hal yang telah dipersyaratkan sebelum mendapat izin masuk Saudi. Pengawalan dan komitmen ini penting, sebab kita tahu selama ini ada beberapa praktik penyimpangan dalam kebijakan kesehatan Covid-19. Kewajiban tes usap (PCR) misalnya, banyak ditemukan orang tanpa diperiksa namun telah terdata lolos atau negatif Covid-19. Hal ini juga banyak terjadi pada syarat vaksinasi. Jika kita menjadi bagian yang sengaja terlibat dalam praktik itu, maka sejatinya membuka lubang kerawanan ini dan berpotensi membahayakan hajatan haji.

Di luar kesehatan, tentu ada banyak aspek lain yang hakikatnya berkaitan erat dengan bentuk pelayanan yang dilakukan di Indonesia. Komposisi isi kamar jamaah misalnya, tentu tidak sepadat seperti kondisi normal. Demikian juga di transportasi, meski Saudi menerapkan aturan tak berjarak, namun pemerintah Indonesia selalu wanti-wanti ke jamaah agar tidak banyak bicara selama naik pesawat, bus, selalu kenakan masker, cuci tangan dan lain sebagainya.

Dus, kejujuran pendataan dan kepatuhan menjalankan prokes sejak di Tanah Air menjadi kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan haji secara global. Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan beberapa instansi terkait juga jauh-jauh hari telah merancang matang persiapan haji. Mereka bekerja ekstra di tengah persiapan haji yang sangat-sangat mepet.

Tahun ini, jamaah haji sebanyak 100.051 orang secara jumlah memang jauh dari kondisi normal. Toh begitu, pengurangan kuota ini tidak lantas berbanding lurus dengan berkurangnya model layanan. Justru sebaliknya, pemerintah dituntut bekerja lebih ekstra demi kekhusyukan dan keselamatan jamaah.

Kesadaran bersama akan sukses haji ini harus terus terbangun kuat. Apalagi haji tahun ini menjadi momentum penting sejauhmana kita benar-benar bisa merespons dengan arif wabah yang diturunkan Tuhan ke bumi. Pilihannya, apakah kita memilih menjadi makhluk yang mengedepankan akal dalam bertindak. Atau kita ingin tercatat menjadi korban atas kecerobohan yang kita lakukan. Semoga haji di tengah pandemi ini bisa terlalui dengan baik dengan memuarakan kebahagiaan, keselamatan dan kemabruran.

Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More