MCCC Tak Ingin Idul Adha dan Kurban Menjadi Klaster Baru Covid-19
Rabu, 24 Juni 2020 - 16:23 WIB
JAKARTA - Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan Covid-19 dalam melaksanakan salat Idul Adha dan kurban.
Ketua MCCC Agus Syamsuddin mengatakan kalau bisa salat Idul Adha tetap dilaksanakan di rumah masing-masing. Tentu pertimbangannya adalah penyebaran Covid-19 yang masih belum mereda. Apalagi saat ini jumlah kasus positif setiap harinya mencapai 1.000 orang.
“Kalau tetap dilakukan di tempat yang jumlahnya tidak banyak. Biasanya pemerintah menerapkan maksimum 30 orang. Sekali lagi, daerahnya di zona hijau. Karena kondisinya masih dalam ketidakpastian, sebaiknya di rumah. Takbir dilaksanakan di rumah dan tidak mudik kemana-mana,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Rabu (24/6/2020).
(Baca: Orang Miskin Bertambah, Muhammadiyah: Lebih Utama Sedekah Uang dari Sembelih Hewan)
MCCC juga menaruh perhatian pada pelaksanaan kurban yang biasanya mengundang kerumunan orang. Masyarakat biasanya bergotong royong dlaam menyembelih, serta memotong dan membagikan dagingnya.
Agus menerangkan kurban sebaiknya diserahkan kepada orang lain atau melalui lembaga amil zakat, seperti Lazismu. Jika tetap ingin melakukan penyembelihan hewan, harus ada pembatasan orang yang hadir dan hewan pada satu waktu.
Artinya, jika biasanya dalam satu tempat bisa menyembelih 10 sapi dan 25 ekor kambing, maka harus dibatasi. “Yang manageable bisa dilakukan dalam waktu 3 jam. Waktunya sependek dan sepadat mungkin,” ucapnya.
(Baca: Muhammadiyah Anjurkan Salat Idul Adha di Lapangan Tetap Ditiadakan)
Agus memperkirakan penyembelihan di rumah pemotongan hewan (RPH) akan penuh pada Idul Adha tahun ini. Untuk itu, penting untuk mempersiapkan alat pelindung diri, seperti kaos tangan, hand sanitizer, dan face shield.
Dalam pembagian daging tetap menjalankan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan tidak membuat kerumunan warga. “Kami tidak ingin sholat Idul Adha dan penyembelihan ini menjadi klaster baru Covid-19,” pungkasnya.
Ketua MCCC Agus Syamsuddin mengatakan kalau bisa salat Idul Adha tetap dilaksanakan di rumah masing-masing. Tentu pertimbangannya adalah penyebaran Covid-19 yang masih belum mereda. Apalagi saat ini jumlah kasus positif setiap harinya mencapai 1.000 orang.
“Kalau tetap dilakukan di tempat yang jumlahnya tidak banyak. Biasanya pemerintah menerapkan maksimum 30 orang. Sekali lagi, daerahnya di zona hijau. Karena kondisinya masih dalam ketidakpastian, sebaiknya di rumah. Takbir dilaksanakan di rumah dan tidak mudik kemana-mana,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Rabu (24/6/2020).
(Baca: Orang Miskin Bertambah, Muhammadiyah: Lebih Utama Sedekah Uang dari Sembelih Hewan)
MCCC juga menaruh perhatian pada pelaksanaan kurban yang biasanya mengundang kerumunan orang. Masyarakat biasanya bergotong royong dlaam menyembelih, serta memotong dan membagikan dagingnya.
Agus menerangkan kurban sebaiknya diserahkan kepada orang lain atau melalui lembaga amil zakat, seperti Lazismu. Jika tetap ingin melakukan penyembelihan hewan, harus ada pembatasan orang yang hadir dan hewan pada satu waktu.
Artinya, jika biasanya dalam satu tempat bisa menyembelih 10 sapi dan 25 ekor kambing, maka harus dibatasi. “Yang manageable bisa dilakukan dalam waktu 3 jam. Waktunya sependek dan sepadat mungkin,” ucapnya.
(Baca: Muhammadiyah Anjurkan Salat Idul Adha di Lapangan Tetap Ditiadakan)
Agus memperkirakan penyembelihan di rumah pemotongan hewan (RPH) akan penuh pada Idul Adha tahun ini. Untuk itu, penting untuk mempersiapkan alat pelindung diri, seperti kaos tangan, hand sanitizer, dan face shield.
Dalam pembagian daging tetap menjalankan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan tidak membuat kerumunan warga. “Kami tidak ingin sholat Idul Adha dan penyembelihan ini menjadi klaster baru Covid-19,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda