Mengenal dr Sardjito, Rektor UGM yang Diabadikan Menjadi Nama Rumah Sakit

Senin, 13 Juni 2022 - 11:17 WIB
dr Sardjito adalah penemu vaksin dan biskuit untuk para pejuang kemerdekaan Indonesia. Foto/ist
JAKARTA - Nama dr Sardjito cukup dikenal publik lantaran menjadi nama rumah sakit di Yogyakarta . Mengingat namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit, andil dr Sardjito untuk Tanah Air pasti tidak bisa diremehkan.

Dokter Sardjito merupakan sosok penting yang berperan di bidang kesehatan dan pendidikan pada masa perjuangan kemerdekaan. Pada 8 November 2019, dr Sardjito mendapatkan gelar pahlawan nasional. Penganugerahan gelar tersebut dilakukan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara.

Dikutip dari jurnal.ugm.ac, Sardjito lahir di Purwodadi, Magetan, Jawa Timur pada 13 Agustus 1889. Ia merupakan putra dari seorang guru. Ayahnya, Mohamad Sajid, guru di Pemalang dan menjadi guru HIS di Bondowoso. Sardjito menyelesaikan pendidikan formalnya di Sekolah Belanda Lumajang. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) dan lulus tahun 1915. Setelah lulus dari STOVIA, ia diangkat menjadi dokter pada dinas kesehatan kota (Burgerlijke Geneeskundige Dienst) di Batavia.





Kurang lebih satu tahun bekerja di STOVIA, dr. Sardjito kemudian pindah ke Institut Pasteur di Bandung sampai tahun 1920. Ia menjadi seorang peneliti di tim penelitian khusus tentang influenza. Ia meriset influenza selama satu tahun, dari tahun 1918 sampai 1919. Pada masa itu, influenza merupakan suatu hal yang menakutkan bagi masyarakat.

Pada 1920, Sardjito melanjutkan studi ke Belanda, yakni di Universitas Amsterdam. Dengan pengalaman riset yang dimilikinya membuat Sardjito mampu menyelesaikan pendidikan dalam waktu satu semester. Semangatnya akan belajar begitu tinggi hingga ia mengajukan proposal studi untuk tingkat doktoral. Pada jenjang doktoralnya, ia kembali mengembangkan studi yang berkaitan dengan penyakit tropis. Dr. Sardjito lulus ujian tingkat doktor pada tahun 1923. Selain menjalankan profesi dokter dan peneliti, dr. Sardjito juga aktif dalam organisasi dan pergerakan. Di antara kiprahnya adalah menjadi Ketua Budi Utomo cabang Jakarta pada 1925.

Sardjito dikenal sebagai sosok yang cinta buku. Salah satu buktinya saat menyelamatkan buku-buku di Institut Pasteur. Di masa perang kemerdekaan tahun 1945, Belanda yang membonceng Sekutu masih melakukan penyerangan ke sejumlah wilayah di Indonesia. Agar aset pendidikan dapat terselamatkan dari gempuran yang dilancarkan dalam pertempuran, dr Sardjito menyelundupkan buku-buku dari Institut Pasteur di Bandung ke Klaten dan Solo.

Jasa dr Sardjito lainnya bagi perjuangan bangsa adalah pembuatan makanan ransum berupa biskuit untuk tentara yang berjuang di medan perang. Dr. Sardjito membuat biskuit, yang dinamakan biskuit Sardjito, itu dengan formula khusus sehingga para pejuang yang mengonsumsinya dapat tercukupi energinya serta bisa menahan lapar.

Dokter Sardjito diangkat menjadi rektor pertama Universitas Gadjah Mada pada tahun 1949. Pendirian Universitas Gadjah Mada memang tidak bisa dilepaskan dari nama dr. Sardjito yang mencurahkan pemikiran serta peran sertanya dalam membangun serta mengembangkan universitas tersebut. Ia juga pernah menjabat sebagai rektor di Universitas Islam Indonesia tahun 1964 hingga 1970.

Pada tahun 1970, tepatnya tanggal 5 Mei, dr Sardjito wafat di usianya yang ke 80 tahun. Setahun sebelu meninggal, usulannya kepada pemerintah agar didirikan sebuah rumah sakit untuk keperluan pendidikan dan kesehatan di Yogyakarta baru dapat direalisasikan. Dia meninggal ketika rumah sakit yang diimpikannya dibangunUntuk menghormati jasanya, rumah sakit yang didirikan pada 13 Juni 1974 itu dinamakan RSUP dr. Sardjito.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More