Menjelajahi Cerpen-cerpen Religi
Minggu, 29 Mei 2022 - 09:21 WIB
Cerpen yang mengangkat toleransi antar umat beragama secara menonjol ditemui di cerpen yang berjudul “Aroma Wangi Anak-anak Serambi”. Di cerpen tersebut sebenarnya penulis tidak hanya menyampaikan pesan toleransi, tapi juga mencoba memberi makna yang lebih luas pada fungsi tempat ibadah, yakni ketika terjadi polemik boleh tidaknya masjid digunakan untuk mengumumkan berita kematian seorang Nasrani.
Cerpen yang menggambarkan toleransi dalam pemahaman satu agama, bisa ditemui di cerpen yang berjudul “Mendengar Suara Azan”. Cerpen ini berkisah mengenai perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda dalam membangun nasjid di tempat yang angker. Sementara cerpen yang mengangkat fenomena dinamika sosial dalam balutan perayaan ritual keagamaan, juga pergeseran tradisi dalam merayakan hari raya keagamaan, kebanyakan bercerita tentang momentum hari lebaran.
Setidaknya ada enam judul cerpen yang berkaitan dengan lebaran, yakni: “Seperti Lebaran Tahun Lalu”, “Teriakan Hari Raya (THR)”, “Oleh-oleh Lebaran”, “Nostalgia Lebaran”, “Paku yang Keseratus”, dan “Di Beranda, Jika Saatnya Tiba”. Di cerpen-cerpen tersebut diangkat tokoh utama dengan beragam profesi (TKW, pembantu rumah tangga, pensiunan, tukang tambal ban) saat menghadapi peliknya persoalan hidup dan harus merayakan lebaran –tapi sebgian menyajikan bahwa momentum lebaran selalu mendatangkan kegembiraan untuk dijalani.
Cerpen berjudul “Kado Kemenangan” juga bercerita ihwal lebaran, namun lebih menitikberatkan pencarian eksistensi diri dari sang tokoh, pengembaraannya mencari dan menemukan (terlebih akhirnya mempercayai) Tuhan beserta agama yang dianutnya. Cerpen ini secara isi berat, tapi dua strategi yang digunakan penulis untuk membuat cerpen ini terkesan cair tampaknya berhasil. Pertama, cerpen ini dibuka dengan puisi dari teman sang tokoh utama. Kedua, ada banyak dialog yang kocak dan ringan tentang dua tokoh yang diceritakan.
Hemat saya, buku kumcer ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif bacaan sastra yang mengasyikan di antara bacaa-bacaan sastra yang tersedia. Meski hampir keseluruhan cerpen-cerpen di buku ini mengangkat tema keagamaan dalam dinamika sosial, tapi karena di tiap judul selalu menghadirkan fenomena unik dan pendekatan yang khas, pembaca ditanggung tidak akan merasa bosan dan jenuh membacanya.
Akhirnya, membaca cerpen-cerpen di buku ini seperti menjelajahi aroma wangi fenomena keagamaan di sekitar kita.
Judul Buku : Aroma Wangi Anak-anak Serambi
Penulis : Marwanto
Penerbit : Poesies Indonesia, Cirebon Jawa Barat.
Cetakan : Pertama, November 2021
Cerpen yang menggambarkan toleransi dalam pemahaman satu agama, bisa ditemui di cerpen yang berjudul “Mendengar Suara Azan”. Cerpen ini berkisah mengenai perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda dalam membangun nasjid di tempat yang angker. Sementara cerpen yang mengangkat fenomena dinamika sosial dalam balutan perayaan ritual keagamaan, juga pergeseran tradisi dalam merayakan hari raya keagamaan, kebanyakan bercerita tentang momentum hari lebaran.
Setidaknya ada enam judul cerpen yang berkaitan dengan lebaran, yakni: “Seperti Lebaran Tahun Lalu”, “Teriakan Hari Raya (THR)”, “Oleh-oleh Lebaran”, “Nostalgia Lebaran”, “Paku yang Keseratus”, dan “Di Beranda, Jika Saatnya Tiba”. Di cerpen-cerpen tersebut diangkat tokoh utama dengan beragam profesi (TKW, pembantu rumah tangga, pensiunan, tukang tambal ban) saat menghadapi peliknya persoalan hidup dan harus merayakan lebaran –tapi sebgian menyajikan bahwa momentum lebaran selalu mendatangkan kegembiraan untuk dijalani.
Cerpen berjudul “Kado Kemenangan” juga bercerita ihwal lebaran, namun lebih menitikberatkan pencarian eksistensi diri dari sang tokoh, pengembaraannya mencari dan menemukan (terlebih akhirnya mempercayai) Tuhan beserta agama yang dianutnya. Cerpen ini secara isi berat, tapi dua strategi yang digunakan penulis untuk membuat cerpen ini terkesan cair tampaknya berhasil. Pertama, cerpen ini dibuka dengan puisi dari teman sang tokoh utama. Kedua, ada banyak dialog yang kocak dan ringan tentang dua tokoh yang diceritakan.
Hemat saya, buku kumcer ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif bacaan sastra yang mengasyikan di antara bacaa-bacaan sastra yang tersedia. Meski hampir keseluruhan cerpen-cerpen di buku ini mengangkat tema keagamaan dalam dinamika sosial, tapi karena di tiap judul selalu menghadirkan fenomena unik dan pendekatan yang khas, pembaca ditanggung tidak akan merasa bosan dan jenuh membacanya.
Akhirnya, membaca cerpen-cerpen di buku ini seperti menjelajahi aroma wangi fenomena keagamaan di sekitar kita.
Judul Buku : Aroma Wangi Anak-anak Serambi
Penulis : Marwanto
Penerbit : Poesies Indonesia, Cirebon Jawa Barat.
Cetakan : Pertama, November 2021
tulis komentar anda