Kisah Hendropriyono Diuji Buya Syafii Maarif soal Terorisme, Hasilnya Bikin Salut!
Sabtu, 28 Mei 2022 - 15:21 WIB
Bertindak sebagai promotor dalam ujian tersebut adalah Prof Kaelan, Prof Lasiyo, dan Prof Djoko Suryo. Adapun selaku penguji yaitu Prof Dr R Soejadi, Prof Dr Syamsulhadi, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif, Prof Koento Wibisono, dan Prof Mukhtasar Syamsuddin.
Dalam disertasi setebal 400 halaman, Hendropriyono mengupas masalah terorisme yang terjadi di Indonesia dan dunia yang dikaji melalui pendekatan analitik bahasa. ''Saya melakukan kajian dari filsafat bahasa. Bagaimana orang (teroris) itu ngomong, dari situ saya kita tahu apa yang dipikirkannya,'' kata Hendro, dikutip dari situs laman resmi UGM, Sabtu (28/5/2022).
Disaksikan sejumlah tamu undangan, termasuk sejumlah menteri, Hendro sangat percaya diri mengikuti ujian terbuka tersebut. Terlihat tokoh intelijen itu begitu rileks. Hal ini wajar mengingat sebagian besar kariernya bergulat dengan banyak hal yang mengancam keutuhan negara, salah satunya tindak pidana terorisme.
Tak mengherankan pula, alumnus Akademi Militer 1967 itu ringkas menjawab pertanyaan Buya Syafii Maarif. Cendekiawan muslim itu meminta Hendro menjelaskan tentang persepsi orang yang mengaitkan terorisme dengan Islam. ”Tolong jawab dengan singkat,” ujar Buya Syafii, dikutip dari tulisan berjudul Hendropriyono, Sang Doktor Filsafat.
”Singkatnya, mereka tidak paham Islam,” kata Hendra. Jawaban lugas ini pun disambut tepuk tangan membahana para tamu yang menyaksikan ujian tersebut. Begitu applaus mereda, Hendro menjawab panjang lebar pertanyaan Buya Syafii.
Ujian terbuka program S3 itu berlangsung lancar. Hendro akhirnya mengukir sejarah baru dalam rekam jejak akademiknya. Pria kelahiran Jogjakarta yang juga pernah menjabat menteri transmigrasi dan pemukiman perambah hutan itu lulus dengan pencapaian top.
"Dengan ini, tim penguji memutuskan Saudara Hendropriyono berhasil memeroleh gelar doktor dengan predikat cumlaude," kata Ketua Tim Penguji Mukhtasar.
Baca juga: SBY Jenguk Hendropriyono di RSPAD
Berdasarkan keterangan UGM, dalam disertasinya Hendropriyono menyebutkan bahwa terorisme adalah suatu fenomena sosial yang sulit untuk dimengerti, bahkan oleh para teroris sendiri. Tanpa pendidikan yang memadai pun, sesorang dapat melakukan aksi terorisme yang menggetarkan dunia dan berimplikasi sangat luas.
Menurutnya, taktik dan teknik teroris terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas ideologi atau filsafat yang menjadi motifnya.
Dalam disertasi setebal 400 halaman, Hendropriyono mengupas masalah terorisme yang terjadi di Indonesia dan dunia yang dikaji melalui pendekatan analitik bahasa. ''Saya melakukan kajian dari filsafat bahasa. Bagaimana orang (teroris) itu ngomong, dari situ saya kita tahu apa yang dipikirkannya,'' kata Hendro, dikutip dari situs laman resmi UGM, Sabtu (28/5/2022).
Disaksikan sejumlah tamu undangan, termasuk sejumlah menteri, Hendro sangat percaya diri mengikuti ujian terbuka tersebut. Terlihat tokoh intelijen itu begitu rileks. Hal ini wajar mengingat sebagian besar kariernya bergulat dengan banyak hal yang mengancam keutuhan negara, salah satunya tindak pidana terorisme.
Tak mengherankan pula, alumnus Akademi Militer 1967 itu ringkas menjawab pertanyaan Buya Syafii Maarif. Cendekiawan muslim itu meminta Hendro menjelaskan tentang persepsi orang yang mengaitkan terorisme dengan Islam. ”Tolong jawab dengan singkat,” ujar Buya Syafii, dikutip dari tulisan berjudul Hendropriyono, Sang Doktor Filsafat.
”Singkatnya, mereka tidak paham Islam,” kata Hendra. Jawaban lugas ini pun disambut tepuk tangan membahana para tamu yang menyaksikan ujian tersebut. Begitu applaus mereda, Hendro menjawab panjang lebar pertanyaan Buya Syafii.
Ujian terbuka program S3 itu berlangsung lancar. Hendro akhirnya mengukir sejarah baru dalam rekam jejak akademiknya. Pria kelahiran Jogjakarta yang juga pernah menjabat menteri transmigrasi dan pemukiman perambah hutan itu lulus dengan pencapaian top.
"Dengan ini, tim penguji memutuskan Saudara Hendropriyono berhasil memeroleh gelar doktor dengan predikat cumlaude," kata Ketua Tim Penguji Mukhtasar.
Baca juga: SBY Jenguk Hendropriyono di RSPAD
Berdasarkan keterangan UGM, dalam disertasinya Hendropriyono menyebutkan bahwa terorisme adalah suatu fenomena sosial yang sulit untuk dimengerti, bahkan oleh para teroris sendiri. Tanpa pendidikan yang memadai pun, sesorang dapat melakukan aksi terorisme yang menggetarkan dunia dan berimplikasi sangat luas.
Menurutnya, taktik dan teknik teroris terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan strateginya berkembang seiring dengan keyakinan ontologis atas ideologi atau filsafat yang menjadi motifnya.
tulis komentar anda