Yenny Wahid: Buya Syafii Mengaku Sering Rindu Gus Dur
Jum'at, 27 Mei 2022 - 15:51 WIB
JAKARTA - Tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dan tokoh Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) sepakat Islam sebagai inspirasi kehidupan umat dan masyarakat. Namun, setelah sepeninggalan Gus Dur, Buya Syafii Maarif mengaku sering kesepian dan rindu sosoknya.
Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menuturkan wafatnya Buya Syafii membuat dirinya kembali mengingat ayahanda. Gus Dur dan Buya Syafii merupakan dua tokoh yang berhasil mendekatkan Muhammadiyah dan NU yang sempat renggang akibat perbedaan politik dan persoalan amaliah keagamaan. Namun, seringnya pertemuan secara fisik dan persamaan pemikiran tentang visi kebangsaan, keduanya berhasil membuat dua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu menjadi mesra.
"Persamaan visi kebangsaan, serta kerapnya pertemuan di antara mereka berdua, membuat hubungan antara kedua lembaga menjadi mesra," kata Yenny Wahid dalam keterangannya, Jumat (27/5/2022).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya sepakat jika Islam ada di tengah-tengah masyarakat sebagai inspirasi kehidupan. Keduanya menilai tidak perlu Islam diformalkan dalam negara Indonesia karena banyaknya agama di Indonesia.
"Baik Gus Dur maupun Buya Syafii lebih setuju dengan Islam sebagai inspirasi kehidupan umat dan masyarakat, dan tidak perlu diformalkan sebagai hukum negara, karena bisa terjadi diskriminasi terhadap warga negara nonmuslim," katannya.
Karena seringnya berdialog dengan Gus Dur tentang kehidupan umat dalam bernegara, Buya Syafii mengaku rindu dengan Gus Dur pasca sepeninggalannya. "Buya Syafii mengaku sering rindu Gus Dur, apalagi ketika beliau merasa kesepian dalam berjuang menegakkan toleransi di Indonesia," katanya.
Buya Syafii dianggap sebagai tokoh yang independen, berani mengutarakan kritikan, bahkan kepada para pejabat negara. Yenny menyebut Buya Syafii memiliki kepedulian tinggi atas berbagai isu kehidupan bernegara. "Kami banyak bertukar pikiran mengenai nasib Garuda. Ya beliau punya kepedulian atas berbagai isu dimasyarakat," katanya.
Baca juga: Kesederhanaan Buya Syafii, dari Naik Transportasi Umum hingga Makan di Angkringan
Tidak hanya itu, dalam kehidupan sosial, Buya Syafii merupakan sosok sederhana. Mantan Ketum PP MUhammadiyah selalu membawa sepeda dan vespa saat hendak pergi ke mana-mana. Namun Buya kaya dalam berkarya dan amalan baik untuk bangsa.
"Beliau kaya dalam karya dan amalan baik untuk bangsa. Selamat jalan, Buya. Semoga engkau mendapat tempat disisi Allah SWT. We will miss you," katanya.
Lihat Juga: Ikut Pembekalan Calon Menteri, Abdul Mu'ti: Prabowo Tekankan Penyelenggaraan Negara Bebas Korupsi
Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid menuturkan wafatnya Buya Syafii membuat dirinya kembali mengingat ayahanda. Gus Dur dan Buya Syafii merupakan dua tokoh yang berhasil mendekatkan Muhammadiyah dan NU yang sempat renggang akibat perbedaan politik dan persoalan amaliah keagamaan. Namun, seringnya pertemuan secara fisik dan persamaan pemikiran tentang visi kebangsaan, keduanya berhasil membuat dua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu menjadi mesra.
"Persamaan visi kebangsaan, serta kerapnya pertemuan di antara mereka berdua, membuat hubungan antara kedua lembaga menjadi mesra," kata Yenny Wahid dalam keterangannya, Jumat (27/5/2022).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keduanya sepakat jika Islam ada di tengah-tengah masyarakat sebagai inspirasi kehidupan. Keduanya menilai tidak perlu Islam diformalkan dalam negara Indonesia karena banyaknya agama di Indonesia.
"Baik Gus Dur maupun Buya Syafii lebih setuju dengan Islam sebagai inspirasi kehidupan umat dan masyarakat, dan tidak perlu diformalkan sebagai hukum negara, karena bisa terjadi diskriminasi terhadap warga negara nonmuslim," katannya.
Karena seringnya berdialog dengan Gus Dur tentang kehidupan umat dalam bernegara, Buya Syafii mengaku rindu dengan Gus Dur pasca sepeninggalannya. "Buya Syafii mengaku sering rindu Gus Dur, apalagi ketika beliau merasa kesepian dalam berjuang menegakkan toleransi di Indonesia," katanya.
Buya Syafii dianggap sebagai tokoh yang independen, berani mengutarakan kritikan, bahkan kepada para pejabat negara. Yenny menyebut Buya Syafii memiliki kepedulian tinggi atas berbagai isu kehidupan bernegara. "Kami banyak bertukar pikiran mengenai nasib Garuda. Ya beliau punya kepedulian atas berbagai isu dimasyarakat," katanya.
Baca juga: Kesederhanaan Buya Syafii, dari Naik Transportasi Umum hingga Makan di Angkringan
Tidak hanya itu, dalam kehidupan sosial, Buya Syafii merupakan sosok sederhana. Mantan Ketum PP MUhammadiyah selalu membawa sepeda dan vespa saat hendak pergi ke mana-mana. Namun Buya kaya dalam berkarya dan amalan baik untuk bangsa.
"Beliau kaya dalam karya dan amalan baik untuk bangsa. Selamat jalan, Buya. Semoga engkau mendapat tempat disisi Allah SWT. We will miss you," katanya.
Lihat Juga: Ikut Pembekalan Calon Menteri, Abdul Mu'ti: Prabowo Tekankan Penyelenggaraan Negara Bebas Korupsi
(abd)
tulis komentar anda