Menkes Nyatakan Telah Siapkan Protokol Surveilans Hepatitis Misterius
Rabu, 11 Mei 2022 - 18:55 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan telah menyiapkan protokol surveilans untuk menangani kasus hepatitis misterius pada anak. Protokol tersebut adalah tes Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) dan tes Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT), terutama yang berhubungan dengan kerusakan sel hati.
“Dan yang penting adalah kita sudah mempersiapkan protokol untuk surveilansnya. Yang penting adalah dites SGPT, SGOT kalau sudah di atas 100, karena normalnya 30, itu yang harus benar-benar dirujuk ke faskes (fasilitas kesehatan),” kata Budi Gunadi seusai rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden (Wapres), Rabu (11/5/2022).
Budi Gunadi menegaskan jika pada kerusakan tersebut sudah di atas 500 harus dimasukkan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan. “Nah kalau sudah di atas 500, itu harus dimasukin ke faskes rujukan yang memang sudah kita latih untuk itu. Tapi untuk teman-teman di Inggris yang paling banyakan 100-an dan amerika yang kedua. Itu tidak terjadi klaster,” kata dia.
Menurut Budi, penyakit hepatitis ini tidak seperti penyakit pandemi. Selain itu, dia memastikan telah melakukan koordinasi dengan Centers for Disease Control and Prevention atau pengendalian penyakit di Amerika Serikat dan Inggris bahwa klasterisasi tidak terjadi dan tidak menular.
“Kita sudah ngomong CDC dengan amerika kita sudah ngomong dengan CDC Inggris, klasterisasi itu tidak terjadi. Itu nomor satu. Jadi ini tidak semenular yang dibayangkan banyak orang,” tegasnya.
“Dan yang penting adalah kita sudah mempersiapkan protokol untuk surveilansnya. Yang penting adalah dites SGPT, SGOT kalau sudah di atas 100, karena normalnya 30, itu yang harus benar-benar dirujuk ke faskes (fasilitas kesehatan),” kata Budi Gunadi seusai rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden (Wapres), Rabu (11/5/2022).
Budi Gunadi menegaskan jika pada kerusakan tersebut sudah di atas 500 harus dimasukkan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan. “Nah kalau sudah di atas 500, itu harus dimasukin ke faskes rujukan yang memang sudah kita latih untuk itu. Tapi untuk teman-teman di Inggris yang paling banyakan 100-an dan amerika yang kedua. Itu tidak terjadi klaster,” kata dia.
Menurut Budi, penyakit hepatitis ini tidak seperti penyakit pandemi. Selain itu, dia memastikan telah melakukan koordinasi dengan Centers for Disease Control and Prevention atau pengendalian penyakit di Amerika Serikat dan Inggris bahwa klasterisasi tidak terjadi dan tidak menular.
“Kita sudah ngomong CDC dengan amerika kita sudah ngomong dengan CDC Inggris, klasterisasi itu tidak terjadi. Itu nomor satu. Jadi ini tidak semenular yang dibayangkan banyak orang,” tegasnya.
(muh)
tulis komentar anda