Hikmah Ramadhan Mengontrol Ketamakan

Sabtu, 09 April 2022 - 12:59 WIB
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri. Foto/Dok.SINDOnews
H. Firli Bahuri

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI)

Salam Sejahtera untuk Kita Semua,



SYUKUR alhamdulillah, hari-hari indah Ramadhan, bulan penuh nikmat, rahmat, berkah, hidayah, serta inayah dari Allah SWT dapat kembali kita nikmati bersama tiap detiknya sampai tiba waktunya Idul Fitri, hari kemenangan yang sejatinya adalah kemenangan bagi segenap umat manusia di dunia. Layaknya semburat mentari pagi yang hangat, teduh menyuluh hati, jiwa dan raga, Ramadhan senantiasa menggugah kesejukan, kenyamanan, dan menciptakan atmosfer kedamaian bagi umat manusia dan seluruh alam semesta.

Bukan hanya penuh berkah, ampunan, dan rahmat yang berlimpah, Ramadhan sebagai Syahrul Tarbigah (bulan pendidikan), tentunya sarat dengan nilai-nilai kehidupan serta tauladan baik, sehingga kita seyogianya menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk mendidik jiwa, serta meneguhkan integritas dalam perang melawan hawa nafsu di fananya dunia ini. Namun sayangnya, tidak sedikit oknum penyelenggara negara, pejabat, kepala daerah, politisi, dan oknum penegak hukum di negeri ini yang terdidik ilmu pengetahuan dan agama dengan baik, tetapi tak sepenuhnya menjiwai nilai esoteris dari hikmah puasa Ramadhan, yang tak lain adalah ketaqwaan.

Sungguh ironis, di satu sisi mereka termasuk kaum terpelajar, memiliki akses pengetahuan yang memadai dan mengerti ajaran agama, namun sangat minim bahkan tidak memiliki integritas yang luhur, jauh dari kata berbudi karena gemar mengais harta dengan cara batil, yakni korupsi. Seyogianya mereka adalah teladan bagi anak bangsa di negeri ini. Namun defisit akhlak, moral dan etika telah menggiring serta mereka ke dalam barisan kelam, barisan para koruptor.

Keterlibatan kaum terpelajar dalam kubangan korupsi bukan isapan jempol belaka, mengingat hal ini memang nyata dan benar adanya. Tak pernah puas dan selalu merasa kurang atas nikmat rezeki dan harta yang dimilikinya, para koruptor telah kehilangan sisi-sisi kemanusiaan, kini berperangi layaknya binatang, seekor tikus yang tak lagi memiliki rasa malu, dosa, simpati apalagi empati saat memakan uang rakyat, untuk memenuhi rasa laparnya yang tak kunjung usai.

Lihat saja para koruptor yang kami cokok, sebagian besar dari mereka menyandang gelar sarjana, S1, S2, S3, bahkan Profesor. Tanpa mengecilkan peran para pendidik, kita harus berani jujur bahwasanya hari-hari ini bangsa ini masih menyaksikan hal berbeda nan tercela dari oknum kaum terpelajar tersebut, yang kontradiktif dengan tujuan dan cita-cita pendidikan itu sendiri.

Melihat hal ini, KPK memandang perlu mendesain pendidikan di republik ini agar tetap memiliki integritas yang berakhlakul karimah dengan mengajarkan idealisme yang sarat dengan nilai-nilai antikorupsi yakni kesederhanaan, kejujuran, dan rasa tanggung jawab tinggi, untuk membentuk karakter kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa antikorupsi. KPK melihat pola pendidikan yang saat ini lebih banyak mengandalkan porsi pengajaran dan pembelajaran yang bermuara pada peningkatan akal, jasmani, serta keterampilan, dan itu tidak salah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More