Pengembangan SDM Pariwisata

Kamis, 07 April 2022 - 14:22 WIB
Harliantara (Foto: Ist)
Harliantara

Dekan Fikom Unitomo Surabaya, Praktisi Penyiaran

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang getol mencetak sumber daya manusia (SDM) pariwisata. Menteri Pariwisata Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan 100% lulusan dari mahasiswa Politeknik Pariwisata (Poltekpar) di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terserap di industri pariwisata Tanah Air. Bahkan banyak di antaranya mampu menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat.



Data menunjukkan bahwa setiap tahun enam Poltekpar meluluskan 3.500 mahasiswa/mahasiswi. Sebanyak 30% mahasiswa membuka usaha dan lapangan kerja sendiri dan 70% lulusannya terserap sebagai tenaga kerja di industri pariwisata. Poltekpar berada di Bandung, Medan, Palembang, Lombok, Makassar, dan Bali. Diharapkan ke depan Poltekpar terus meningkatkan inovasi platform pariwisata serta menyiapkan dan melaksanakan kurikulum dan membuka lapangan kerja atau job opportunity. Selain itu lulusannya mesti mahir dalam hal komunikasi pariwisata.

Ada beberapa program studi (prodi) yang menjadi unggulan dan yang diminati para calon mahasiswa yang ingin kuliah di Poltekpar.Pertama, Diploma 3 Manajemen Tata Boga/ Kuliner. Prodi ini banyak diminati bagi yang ingin berwirausaha di bidang kuliner. Kedua, prodi Diploma 4 Administrasi Perhotelan, prodi ini diminati karena peminat ingin mendalami hospitality di perhotelan, Ketiga prodi Diploma 4 Kepariwisataan, prodi ini diminati untuk mengembangkan destinasi pariwisata. Dan yang keempat Diploma 4 Manajemen Perhelatan/Event dan MICE.

Indonesia memerlukan strategi pengembangan pariwisata yang berbasis platform digital dan spirit baru komunikasi pemasaran pariwisata. Itu antara lain bisa dilakukan dengan program massive action untuk mendorong podcaster atau videocaster mempromosikan pariwisata, keanekaragaman seni dan budaya lokal dengan cara memproduksi berbagai konten yang berkualitas sebanyak-banyaknya lewat platform.

Usaha berbasis platform berbeda dengan konvensional. Usaha konvensional dapat dianalogikan seperti pipa yang mengalirkan air dari hulu ke hilir. Di hulu, produsen membuat produk dan jasa, menyalurkannya melalui jaringan distribusi, lalu menjualnya ke konsumen akhir di hilir.

Sementara usaha berbasis platform lebih seperti pasar atau panggung terbuka di mana semua partisipan saling berkumpul, berinteraksi, dan melakukan transaksi satu sama lain secara terbuka. Atas penyediaan fasilitas ini,pembuat platform dapat mengutip biaya atau ongkos sewa yang bisa dibebankan kepada pembeli, penjual, atau keduanya.

Di era go-digital, informasi pariwisata dan ekonomi kreatif sangat mudah didapatkan dalam platform-platform marketplace. Sayangnya perusahaan yang menyediakan platform beragam informasi pariwisata banyaknya dikelola dan dimiliki oleh pengusaha dari luar negeri.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More