Beda Awal Puasa, Sekum PP Muhammadiyah Cuit soal Hilal dan Menteri Agama
Jum'at, 01 April 2022 - 20:26 WIB
JAKARTA - Tahun ini Muhammadiyah memulai puasa Ramadhan lebih awal dari penetapan resmi pemerintah. Jauh-jauh hari Muhammadiyah telah menetapan 1 Ramadhan 1443 Hijriyah jatuh pada Sabtu (2/4/2022). Sementara pemerintah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada Minggu (3/4/2022) melalui sidang isbat sejak sore hingga magrib tadi.
Perbedaan ini disebabkan penggunaan metode yang tidak sama. Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan dengan kriteria wujudul hilal. Ketika dalam perhitungan posisi hilal di atas nol derajat (ufuk), Muhammadiyah berpendapat telah masuk 1 Ramadhan.
Di sisi lain, pemerintah menggabungkan hisab dengan rukyatul hilal. Lewat metode ini pemerintah meletakkan hasil hisab sebagai patokan bisa tidaknya hilal dilihat dengan mata atau rukyat.
Tetapi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti punya pengalaman lain. Dia bercerita pernah ditanya wartawan mengenai perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Sebelum melontarkan pertanyaan intinya, wartawan menyampaikan pandangannya.
”Pada masa Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, tidak pernah terjadi perbedaan awal puasa dan Idul Fitri. Demikian pula pada masa Pak Jenderal Fahrurrazi. Posisi hilal selalu tinggi sehingga dapat dilihat dengan jelas,” kata wartawan yang diceritakan Mu’ti dalam unggahan akun Instagram berjudul Hilal dan Menteri Agama, dikutip Jumat (1/4/2022).
Dalam cerita yang juga dibagikan di Twitter itu, si wartawan lalu membandingkan dengan apa yang terjadi tahun ini. ”Lha sekarang, belum setahun Gus Yaqut Cholil Qoumas menjabat menteri agama, awal Ramadhan kemungkinan akan berbeda,” ujar wartawan seperti ditulis Mu’ti.
Sampailah wartawan pada pertanyaannya. ”Kenapa pada masa Gus Yaqut posisi hilal rendah? Apakah hilal tidak bisa dinaikkan? Adakah hubungan posisi hilal dengan jabatan menteri agama?” tanya wartawan.
Ditanya seperti itu, Mu’ti angkat tangan. ”Saya tidak bisa menjawab pertanyaan wartawan tersebut. Mohon pembaca memberi masukan?” tulis Mu’ti dengan ikon tertawa.
Perbedaan ini disebabkan penggunaan metode yang tidak sama. Muhammadiyah menggunakan hisab atau perhitungan dengan kriteria wujudul hilal. Ketika dalam perhitungan posisi hilal di atas nol derajat (ufuk), Muhammadiyah berpendapat telah masuk 1 Ramadhan.
Di sisi lain, pemerintah menggabungkan hisab dengan rukyatul hilal. Lewat metode ini pemerintah meletakkan hasil hisab sebagai patokan bisa tidaknya hilal dilihat dengan mata atau rukyat.
Tetapi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti punya pengalaman lain. Dia bercerita pernah ditanya wartawan mengenai perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Sebelum melontarkan pertanyaan intinya, wartawan menyampaikan pandangannya.
”Pada masa Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, tidak pernah terjadi perbedaan awal puasa dan Idul Fitri. Demikian pula pada masa Pak Jenderal Fahrurrazi. Posisi hilal selalu tinggi sehingga dapat dilihat dengan jelas,” kata wartawan yang diceritakan Mu’ti dalam unggahan akun Instagram berjudul Hilal dan Menteri Agama, dikutip Jumat (1/4/2022).
Dalam cerita yang juga dibagikan di Twitter itu, si wartawan lalu membandingkan dengan apa yang terjadi tahun ini. ”Lha sekarang, belum setahun Gus Yaqut Cholil Qoumas menjabat menteri agama, awal Ramadhan kemungkinan akan berbeda,” ujar wartawan seperti ditulis Mu’ti.
Sampailah wartawan pada pertanyaannya. ”Kenapa pada masa Gus Yaqut posisi hilal rendah? Apakah hilal tidak bisa dinaikkan? Adakah hubungan posisi hilal dengan jabatan menteri agama?” tanya wartawan.
Ditanya seperti itu, Mu’ti angkat tangan. ”Saya tidak bisa menjawab pertanyaan wartawan tersebut. Mohon pembaca memberi masukan?” tulis Mu’ti dengan ikon tertawa.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda