Kontroversi Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban

Kamis, 17 Maret 2022 - 15:25 WIB
Abdul Jalil (Foto: Ist)
Abdul Jalil

Widyaiswsara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Kementerian Agama

ADA beberapa hadis yang menjelaskan perihal keutamaan malam Nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Syakban) yang dikutip oleh Utsman bin Hasan bin Ahmad al-Syakir al-Khaubariy dalam kitab Durrat al-Nashihin fi al-Wa’zhi wa al-Irsyad. Hadis-hadis yang populer di kalangan masyarakat muslim itu antara lain:

“Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ia berkata: Rasulullah saw telah bersabda: Jibril mendatangiku pada malam Nishfu Sya’ban dan ia berkata: wahai Muhammad, ini adalah malam yang di dalamnya dibukakan pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat. Karena itu bangun dan salatlah serta angkatlah kepala dan kedua tanganmu ke langit. Lalu aku bertanya, wahai Jibril, malam apakah ini? Jibril menjawab, ini adalah malam yang di dalamnya dibukakan tiga ratus pintu rahmat. Allah SWT akan mengampuni semua orang yang tidak berbuat kemusyrikan, kecuali tukang sihir, dukun (yang mengaku tahu perihal gaib), orang yang suka bermusuhan, peminum khamr, pelaku zina, pemakan riba, orang yang durhaka kepada kedua orang tua, orang yang suka mengadu domba, dan yang memutuskan silaturahmi. Sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni oleh Allah hingga bertobat dan meninggalkan seluruh perbuatan tercela yang telah disebutkan.



Kemudian Nabi saw keluar, beliau salat dan menangis dalam sujudnya sambil berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari siksa dan murka-Mu serta aku tidak menghitung pujian atas-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu, segala puji milik-Mu hingga Engkau rida” (Utsman bin Hasan bin Ahmad al-Syakir al-Khaubariy, Durrat al-Nashihin fi al-wa’zhi wa al-Irsyad, Beirut: Dar al-Fikr, tth., h. 218).

Diceritakan pula oleh Ali karramallahu wajhah tentang penegasan Rasulullah saw agar memperhatikan malam Nishfu Sya’ban sebagai berikut: “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, maka bangunlah kalian pada malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia di saat itu sejak matahari terbenam sampai terbit fajar seraya berfirman: siapa saja yang meminta, pasti Aku akan memberi; siapa saja yang memohon ampun, pasti Aku akan mengampuni; dan siapa saja yang memohon dikaruniai rezeki, pasti Aku menganugerahkannya” (Al-Khaubariy, 233).

Syekh Mansur Ali Nashif mengatakan bahwa sanad hadis yang diceritakan sahabat Ali ra itu digolongkan daif (lemah). Mansur Ali Nashif adalah seorang ulama terkemuka Al-Azhar di Kairo. Analisis terhadap kedaifan hadis yang bersumber dari sahabat Ali ditulisnya dalam kitab Al-Taj jilid 2, hlm. 93. Karenanya hadis-hadis mengenai keutamaan malam Nishfu Sya’ban tidak dapat dijadikan dasar hukum. Meski demikian, sepanjang hadis yang bersangkutan bersifat al-targhib atau dorongan agar gemar melakukan amal saleh, hal itu dianggap baik untuk dikerjakan. Pendapat ini didukung oleh golongan mayoritas ulama.

Pandangan Ulama

Di kalangan ulama terjadi perbedaan pandangan (khilafiyah), apakah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berbagai aktivitas keagamaan seperti salat sunat, membaca Surat Yasin, dan zikir secara berjamaah di masjid-masjid maupun musala-musala termasuk ibadah atau bidah?
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More