Tekad KSAD Dudung Jadi Tentara Makin Kuat Setelah Klepon Jualannya Ditendang Tamtama
Rabu, 09 Maret 2022 - 13:40 WIB
Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ) Jenderal TNI Dudung Abdurachman punya alasan kuat memilih menjadi tentara. Selain tentu saja gagah membanggakan, ada dorongan pribadi yang membuat Dudung masuk pendidikan militer.
Dia masih ingat sang ayah meninggal dunia ketika dirinya baru menginjak usia 12 tahun. Praktis, tinggalah ibunya seoragg diri bersama delapan orang anak. Kala itu dia berpikir untuk mengangkat ekonomi keluarga bagaimana pun caranya.
Akhirnya, menjadi loper koran dan berjuakan kue kelepon dipilihnya. "Saya berpikir waktu itu bagaimana harus menopang ekonomi, sementara saya itu ya juga harus sekolah," kata Dudung saat memberi kuliah umum di Universitas Andalaa bertajuk 'Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka' secara daring, Rabu (9/3/2022).
Sejak waktu subuh hingga pukul 08.00 pagi dia berjualan koran dan kelepon, sebab pada siang hari dia harus bersekolah. Dua jenis dagangan itu dia jajakan di beberapa lokasi di Bandung, seperti Kodam III Siliwangi dan Taman Lalu Lintas.
Ketika hendak masuk ke wilayah Kodam, dia melewati pos penjagaan seraya mengucap permisi. Hal itu rutin dilakukannya. Akan tetapi, secara tetiba seorang tamtama yang sedang berjaga memanggilnya dan eranjak dari tempat jaga.
Dia menanyakan mengapa Dudung kecil tidak melapor terlebih dulu apa keperluannya masuk. Menurut dia, hal itu tidak perlu dia lakukan lantaran rutinitas mengantar kelepon dilakukannya tiap pagi.
"Rupayanya Tamtama yang jaga pos itu Tamtama baru. Karena saya pikir sudah biasa, jadi saya lewat aja. 'Eh sini kamu', dia turun dari penjagaan sambil bawa senjata ditanya 'kenapa kamu enggak laporan?'," jelas Dudung sambil menirukan perkataan personel yang berjaga.
Tanpa basa-basi, puluhan kelepon dagangan yang dibawanya langsung ditendang hingga jatuh berserakan. "Akhirnya ditendang itu piring berisi kelepon, isinya ada 55 jatuh semua gelinding," ungkapnya.
Saat itu, dirinya bangkit. Lantas dia bertekad untuk tidak melakukan hal serupa ketika berhasil lulus menjadi seorang perwira. "Di situ saya bangkit, wah awas nanti saya jadi perwira, masuk AKABRI. Tekad saya ya, tentara tidak boleh menganiaya rakyat," ujarnya
Dia masih ingat sang ayah meninggal dunia ketika dirinya baru menginjak usia 12 tahun. Praktis, tinggalah ibunya seoragg diri bersama delapan orang anak. Kala itu dia berpikir untuk mengangkat ekonomi keluarga bagaimana pun caranya.
Akhirnya, menjadi loper koran dan berjuakan kue kelepon dipilihnya. "Saya berpikir waktu itu bagaimana harus menopang ekonomi, sementara saya itu ya juga harus sekolah," kata Dudung saat memberi kuliah umum di Universitas Andalaa bertajuk 'Penguatan Wawasan Kebangsaan dalam Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka' secara daring, Rabu (9/3/2022).
Sejak waktu subuh hingga pukul 08.00 pagi dia berjualan koran dan kelepon, sebab pada siang hari dia harus bersekolah. Dua jenis dagangan itu dia jajakan di beberapa lokasi di Bandung, seperti Kodam III Siliwangi dan Taman Lalu Lintas.
Ketika hendak masuk ke wilayah Kodam, dia melewati pos penjagaan seraya mengucap permisi. Hal itu rutin dilakukannya. Akan tetapi, secara tetiba seorang tamtama yang sedang berjaga memanggilnya dan eranjak dari tempat jaga.
Dia menanyakan mengapa Dudung kecil tidak melapor terlebih dulu apa keperluannya masuk. Menurut dia, hal itu tidak perlu dia lakukan lantaran rutinitas mengantar kelepon dilakukannya tiap pagi.
"Rupayanya Tamtama yang jaga pos itu Tamtama baru. Karena saya pikir sudah biasa, jadi saya lewat aja. 'Eh sini kamu', dia turun dari penjagaan sambil bawa senjata ditanya 'kenapa kamu enggak laporan?'," jelas Dudung sambil menirukan perkataan personel yang berjaga.
Tanpa basa-basi, puluhan kelepon dagangan yang dibawanya langsung ditendang hingga jatuh berserakan. "Akhirnya ditendang itu piring berisi kelepon, isinya ada 55 jatuh semua gelinding," ungkapnya.
Saat itu, dirinya bangkit. Lantas dia bertekad untuk tidak melakukan hal serupa ketika berhasil lulus menjadi seorang perwira. "Di situ saya bangkit, wah awas nanti saya jadi perwira, masuk AKABRI. Tekad saya ya, tentara tidak boleh menganiaya rakyat," ujarnya
(muh)
tulis komentar anda