Dikepung Musuh, Perwira Pasukan Khusus TNI AU Ini Gugur dalam Operasi Serigala di Papua

Minggu, 06 Maret 2022 - 05:31 WIB
Tanpa rasa curiga, Manuhua dan pasukannya pindah ke tempat baru. Di rumah tersebut telah disediakan pisang dan sagu. Mereka baru menyadari jika itu jebakan setelah salah seorang anggotanya mengintip dari celah-celah dinding dan mendapati beberapa tentara Belanda tengah mendekati rumah.

Mengetahui musuh datang, Manuhua kemudian maju mengambil pistolnya, begitu juga dengan anak buahnya. Ketika pasukan PGT belum siap sepenuhnya, tiba-tiba rumah panggung yang ditempati Manuhua dan pasukannya langsung mendapat tembakan gencar dari segala arah. Saat itu, PU I Sugiyanto gugur seketika, sedangkan Kapten Udara (KU) I Muis mengalami luka tembak di kakinya.

Sementara Manuhua, bersama Sutarmono dan Angkow melompat ke luar ke semak-semak. Saat meloncat keluar, Sutarmono mendapati dua tentara Belanda tepat di depannya tengah menembakkan senjatanya ke suatu sasaran. Dengan gagah berani, Sutarmono menembak kedua tentara musuh tersebut dengan senapan G-3 dan merebut senjata musuh. Senjata Bren berlaras putih itu kemudian digunakan Sutarmono untuk menembak opsir Belanda yang jaraknya hanya beberapa langkah hingga tewas seketika.



Meski kekuatan musuh jauh lebih banyak, namun hal itu tidak membuat gentar Manuhua dan pasukannya. Pertempuran sengit pun terjadi. Di tengah pertempuran, Sutarmono mendapati tangan Manuhua terluka. Melihat banyak anak buahnya yang terluka, Manuhua kemudian memerintahkan Sutarmono untuk meninggalkan tempat tersebut.

Kendati tak tega, Sutarmono kemudian meninggalkan medan pertempuran sambil terus mengawasi komandannya. Saat itu, Sutarmono melihat dengan jelas bagaimana komandan kompinya yang terluka terus ditembaki musuh hingga akhirnya jatuh dan gugur. Sebagai penghargaan atas keberaniannya, nama Manuhua kini diabadaikan sebagai Pangkalan Udara di Biak.

”Saat itu, terdengar dengan jelas pembicaraan tentara Belanda yang mengatakan kalau LU I Manahua dan anak buahnya sudah mati semua kecuali satu yaitu dirinya,” ucapnya dalam buku tersebut.

Untuk menghindari kejaran musuh, Sutarmono bersembunyi di semak-semak. Senjata Bren yang dibawanya dibuang karena berat dan sudah tidak ada pelurunya. Untuk menangkap Sutarmono hidup atau mati, Belanda mengerahkan helikopter. Bahkan, Sutarmono beberapa kali harus tiarap menyusup ke bawah semak-semak dan tidak bergerak sama sekali untuk beberapa lama.

Upaya Sutarmono menghindari kejaran tentara Belanda membuahkan hasil. Dengan kaki hancur Sutarmono terus berjalan dan makan seadanya. Tiga hari kemudian, Sutarmono akhirnya bertemu dengan kelompok kedua yang menyusulnya yakni KU I Supardi.
(cip)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More