Dikepung Musuh, Perwira Pasukan Khusus TNI AU Ini Gugur dalam Operasi Serigala di Papua
Minggu, 06 Maret 2022 - 05:31 WIB
JAKARTA - Pasukan Gerak Tjepat (PGT) kini bernama Komando Pasukan Gerak Cepat ( Kopasgat ) memiliki peran sangat besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sepak terjang pasukan elite TNI Angkatan Udara (AU) ini selalu meninggalkan kisah heroisme di medan pertempuran.
Salah satunya, aksi heroik Mayor Udara (Anm) Lambertus Manuhua dalam Operasi Serigala merebut Irian Barat sekarang bernama Papua. Bersama pasukannya, pria kelahiran Desa Alang, Ambon, Maluku pada 17 Maret 1924 ini mengobrak-abrik pertahanan Belanda.
Dikutip dari buku berjudul “Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala: Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Teminabuan” yang diterbitkan Subdisjarah Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) disebutkan bahwa pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat.
Keputusan ini diambil lantaran Belanda melanggar perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang telah disepakati. Belanda dengan tegas menolak melepas Irian Barat kepada Indonesia. Bahkan, negara Kincir Angin tersebut justru memperkuat pertahanannya dengan mengirimkan pasukan dan persenjataan ke daerah tersebut. Di sisi lain, perjuangan Indonesia di PBB melalui jalur diplomasi pun mengalami jalan buntu.
Pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno memutuskan untuk mengambil opsi jalan lain yakni, operasi militer dengan membentuk Komando Mandala. Soekarno kemudian menunjuk Presiden Soeharto yang saat itu masih berpangkat Brigjen TNI sebagai Panglima Komando Mandala. Pangkatnya pun di naikkan menjadi Mayjen TNI. Sebelum menggelar operasi berskala besar, berbagai operasi infiltrasi digelar. Tujuannya untuk melemahkan kekuatan Belanda.
Panglima Angkatan Udara Mandala (AULA) sekaligus Wakil Panglima II Komando Mandala (Kola) Komodor Udara Leo Wattimena, kemudian menggelar Operasi Serigala dengan menerjunkan pasukan khusus PGT. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Udara (LU) I Lambertus Manuhua, dengan wakilnya yakni, LMU I Suhadi, SMU Soepangat dan SMU Mengko. Selanjutnya, penerjunan akan dilaksanakan pada 15 Mei 1962.
Namun, upaya menerjunkan prajurit dengan kualifikasi khusus Para ini gagal lantaran cuaca buruk. Dua hari kemudian, pada 17 Mei penerjunan baru bisa dilakukan. Tepat pukul 04.00 dini hari sebanyak 119 pasukan Baret Jingga ini diterbangkan dengan menggunakan tiga pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon. Mereka rencananya diterjunkan di daerah Klamono, Sorong .
Salah satunya, aksi heroik Mayor Udara (Anm) Lambertus Manuhua dalam Operasi Serigala merebut Irian Barat sekarang bernama Papua. Bersama pasukannya, pria kelahiran Desa Alang, Ambon, Maluku pada 17 Maret 1924 ini mengobrak-abrik pertahanan Belanda.
Dikutip dari buku berjudul “Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala: Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Teminabuan” yang diterbitkan Subdisjarah Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau) disebutkan bahwa pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk merebut Irian Barat.
Baca Juga
Keputusan ini diambil lantaran Belanda melanggar perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang telah disepakati. Belanda dengan tegas menolak melepas Irian Barat kepada Indonesia. Bahkan, negara Kincir Angin tersebut justru memperkuat pertahanannya dengan mengirimkan pasukan dan persenjataan ke daerah tersebut. Di sisi lain, perjuangan Indonesia di PBB melalui jalur diplomasi pun mengalami jalan buntu.
Pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno memutuskan untuk mengambil opsi jalan lain yakni, operasi militer dengan membentuk Komando Mandala. Soekarno kemudian menunjuk Presiden Soeharto yang saat itu masih berpangkat Brigjen TNI sebagai Panglima Komando Mandala. Pangkatnya pun di naikkan menjadi Mayjen TNI. Sebelum menggelar operasi berskala besar, berbagai operasi infiltrasi digelar. Tujuannya untuk melemahkan kekuatan Belanda.
Panglima Angkatan Udara Mandala (AULA) sekaligus Wakil Panglima II Komando Mandala (Kola) Komodor Udara Leo Wattimena, kemudian menggelar Operasi Serigala dengan menerjunkan pasukan khusus PGT. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Udara (LU) I Lambertus Manuhua, dengan wakilnya yakni, LMU I Suhadi, SMU Soepangat dan SMU Mengko. Selanjutnya, penerjunan akan dilaksanakan pada 15 Mei 1962.
Namun, upaya menerjunkan prajurit dengan kualifikasi khusus Para ini gagal lantaran cuaca buruk. Dua hari kemudian, pada 17 Mei penerjunan baru bisa dilakukan. Tepat pukul 04.00 dini hari sebanyak 119 pasukan Baret Jingga ini diterbangkan dengan menggunakan tiga pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon. Mereka rencananya diterjunkan di daerah Klamono, Sorong .
tulis komentar anda