Waspadai Dampak Ekonomi Perang Rusia-Ukraina
Selasa, 01 Maret 2022 - 12:28 WIB
KONFLIK Rusia-Ukraina yang berujung pada pecahnya perang kedua negara bisa berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Konflik ini langsung berdampak pada naiknya harga minyak dunia. Ini bisa dipahami mengingat Rusia merupakan produsen dan pengekspor minyak terbesar kedua dunia setelah Arab Saudi.
Harga minyak mentah dunia kini tembus USD100 per barel. Melonjaknya harga minyak dunia ini tentu akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia karena kita banyak mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Melonjaknya harga minyak mentah dunia ini diyakini akan menjadi efek domino bagi sektor-sektor lain. Misalnya saja akan menjadi pemicu naiknya harga komoditas karena biaya pengiriman/logistik akan menjadi mahal. Kenaikan berbagai macam barang ini dipastikan akan mendorong laju inflasi.
Kenaikan harga minyak dunia juga akan menyebabkan beban subsidi untuk pembelian minyak mentah semakin berat. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat subsidi energi pada Januari 2022 mencapai Rp10,2 triliun, membengkak lebih dari empat kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Beban subsidi ini akan semakin meningkat manakala harga minyak mentah dunia terus melonjak.
Tak hanya harga minyak, rupiah seperti halnya berbagai mata uang lain di dunia juga tak kebal melawan fluktuasi nilai tukar akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah selanjutnya dari Rusia terhadap Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT sehingga berdampak pada penarikan dana Rusia.
Arus perdagangan Indonesia dengan kedua negara juga akan terganggu. Eskalasi yang memanas dapat menghambat ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina. Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan RI dengan Rusia cukup besar. Nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai USD176,5 juta atau setara Rp2,52 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) per Januari 2022. Angka itu tumbuh hingga 58,69% bila dibandingkan dengan nilai ekspor per Desember 2021 yang hanya USD111,2 juta.
Berbagai komoditas diperdagangkan Indonesia dengan Rusia, antara lain lemak dan minyak hewan, karet, hingga barang dari karet. Untuk lemak dan minyak hewan, nilainya mendominasi produk ekspor Tanah Air yang mencapai USD102,4 juta. Sementara karet dan barang dari karet berkontribusi sebesar USD11,1 juta.
Nilai ekspor Indonesia ke Rusia periode Januari 2022 juga jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Januari 2021 yang naik 60,29%.
Harga minyak mentah dunia kini tembus USD100 per barel. Melonjaknya harga minyak dunia ini tentu akan berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia karena kita banyak mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Melonjaknya harga minyak mentah dunia ini diyakini akan menjadi efek domino bagi sektor-sektor lain. Misalnya saja akan menjadi pemicu naiknya harga komoditas karena biaya pengiriman/logistik akan menjadi mahal. Kenaikan berbagai macam barang ini dipastikan akan mendorong laju inflasi.
Kenaikan harga minyak dunia juga akan menyebabkan beban subsidi untuk pembelian minyak mentah semakin berat. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat subsidi energi pada Januari 2022 mencapai Rp10,2 triliun, membengkak lebih dari empat kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Beban subsidi ini akan semakin meningkat manakala harga minyak mentah dunia terus melonjak.
Tak hanya harga minyak, rupiah seperti halnya berbagai mata uang lain di dunia juga tak kebal melawan fluktuasi nilai tukar akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah selanjutnya dari Rusia terhadap Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT sehingga berdampak pada penarikan dana Rusia.
Arus perdagangan Indonesia dengan kedua negara juga akan terganggu. Eskalasi yang memanas dapat menghambat ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina. Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan RI dengan Rusia cukup besar. Nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai USD176,5 juta atau setara Rp2,52 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) per Januari 2022. Angka itu tumbuh hingga 58,69% bila dibandingkan dengan nilai ekspor per Desember 2021 yang hanya USD111,2 juta.
Berbagai komoditas diperdagangkan Indonesia dengan Rusia, antara lain lemak dan minyak hewan, karet, hingga barang dari karet. Untuk lemak dan minyak hewan, nilainya mendominasi produk ekspor Tanah Air yang mencapai USD102,4 juta. Sementara karet dan barang dari karet berkontribusi sebesar USD11,1 juta.
Nilai ekspor Indonesia ke Rusia periode Januari 2022 juga jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan Januari 2021 yang naik 60,29%.
Lihat Juga :
tulis komentar anda