Romantis, Master Intelijen Ini Rela Menyiapkan Air Hangat untuk Merendam Kaki Pujaan Hati

Minggu, 27 Februari 2022 - 11:05 WIB
"Dulu kan lagunya itu-itu saja, kita dengar lagu-lagunya dari piringan hitam punya kakek dia," tutur Hendro yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini.

Dari Medan Perang ke Es Mambo

Tati langsung mendapatkan ujian pertama setelah menikah dengan Hendropriyono. Baru beberapa hari, ia ditinggal sang suami ke Bandung untuk mengikuti masa persiapan sekolah intelijen di Australia. Saat Hendro berangkat ke Australia, Tati yang sedang mengandung anak pertamanya, juga harus sendirian selama 6 bulan.

"Kita komunikasi cuma pakai surat-surat, jadi masih kayak orang pacaran aja rasanya," tutur wanita tegar ini.

Ujian selanjutnya, ketika Tati baru sebulan melahirkan anak kedua. Dia dikabari bahwa suami tercinta mengalami luka serius saat bertugas di Kalimantan Utara. Karena khawatir, dia memohon untuk diizinkan menyusul suami ke medan perang.

"Jadi, satu-satunya istri yang ikut operasi di Kalimantan Utara waktu itu, cuma saya," kata wanita yang mengaku tak memiliki hobi belanja ini.

Berada di daerah operasi bersama para tentara membuat Tati tak tenang. Pada hari pertama, ia tak bisa tidur karena Kalimantan Utara waktu itu masih seperti hutan rimba. Tati waswas ada binatang buas yang tiba-tiba menyerangnya.

Beruntung Tati adalah wanita yang kuat dan cepat beradaptasi. Tak butuh waktu lama, ia cepat menguasai keadaan. Tati berbaur dengan lingkungan masyarakat, memahami adat istiadat dan kebiasaan warga setempat. Sikap rendah hati pun selalu diterapkan dalam kehidupan sosial. Tati tak ragu untuk berbagi dengan orang-orang di lingkungannya, termasuk makanan. "Kalau uangnya cuma bisa untuk beli ikan teri dan sayur kangkung, kita masak dan makan sama-sama," katanya.

Wanita kelahiran Magelang, Jawa Tengah itu juga memperhatikan para wanita yang baru melahirkan. Dia memasakkan ayam arak, makanan lokal yang biasa disajikan untuk wanita yang baru melahirkan. Meski awalnya tanya sana-sani cara membuat ayam arak, akhirnya Tati mahir memasaknya.

Pergaulan yang luwes dengan masyarakat membuat Tati banyak mendapatkan informasi selama lima bulan mendampingi Hendropriyono di medan operasi.

Sebagai istri seorang prajurit, Tati telah siap untuk tinggal di mana saja. Termasuk ketika Hendropriyono ditugaskan kembali di Jakarta. Mereka mendapatkan tempat tinggal berupa satu kamar dengan satu tempat tidur di kawasan Cimanggis. "Kita tidur dengan penerangan lampu tempel, waktu bangun hidungnya hitam semua," kata Hendro yang dijuluki The Master of Intelligence ini.

Keadaan sedikit membaik ketika Hendropriyono mendapatkan rumah dinas pertama di Cijantung, Jakarta Timur. Namun kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat Tati harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan sampingan.

Ia pun meniru tetangganya membuat kolam ikan di halaman rumah belakang. Setelah 2-3 bulan, ikan-ikan itu bisa dijadikan lauk untuk makan sehari-hari. Selain itu, Tati juga memanfaatkan lahan kosong dengan menanam beragam sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Waktu itu muncul tren ibu-ibu berjualan es mambo untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Tati pun tanpa ragu mengikutinya. Di sela mengurus rumah dan dua anak yang masih kecil, Tati menjual es mambo dengan menitipkan ke warung-warung. Es mambo buatan Tati laris manis karena memiliki keunggulan dibandingkan es mambo lainnya.

"Es mambo orang lain kan cuma air dikasih sirup. Kalau saya manfaatkan buah dari pohon nangka, alpukat, dan sirsak di belakang rumah. Jadi yang paling laku es mambo saya," kata Tati sambil menerawang ke era 1980-an.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More