Aturan Pengeras Suara Masjid Sama Seperti di Arab Saudi dan Malaysia
Senin, 21 Februari 2022 - 17:26 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadizily menyatakan dukungannya terhadap penerbitan pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala. Menurutnya, hal ini telah diberlakukan di sejumlah negara muslim, seperti Arab Saudi dan Malaysia.
Ace berpandangan bahwa sudah saatnya aturan soal penggunaan pengeras suara di masjid dan musala ini diperbaharui. Aturan soal ini sesungguhnya sudah lama dibuat oleh Kementerian Agama sejak 1978.
"Di beberapa negara muslim seperti Arab Saudi, Malaysia dan negara lainnya soal pengeras suara ini ada aturannya," kata Ace saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (21/2/2022).
Politikus Golkar itu pun menyinggung soal pengaturan volume 100 dB yang tengah menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Menurutnya, hal ini pastinya sudah melalui kajian yang mendalam dari Kementerian Agama. "Prinsipnya, pengeras suara itu harus menjaga suasana kenyamanan semua pihak. Kita harus menghargai antara sesama kita," ujarnya.
Sementara, soal pengaturan suara yang bagus atau tidak sumbang dan menggunakan pelafalan yang baik dan benar, Ace mengira hal ini sudah seharusnya dilakukan. "Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan kita untuk mengumandangkan suara adzan dengan suara yang indah dan benar," katanya.
Dikutip dari situs resmi Dirjen Bimas Islam Kemenag, pada 1978 Dirjen Bimas Islam, Kemenag, telah mengeluarkan Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978 tentang Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Musala. Dalam surat yang ditandatangani Kafrawi, Dirjen Bimas Islam saat itu, terdapat sejumlah aturan mengenai pengunaan pengeras suara di masjid, langgar, atau musala. Berikut aturan lengkapnya:
Baca juga: Menag Terbitkan Pedoman Penggunaan Pengeras Suara Masjid, Paling Lama 10 Menit Sebelum Azan
1. Perawatan penggunaan pengeras suara yang oleh orang-orang yang terampil dan bukan yang mencoba-coba atau masih belajar. Dengan demikian tidak ada suara bising, berdengung yang dapat menimbulkan antipati atau anggapan tidak teraturnya suatu masjid, langgar, atau musala.
Ace berpandangan bahwa sudah saatnya aturan soal penggunaan pengeras suara di masjid dan musala ini diperbaharui. Aturan soal ini sesungguhnya sudah lama dibuat oleh Kementerian Agama sejak 1978.
"Di beberapa negara muslim seperti Arab Saudi, Malaysia dan negara lainnya soal pengeras suara ini ada aturannya," kata Ace saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (21/2/2022).
Politikus Golkar itu pun menyinggung soal pengaturan volume 100 dB yang tengah menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Menurutnya, hal ini pastinya sudah melalui kajian yang mendalam dari Kementerian Agama. "Prinsipnya, pengeras suara itu harus menjaga suasana kenyamanan semua pihak. Kita harus menghargai antara sesama kita," ujarnya.
Sementara, soal pengaturan suara yang bagus atau tidak sumbang dan menggunakan pelafalan yang baik dan benar, Ace mengira hal ini sudah seharusnya dilakukan. "Nabi Muhammad SAW sendiri mengajarkan kita untuk mengumandangkan suara adzan dengan suara yang indah dan benar," katanya.
Dikutip dari situs resmi Dirjen Bimas Islam Kemenag, pada 1978 Dirjen Bimas Islam, Kemenag, telah mengeluarkan Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978 tentang Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Musala. Dalam surat yang ditandatangani Kafrawi, Dirjen Bimas Islam saat itu, terdapat sejumlah aturan mengenai pengunaan pengeras suara di masjid, langgar, atau musala. Berikut aturan lengkapnya:
Baca juga: Menag Terbitkan Pedoman Penggunaan Pengeras Suara Masjid, Paling Lama 10 Menit Sebelum Azan
1. Perawatan penggunaan pengeras suara yang oleh orang-orang yang terampil dan bukan yang mencoba-coba atau masih belajar. Dengan demikian tidak ada suara bising, berdengung yang dapat menimbulkan antipati atau anggapan tidak teraturnya suatu masjid, langgar, atau musala.
tulis komentar anda