Ramadhan di Rumah, Tetap Jaga Jarak dan Hindari Emosi

Kamis, 23 April 2020 - 23:26 WIB
Berbagai pembatasan untuk mencegah virus Corona tidak boleh menjadi penghalang bagi umat untuk mengisi Ramadhan dengan ibadah wajib dan sunnah. Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Bulan suci Ramadhan 1441 Hijriyah segera tiba. Ramadhan tahun ini akan kehilangan tradisi dan kemeriahan ibadah. Pandemi virus Corona atau Covid-19 membuat kondisi umat Islam tidak boleh menjalankan ibadah dan berbagai tradisi Ramadhan di masjid, tapi harus dilakukan di rumah.

Kendati demikian, berbagai pembatasan itu tidak boleh menjadi penghalang bagi umat untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah wajib dan sunnah.

Selain itu, spirit puasa harus tetap dijadikan ruang untuk melatih diri dengan tetap menjaga jarak dengan nafsu serta menghindari emosi negatif, apalagi melakukan provokasi.



Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas mengatakan dengan berpuasa diharapkan manusia bisa mengendalikan dirinya.

“Bahwa kemudian ada Covid-19 maka menyikapinya harus secara proporsionil. Seperti misalnya untuk mencegah penularan infeksi Covid-19 itu maka dilakukan pembatasan sosial, maka umat Islam pun harus melakukan pembatasan sosial, jangan melanggar,” ujar Hamim Ilyas di Yogyakarta, Kamis (22/4/2020).

Hamim juga mengatakan, organisasi besar seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah pun juga telah mengeluarkan fatwa bahwa untuk Qiyamu Ramadhan atau salat Tarawih di tengah pandemi Corona sebaiknya di rumah.

“Masyarakat harus memperhatikan juga protokol kesehatannya untuk mencegah penularan Covid ini seperti fatwa yang juga telah dikeluarkan oleh MUI dan Muhammadiyah untuk sementara melakukan salat tarawih di rumah,” tutur Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini. ( i)

Hamim mengungkapkan, puasa itu sebetulnya harus ada hasilnya yaitu takwa.“Seperti dalam QS Al-Baqarah Ayat 183 bahwa sebetulnya puasa itu ada hasilnya. Hasilnya adalah la'allakum tattaqun, yaitu takwa. Kalau di dalam Alquran, takwa salah satu pengertiannya adalah prinsip kesadaran. Jadi orang yang melakukan puasa itu supaya berhasil puasanya maka dia harus memiliki kesadaran baru dari puasanya itu,” tuturnya.

Dia melanjutkan, kalau selama ini ada yang kurang bersyukur maka dengan puasa kemudian mendapatkan kesadaran baru, bahwa orang tersebut harus bersyukur dengan anugerah yang diterima. Misalnya seperti mata yang bisa berkedip dimana banyak orang tidak menyadari bahwa mata berkedip itu adalah anugerah yang besar.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More