Spiritual Ramadan dan Tata Kelola Ekonomi

Senin, 20 Maret 2023 - 09:10 WIB
loading...
Spiritual Ramadan dan Tata Kelola Ekonomi
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Ahlan Wa Sahlan Yaa Ramadan, selamat datang wahai Ramadan , bulan yang senantiasa dinanti kehadirannya oleh seluruh umat Islam sedunia. Ramadan menjadi bulan istimewa karena memiliki keutamaan(fadhilah)yang tak dimiliki oleh bulan lainnya.

Ramadan adalah bulan penuh rahmat, bulan penuh ampunan, barokah danghanimah. Dalam hadits disebutkan bahwa tatkala Ramadan tiba, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu, sehingga Ramadan benar-benar menjadi bulan yang ditunggu seluruh muslim di seluruh dunia.

Sebagai muslim, berpuasa selama Ramadan adalah kewajiban sebagaimana diperintahkan di dalam kitab suci (2:183). Secara lahir, puasa (shaum) bisa dimaknai sebagai menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari disertai dengan niat dalam hati.

Artinya, Ramadan mengajarkan kita tentang kejujuran, kepedulian (kepantasan), kepatuhan (disiplin) serta tanggung jawab (sosial), sehingga Ramadan juga dianggap sebagai bulan pembelajaran fisik dan non-fisik (tazkiyatun nafs) untuk menjadikan kita sebagai insan mulia (bagi sesama manusia dan ketuhanan).

Tantangan Ekonomi di Bulan Ramadhan
Konsumsi rumah tangga merupakan komponen penting dalam struktur ekonomi Indonesia. Pasalnya, selama ini konsumsi rumah tangga merupakan penopang utama perekonomian Indonesia yang mampu berkontribusi rata- rata hingga lebih dari 55% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Permintaan masyarakat terhadap sektor riil menjadi kunci dan oleh karena itu pemerintah berupaya mengendalikan inflasi untuk menjaga daya beli. Bagaimana konsumsi rumah tangga selama Ramadan?

Menariknya, empiris menunjukkan selama Ramadan kebutuhan rumah tangga malah melonjak, bahkan konsumsi pangan meningkat, sehingga mendorong naiknya inflasi. Selain itu, dalam satu studi yang pernah dilakukan oleh Nielsen Global Survey juga menyebutkan bahwa momen Lebaran selalu mampu mendongkrak permintaan terhadap barang konsumsi. Permintaan yang tinggi ini tidak hanya terjadi di pasar modern, melainkan juga di pasar-pasar tradisional.

Baca Juga: www.koran-sindo.com

Pada dasarnya, pengeluaran masyarakat yang meningkat lebih banyak dikarenakan aktivitas Ramadan yang bersifat amal berupa meningkatnya infaq,sedekah,serta zakat (termasuk zakat maal) yang mendorong pendapatan masyarakat meningkat, bahkan pendapatan masyarakat 40% terbawah ikut meningkat. Itulah alasan meningkatnya daya beli masyarakat, selain positif, kondisi tersebut membawa efek meningkatnya inflasi yang juga perlu diwaspadai.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1613 seconds (0.1#10.140)