Tim Pemulasaran Jenazah Corona Jalankan Protokol Kesehatan Ketat
Jum'at, 12 Juni 2020 - 16:44 WIB
JAKARTA - Tim pemulasaran jenazah Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Puskes TNI, dr. Reza Ramdhoni menegaskan, pihaknya menjalankan protokol yang sangat ketat untuk mengurusi jenazah positif virus Corona (Covid-19).
(Baca juga: Mencari Format Terbaik Pendidikan di Pesantren dalam Pandemi Corona)
"Jadi memang protokol yang kita jalankan amat sangat ketat," kata Reza Ramdhoni di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6/2020).
(Baca juga: Dokter Reisa Ajak Lawan Covid-19 dengan Rajin Mencuci Tangan)
Reza pun menceritakan bagaimana mengurus pemulasaran jenazah di RSD Wisma Atlet yang sebenarnya tidak dilengkapi dengan ruangan pemulasaran jenazah seperti di rumah sakit pada umumnya.
"Jadi memang namanya saja Rumah Sakit Darurat ya, jadi bukan secara full fasilitas-fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit. Termasuk di dalamnya adalah ruang pemulasaran jenazah bentuknya apartemen lantainya sampai 40," ungkapnya.
Dalam pemulasaran jenazah di RSD Wisma Atlet, Reza mengatakan ia bersama tim dibantu relawan dari Badan Amil Zakat Nasional yang terbiasa mengurus jenazah-jenazah di kondisi bencana dalam kondisi apapun itu. "Nah ini kondisinya jenazah dalam kondisi utuh sebenarnya, tidak tertimpa seperti gempa bumi dan lain-lain. Namun infeksius," ucapnya.
Reza memastikan, pertama yang harus dilakukan dalam pemulasaran jenazah mulai dari safety nya yakni mulai dari pemakaian alat pelindung diri yang benar. “Karena walau bagaimanapun, walaupun itu sudah menjadi jenazah, kita tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan buat diri kita sendiri dalam saat bekerja,” katanya.
Ia mengatakan dalam pemulasaran jenazah dilaksanakan tetap di ruangan dengan tanpa banyak memanipulasi terhadap jenazahnya. Artinya, jelas Reza tidak banyak melakukan pergerakan jenazahnya. “Pertama yakni kita bungkus dengan protokol yang sudah ada ya lapis demi lapis kita desinfektan dan itu kita bawa lewat dengan kantong mayat melalui lift.”
“Jadi memang protokolnya itu sebisa mungkin kedap, kedap terhadap dunia luar karena diharapkan cairan-cairan tubuh yang keluar dari jenazah itu tidak mengalir keluar dan tidak menjadi bahan yang infeksius terhadap dunia luar,” jelas Reza.
Kemudian, Reza menjelaskan langkah pemulasaran selanjutnya yakni dengan menyelubungkan dengan kantong plastik, dan dilakukan desinfektan. “Setelah itu, kita selubungkan dengan kain kafan, kita selubungkan lagi dengan plastik lagi. Nah saat itu sebelum ditutup ke kantong mayat bagi yang muslim kita tayamum kan. Kemudian kita masuk ke kantong jenazah, lalu masuk ke dalam peti dan kita wrapping dan itu desinfektan berkali-kali," jelasnya.
Reza pun menegaskan dengan protokol yang ketat dalam pemulasaran jenazah, dipastikan akan aman dan tidak menginfeksi. "Tentu sudah dalam kondisi yang aman. Insya Allah dalam kondisi aman dan tidak menginfeksi," tegasnya.
(Baca juga: Mencari Format Terbaik Pendidikan di Pesantren dalam Pandemi Corona)
"Jadi memang protokol yang kita jalankan amat sangat ketat," kata Reza Ramdhoni di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (12/6/2020).
(Baca juga: Dokter Reisa Ajak Lawan Covid-19 dengan Rajin Mencuci Tangan)
Reza pun menceritakan bagaimana mengurus pemulasaran jenazah di RSD Wisma Atlet yang sebenarnya tidak dilengkapi dengan ruangan pemulasaran jenazah seperti di rumah sakit pada umumnya.
"Jadi memang namanya saja Rumah Sakit Darurat ya, jadi bukan secara full fasilitas-fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit. Termasuk di dalamnya adalah ruang pemulasaran jenazah bentuknya apartemen lantainya sampai 40," ungkapnya.
Dalam pemulasaran jenazah di RSD Wisma Atlet, Reza mengatakan ia bersama tim dibantu relawan dari Badan Amil Zakat Nasional yang terbiasa mengurus jenazah-jenazah di kondisi bencana dalam kondisi apapun itu. "Nah ini kondisinya jenazah dalam kondisi utuh sebenarnya, tidak tertimpa seperti gempa bumi dan lain-lain. Namun infeksius," ucapnya.
Reza memastikan, pertama yang harus dilakukan dalam pemulasaran jenazah mulai dari safety nya yakni mulai dari pemakaian alat pelindung diri yang benar. “Karena walau bagaimanapun, walaupun itu sudah menjadi jenazah, kita tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan buat diri kita sendiri dalam saat bekerja,” katanya.
Ia mengatakan dalam pemulasaran jenazah dilaksanakan tetap di ruangan dengan tanpa banyak memanipulasi terhadap jenazahnya. Artinya, jelas Reza tidak banyak melakukan pergerakan jenazahnya. “Pertama yakni kita bungkus dengan protokol yang sudah ada ya lapis demi lapis kita desinfektan dan itu kita bawa lewat dengan kantong mayat melalui lift.”
“Jadi memang protokolnya itu sebisa mungkin kedap, kedap terhadap dunia luar karena diharapkan cairan-cairan tubuh yang keluar dari jenazah itu tidak mengalir keluar dan tidak menjadi bahan yang infeksius terhadap dunia luar,” jelas Reza.
Kemudian, Reza menjelaskan langkah pemulasaran selanjutnya yakni dengan menyelubungkan dengan kantong plastik, dan dilakukan desinfektan. “Setelah itu, kita selubungkan dengan kain kafan, kita selubungkan lagi dengan plastik lagi. Nah saat itu sebelum ditutup ke kantong mayat bagi yang muslim kita tayamum kan. Kemudian kita masuk ke kantong jenazah, lalu masuk ke dalam peti dan kita wrapping dan itu desinfektan berkali-kali," jelasnya.
Reza pun menegaskan dengan protokol yang ketat dalam pemulasaran jenazah, dipastikan akan aman dan tidak menginfeksi. "Tentu sudah dalam kondisi yang aman. Insya Allah dalam kondisi aman dan tidak menginfeksi," tegasnya.
(maf)
tulis komentar anda