Gus Yahya: Tema Harlah ke-96 Menyongsong 100 Tahun NU Merawat Jagad Membangun Peradaban
Senin, 31 Januari 2022 - 14:30 WIB
JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) hari ini merayakan Hari Lahir (Harlah) ke-96. Berdasarkan penanggalan Masehi, Harlah NU jatuh pada 31 Januari, namun berdasarkan kalender hijriah, jatuh pada 16 Rajab atau 17 Februari.
“Pelantikan ini kita laksanakan bertepatan tanggal 31 Januari 2022, yang merupakan tanggal lahir NU menurut kalender masehi. Menurut hitungan kalender masehi itu pada hari ini NU berusia 96 tahun. Tetapi kita semua tahu NU, warga jamaah NU juga sangat akrab, bahkan mungkin lebih akrab dengan kalender hijriah. Sedangkan tanggal lahir NU menurut kalender hijriah adalah 16 Rajab. Dan 16 Rajab tahun ini akan bertepatan dengan 17 Februari 2022,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, Senin (31/1/2022).
Maka dari itu dia mengatakan pengukuhan pengurus PBNU yang digelar hari ini sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan harlah NU. Di mana selain pengukuhan akan ada berbagai kegiatan untuk memperingati harlah NU yang digelar mulai 31 Januari hingga 17 Februari 2022 mendatang.
“Kami rancang kegiatan di 4 titik. Selain pengukuhan pada pagi hari ini kami juga merancang untuk menyelenggarakan kegiatan peringatan harlah pada 5 Februari yang akan datang di Labuan Bajo NTT. Kemudian pada 12 dan 13 Februari yang akan datang di Muara Enim dan Palembang Sumatera Selatan. Dan puncaknya nanti 16 dan 17 di Surabaya dan Bangkalan, Jawa timur,” paparnya.
Gus Yahya menjelaskan pada harlah kali ini diambil tema “Menyongsong 100 Tahun NU, Merawat Jagat Membangun Peradaban”. Dia mengatakan tema ini diusung karena keyakinan para pendiri mendirikan NU ini dengan keprihatinan, kepedulian dan cita-cita yang terkait dengan peradaban. “Untuk membangun peradaban itu tidak bisa tidak kita harus merawat jagat,” tuturnya.
Dia mengatakan, merawat jagad sesuai dengan lambang NU yakni adanya bola dunia. Meskipun menurutnya Kiai Ridwan Abdullah sebagai pencipta lambang NU tidak akan spesifik menjelaskan makna lambang tersebut. “Beliau akan dengan sederhana menjawab bahwa itu hasil istikharah dan tidak membuat penjelasan apapun. Kini kami berupaya memaknai gambar jagad itu sebagai tanggung jawab untuk merawat jagad ini,” ujarnya.
Gus Yahya menyebut merawat jagad diartikan dalam dua dimensinya. Pertama, dimensi bumi sebagai tempat hidup. Kedua adalah dimensi tatanan kehidupan di atas bumi.
”Merawat berarti berupaya berjuang untuk terus meningkatkan mengembangkan kualitas dari apa yang kita miliki di bumi ini. Baik sebagai alam maupun tatanan hidup tanpa membuat kerusakan-kerusakan, apa lagi melakukan penghancuran. Hanya dengan cara itu upaya kita membangun peradaban insyaallah akan membawa hasil masa depan peradaban yang lebih baik dan lebih mulia. Bukan hanya untuk NU saja, bukan hanya untuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia saja, tapi untuk peradaban dunia bagi seluruh umat manusia,” katanya.
“Pelantikan ini kita laksanakan bertepatan tanggal 31 Januari 2022, yang merupakan tanggal lahir NU menurut kalender masehi. Menurut hitungan kalender masehi itu pada hari ini NU berusia 96 tahun. Tetapi kita semua tahu NU, warga jamaah NU juga sangat akrab, bahkan mungkin lebih akrab dengan kalender hijriah. Sedangkan tanggal lahir NU menurut kalender hijriah adalah 16 Rajab. Dan 16 Rajab tahun ini akan bertepatan dengan 17 Februari 2022,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, Senin (31/1/2022).
Maka dari itu dia mengatakan pengukuhan pengurus PBNU yang digelar hari ini sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan harlah NU. Di mana selain pengukuhan akan ada berbagai kegiatan untuk memperingati harlah NU yang digelar mulai 31 Januari hingga 17 Februari 2022 mendatang.
“Kami rancang kegiatan di 4 titik. Selain pengukuhan pada pagi hari ini kami juga merancang untuk menyelenggarakan kegiatan peringatan harlah pada 5 Februari yang akan datang di Labuan Bajo NTT. Kemudian pada 12 dan 13 Februari yang akan datang di Muara Enim dan Palembang Sumatera Selatan. Dan puncaknya nanti 16 dan 17 di Surabaya dan Bangkalan, Jawa timur,” paparnya.
Gus Yahya menjelaskan pada harlah kali ini diambil tema “Menyongsong 100 Tahun NU, Merawat Jagat Membangun Peradaban”. Dia mengatakan tema ini diusung karena keyakinan para pendiri mendirikan NU ini dengan keprihatinan, kepedulian dan cita-cita yang terkait dengan peradaban. “Untuk membangun peradaban itu tidak bisa tidak kita harus merawat jagat,” tuturnya.
Dia mengatakan, merawat jagad sesuai dengan lambang NU yakni adanya bola dunia. Meskipun menurutnya Kiai Ridwan Abdullah sebagai pencipta lambang NU tidak akan spesifik menjelaskan makna lambang tersebut. “Beliau akan dengan sederhana menjawab bahwa itu hasil istikharah dan tidak membuat penjelasan apapun. Kini kami berupaya memaknai gambar jagad itu sebagai tanggung jawab untuk merawat jagad ini,” ujarnya.
Gus Yahya menyebut merawat jagad diartikan dalam dua dimensinya. Pertama, dimensi bumi sebagai tempat hidup. Kedua adalah dimensi tatanan kehidupan di atas bumi.
”Merawat berarti berupaya berjuang untuk terus meningkatkan mengembangkan kualitas dari apa yang kita miliki di bumi ini. Baik sebagai alam maupun tatanan hidup tanpa membuat kerusakan-kerusakan, apa lagi melakukan penghancuran. Hanya dengan cara itu upaya kita membangun peradaban insyaallah akan membawa hasil masa depan peradaban yang lebih baik dan lebih mulia. Bukan hanya untuk NU saja, bukan hanya untuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia saja, tapi untuk peradaban dunia bagi seluruh umat manusia,” katanya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda