Jalan Mendaki Pembudayaan Olahraga

Rabu, 26 Januari 2022 - 15:08 WIB
Agus Kristiyanto (Foto: Ist)
Agus Kristiyanto

Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kolumnis Multi-perspektif Keolahragaan, Tim Pengembang Roadmap DBON 2022-2024

MEWUJUDKAN bangsa yang berbudaya olahraga kuat, kini menjadi sebuah orientasi yang “sangat serius” dikemas dan digerakkan dalam sebuah perencanaan strategik. Sebagaimana sudah sangat dipahami oleh khalayak, telah terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 Tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang merupakan wujud ikhtiar pemerintah dalam melakukan review total terhadap ekosistem keolahragaan nasional. Terdapat sebuah keharusan bahwa program pembudayaan olahraga dipastikan pada posisi on the right track untuk melangkah, berlari, dan melompat.

Fleksibilitas, koordinasi, dan endurance pun nampaknya perlu dikerahkan demi memberhasilkan pembudayaan olahraga ke depan. Pasalnya, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai dan juga mencermati kondisi eksisting budaya olahraga, proses memberhasilkan capaian budaya olahraga memang harus melintasi jalan yang mendaki atau menanjak. Setidaknya ada pekerjaan rumah bersama, yakni bagaimana mencapai angka partisipasi 70% pada 2045 dari angka 32% di tahun ini. Juga mewujudkan angka kebugaran 65% pada 2045 dari angka kebugaran 24% di tahun ini. Artinya, pembudayaan olahraga harus melangkah dalam lintasan yang mendaki dan menanjak.

Potret Budaya Olahraga



Budaya olahraga merupakan ekspresi keperilakuan individu dan kolektif yang tak terbatas perwujudannya secara fisik, melainkan juga lengkap akan nilai filosofinya. Olahraga sebagai sebuah budaya akan mewujud sebagai gaya hidup sehat-aktif-produktif yang mengakumulasikan nilai fisik, mental, dan sosial dalam kehidupan keseharian sepanjang hayat. Budaya olahraga merupakan kandungan lengkap olahraga dari sisi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Budaya olahraga berhubungan dengan wujud ekspresi dan partisipasi publik terhadap olahraga, baik secara individu maupun secara kolektif.

Sayangnya, data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia usia 10 tahun ke atas yang rutin berolahraga hanya 27,6%. Masyarakat yang melakukan olahraga tiap hari atau 7 hari per minggu hanya sebesar 6%. Pada umumnya masyarakat melakukan olahraga satu kali per minggu, yakni sebesar 68%. Masyarakat sebagian besar melakukan olahraga pada hari libur, sementara banyak masyarakat yang justru juga tidak bisa melakukan olahraga di hari libur karena aktivitas sosial kemasyarakatan yang lain, atau terhalang oleh sebab-sebab lain. Pembudayaan olahraga memang merupakan wilayah yang multidimensional.

Terdapat kesadaran kolektif yang harus terbangun, terutama berhubungan dengan pemahaman yang sama dalam melihat parameter budaya olahraga di masyarakat. Pada lampiran DBON sudah sangat tersurat bahwa parameter yang digunakan adalah angka partisipasi dan angka kebugaran. Pertama, ukuran partisipasi berolahraga adalah frekuensi aktivitas olahraga per minggu. Individu partisipatif adalah individu yang memiliki “habituasi” olahraga minimal 3 kali per minggunya. Masyarakat partisipatif olahraga adalah masyarakat yang sebagian besar terdiri dari orang-orang partisipatif. Capaian yang akan dituju Indonesia pada 2045, yakni dipatok mencapai 70%. Sementara kondisi eksisting partisipasi rata-rata secara nasional adalah baru 0,328 atau 32,8 %, termasuk dalam kategori rendah.

Kedua, parameter angka kebugaran jasmani masyarakat. Terdapat korelasi yang sangat kuat antara angka partisipasi dan kondisi kebugaran masyarakat. Masyarakat partisipatif merepresentasikan sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup aktif-sehat-produktif (baca: budaya olahraga) yang akan membawa kondisi bugar secara kolektif. Kebugaran jasmani masyarakat menjadi parameter inti dari sebuah “product” atau outcome gaya hidup sehat. Kebugaran masyarakat Indonesia masih dalam kondisi yang jauh dari ideal, rata-rata angka kebugaran kini masih 24%. Menjadi sebuah tantangan tersendiri yang membutuhkan langkah extra-ordinary untuk mewujudkan angka kebugaran 65% pada 2045 nanti.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More