Mungkinkah Rusia Menginvasi Ukraina?
Kamis, 20 Januari 2022 - 13:59 WIB
Asrudin Azwar
Peneliti, Pendiri The Asrudian Center
UKRAINA akhir-akhir ini menjadi sorotan media internasional. Negara bekas pecahan Uni Soviet itu kini telah menjadi objek utama dalam hubungan Rusia dengan Barat setelah penumpukan tentara Rusia di dekat perbatasannya dengan disertai serangkaian ancaman dan pernyataan keras dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kalau merujuk data, Rusia saat ini memang menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina. Amerika Serikat (AS) telah mengatakan pada Jumat (14/1/2022) bahwa pihaknya khawatir Rusia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan invasi jika pendekatan diplomasi gagal memenuhi tujuannya.
Pertanyaannya, mungkinkah Rusia akan senekat itu, melakukan invasi terhadap Ukraina? Kalau menengok ke belakang, mungkin saja invasi dilakukan mengingat Rusia pernah merebut dengan paksa semenanjung Krimea pada 2014 dan mendukung separatis yang memulai konflik di Timur Ukraina (Donbass).
Namun, jawaban pasti atas pertanyaan tersebut, dalam hemat saya, sangat bergantung pada dua faktor: kesejarahan dan geopolitik. Jika Barat sebagai pendukung Ukraina menyepelekan dua faktor ini, Rusia dikhawatirkan menempuh tindakan militer karena sedikitnya opsi yang bisa diambil. Untuk itu, solusi diplomatik menjadi sangat dibutuhkan.
Faktor Kesejarahan
Seperti diketahui, pecahnya Uni Soviet pada 1991 telah membuat Rusia kehilangan kendali atas 14 bekas republik yang sebelumnya dikuasai. Namun, kehilangan Ukraina merupakan yang terburuk. Ukraina yang berbatasan dengan Uni Eropa dan Rusia memiliki ikatan kesejarahan (sosial dan budaya) yang melekat dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di Ukraina.
Keduanya telah dihubungkan sejak abad ke-9 ketika Kyiv menjadi ibu kota negara Rusia kuno. Pada tahun 988 penguasanya, Pangeran Agung Vladimir, memperkenalkan agama Kristen Ortodoks ke Rusia. Dari 1654 Rusia dan Ukraina disatukan oleh perjanjian di bawah pemerintahan Tsar Rusia. Itulah mengapa, banyak orang Rusia merasakan ikatan dengan Ukraina, yang justru tidak mereka rasakan terhadap negara-negara bekas Soviet lainnya di Baltik, Kaukasus, dan Asia Tengah (Mark Trevelyan, 2021).
Peneliti, Pendiri The Asrudian Center
UKRAINA akhir-akhir ini menjadi sorotan media internasional. Negara bekas pecahan Uni Soviet itu kini telah menjadi objek utama dalam hubungan Rusia dengan Barat setelah penumpukan tentara Rusia di dekat perbatasannya dengan disertai serangkaian ancaman dan pernyataan keras dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kalau merujuk data, Rusia saat ini memang menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina. Amerika Serikat (AS) telah mengatakan pada Jumat (14/1/2022) bahwa pihaknya khawatir Rusia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan invasi jika pendekatan diplomasi gagal memenuhi tujuannya.
Pertanyaannya, mungkinkah Rusia akan senekat itu, melakukan invasi terhadap Ukraina? Kalau menengok ke belakang, mungkin saja invasi dilakukan mengingat Rusia pernah merebut dengan paksa semenanjung Krimea pada 2014 dan mendukung separatis yang memulai konflik di Timur Ukraina (Donbass).
Namun, jawaban pasti atas pertanyaan tersebut, dalam hemat saya, sangat bergantung pada dua faktor: kesejarahan dan geopolitik. Jika Barat sebagai pendukung Ukraina menyepelekan dua faktor ini, Rusia dikhawatirkan menempuh tindakan militer karena sedikitnya opsi yang bisa diambil. Untuk itu, solusi diplomatik menjadi sangat dibutuhkan.
Faktor Kesejarahan
Seperti diketahui, pecahnya Uni Soviet pada 1991 telah membuat Rusia kehilangan kendali atas 14 bekas republik yang sebelumnya dikuasai. Namun, kehilangan Ukraina merupakan yang terburuk. Ukraina yang berbatasan dengan Uni Eropa dan Rusia memiliki ikatan kesejarahan (sosial dan budaya) yang melekat dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di Ukraina.
Keduanya telah dihubungkan sejak abad ke-9 ketika Kyiv menjadi ibu kota negara Rusia kuno. Pada tahun 988 penguasanya, Pangeran Agung Vladimir, memperkenalkan agama Kristen Ortodoks ke Rusia. Dari 1654 Rusia dan Ukraina disatukan oleh perjanjian di bawah pemerintahan Tsar Rusia. Itulah mengapa, banyak orang Rusia merasakan ikatan dengan Ukraina, yang justru tidak mereka rasakan terhadap negara-negara bekas Soviet lainnya di Baltik, Kaukasus, dan Asia Tengah (Mark Trevelyan, 2021).
tulis komentar anda