Kenaikan Kasus Omicron 2 Kali dari Delta, Epidemiolog: Puncak Februari atau Maret
Rabu, 12 Januari 2022 - 05:45 WIB
JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman memprediksi, puncak kasus Omicron akan terjadi di bulan Februari atau Maret 2022. Dia menyebut, kenaikan kasus akan dua kali lebih banyak dibandingkan saat Covid-19 varian Delta .
“Dan ingat juga kita negara kepulauan. Jadi mungkin Jawa Bali duluan nanti ada di Sumatera atau Sulawesi. Ini karakteristik geografi kita yang akan mewarnai pola kurva pandemi gelombang ketiga kita. Dan kapannya di Februari atau Maret ini menjadi prediksi paling kuat bisa mencapai kasus sebetulnya bisa lebih banyak dari delta. Bisa dua kali dari delta,” katanya saat dihubungi, Rabu (12/1/2021).
Namun dia menyebut, Indonesia memiliki keterbatasan dalam melakukan deteksi omicron. Sehingga kemungkinan besar kasus yang bakal terdeteksi hanya separuhnya saja.
“Tapi permasalahannya adalah kita terbatas kemampuan menemukan kasus-kasus infeksi ini. Sehingga kalaupun ini pemerintah hanya bisa menemukan ya setengah dari kasus dari puncaknya delta kemarin. Itu karena keterbatasan deteksi yang dimiliki pemerintah. Kecuali ada peningkatan yg agresif dari testing. Dan itu agak sulit menurut saya,” ungkapnya.
Dicky menekankan, kemampuan deteksi menjadi masalah. Menurutnya berbicara varian omicron tidak hanya soal gejala yang ringan dan rendahnya angka kematian yang rendah saja.
“Tapi ini bicara long covid. Sehingga ketika itu tidak bisa kita deteksi, tidak bisa kita temukan cepat sehingga kasus-kasus kontak tidak bisa segera kita tempatkan dalam program isolasi karantina ini menjadi potensi beban atau PR di masa depan. Oleh karena itu harus menjadi perhatian bahwa penemuan kasus menjadi sangat penting,” pungkasnya.
“Dan ingat juga kita negara kepulauan. Jadi mungkin Jawa Bali duluan nanti ada di Sumatera atau Sulawesi. Ini karakteristik geografi kita yang akan mewarnai pola kurva pandemi gelombang ketiga kita. Dan kapannya di Februari atau Maret ini menjadi prediksi paling kuat bisa mencapai kasus sebetulnya bisa lebih banyak dari delta. Bisa dua kali dari delta,” katanya saat dihubungi, Rabu (12/1/2021).
Baca Juga
Namun dia menyebut, Indonesia memiliki keterbatasan dalam melakukan deteksi omicron. Sehingga kemungkinan besar kasus yang bakal terdeteksi hanya separuhnya saja.
“Tapi permasalahannya adalah kita terbatas kemampuan menemukan kasus-kasus infeksi ini. Sehingga kalaupun ini pemerintah hanya bisa menemukan ya setengah dari kasus dari puncaknya delta kemarin. Itu karena keterbatasan deteksi yang dimiliki pemerintah. Kecuali ada peningkatan yg agresif dari testing. Dan itu agak sulit menurut saya,” ungkapnya.
Dicky menekankan, kemampuan deteksi menjadi masalah. Menurutnya berbicara varian omicron tidak hanya soal gejala yang ringan dan rendahnya angka kematian yang rendah saja.
“Tapi ini bicara long covid. Sehingga ketika itu tidak bisa kita deteksi, tidak bisa kita temukan cepat sehingga kasus-kasus kontak tidak bisa segera kita tempatkan dalam program isolasi karantina ini menjadi potensi beban atau PR di masa depan. Oleh karena itu harus menjadi perhatian bahwa penemuan kasus menjadi sangat penting,” pungkasnya.
(mhd)
tulis komentar anda