Cara Instan Pejabat dan Politisi Dongkrak Popularitas
Sabtu, 08 Januari 2022 - 09:30 WIB
Masyarakat yang sudah melek dengan perilaku ini kadang mengkritik secara pedas di medsos. Apalagi jika foto pejabat atau politisi lebih besar atletnya. Pansos sendiri, baik bagi yang melakukan maupun masyarakat, karena citra diri yang yang ditampilkan tidak berkualitas. Sementara masyarakat lebih membutuhkan kerja nyata, jangka panjang, dan terasa langsung bagi kehidupannya.
Suko menerangkan pansos itu dilakukan untuk meneguhkan kembali eksistensi pejabat atau politisi. Masalahnya, ada masyarakat yang sadar dan tidak terhadap pansos tersebut. Bagi yang sadar dan lawan politik kemungkinan akan bertanya kenapa mereka yang tidak ada kaitannya tiba-tiba hadir atau mengucapkan selamat atas sebuah prestasi.
Apalagi jika mereka lebih banyak swafoto di sebuah lokasi bencana. Akan tetapi, momen pansos bisa menjadi menguatkan posisi atau citra pejabat atau politisi di mata pendukungnya. “Meneguhkan ulang. Pansos itu menguatkan di internal, tetapi ada potensi menimbulkan antipati dari luar,” pungkasnya.
Pengamat media sosial dan pendiri Media Kernell Indonesia pengembang aplikasi Drone Emprit Ismail Fahmi mengatakan, seiring dengan masifnya penggunaan media sosial, pasti ikut memunculkan fenomena panjat sosial (pansos) di kalangan penggunanya. Pansos merupakan serangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk mencitrakan dirinya sedemikian rupa, hingga memiliki status sosial yang tinggi.
Bahkan, ada yang melakukannya dengan cukup terencana, masif dan cenderung bombastis. Mereka menghalalkan segala cara untuk menarik perhatian publik, tidak peduli dengan kualitas konten. "Jadi kontennya apa saja yang penting dia jadi menonjol dan berbeda dari yang lain. Menurut saya, mereka yang melakukan pansos ini orang-orang yang cenderung enggak peduli prestasi yang terpenting adalah gratifikasi ketenaran,"jelasnya
Ia pun menilai warganet sudah seharusnya tidak memberikan ruang bagi para pelaku pansos untuk mendapatkan kepopuleran. Lantaran, konten yang mereka hasilkan tidak bermanfaat pada masyarakat dan cenderung negatif. Hal ini dapat dilakukan warganet dengan tidak sembarangan memberikan 'klik menyukai', melainkan memilih konten-konten yang memang memiliki nilai positif dan bermanfaat sehingga layak untuk disukai.
"Orang mungkin mikir 'ah hanya one klik', tetapi kalau dipikir satu klik sangat memberikan dampak. Artinya menunjukkan bahwa media sosial bisa memberikan pengaruh besar untuk menjadikan seseorang populer, kita sebagai pengguna juga harus pintar menggunakan jempol untuk menyukai suatu postingan,"tuturnya.
Selain itu, kecanggihan media sosial saat ini juga memungkinkan seseorang memberikan informasi selengkap-lengkapnya, tanpa harus memikirkan batasan waktu, ruang dan lainnya. Tidak hanya memberikan informasi, media sosial juga dimanfaatkan untuk memperlihatkan sisi lain dari pemiliknya. "Kadang-kadang sisi emosional maupun sisi humanisme dari si tokoh itu dicoba untuk dimaksimalkan secara penuh oleh tim komunikasi ataupun tim pribadinya," tegas Ismail.
Tidak hanya itu saja, penggunaan media sosial saat ini menjadi kemajuan luar biasa dalam mengubah status seseorang. Bahkan, sebagian masyarakat pun menyambut baik adanya media sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi para pemimpin ke publik tersebut. Media sosial juga tidak lagi sebagai sarana komunikasi satu arah, karena sejumlah tokoh politik juga melakukan interaksi kepada audiensnya yaitu dengan membalas sejumlah komentar yang ada.
"Media sosial juga mempunyai kekuatan besar, terlebih jika tokoh tersebut mempunyai banyak pengikut sehingga ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena di media sosial, apa yang kita tulis itu mencerminkan siapa diri kita. Apa yang kita tuliskan itu bisa berdampak kepada mereka yang membacanya. Jadi, menurut saya jejaring sosial merupakan sarana yang efektif untuk mendulang perhatian masyarakat,"ucapnya.
Suko menerangkan pansos itu dilakukan untuk meneguhkan kembali eksistensi pejabat atau politisi. Masalahnya, ada masyarakat yang sadar dan tidak terhadap pansos tersebut. Bagi yang sadar dan lawan politik kemungkinan akan bertanya kenapa mereka yang tidak ada kaitannya tiba-tiba hadir atau mengucapkan selamat atas sebuah prestasi.
Apalagi jika mereka lebih banyak swafoto di sebuah lokasi bencana. Akan tetapi, momen pansos bisa menjadi menguatkan posisi atau citra pejabat atau politisi di mata pendukungnya. “Meneguhkan ulang. Pansos itu menguatkan di internal, tetapi ada potensi menimbulkan antipati dari luar,” pungkasnya.
Pengamat media sosial dan pendiri Media Kernell Indonesia pengembang aplikasi Drone Emprit Ismail Fahmi mengatakan, seiring dengan masifnya penggunaan media sosial, pasti ikut memunculkan fenomena panjat sosial (pansos) di kalangan penggunanya. Pansos merupakan serangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk mencitrakan dirinya sedemikian rupa, hingga memiliki status sosial yang tinggi.
Bahkan, ada yang melakukannya dengan cukup terencana, masif dan cenderung bombastis. Mereka menghalalkan segala cara untuk menarik perhatian publik, tidak peduli dengan kualitas konten. "Jadi kontennya apa saja yang penting dia jadi menonjol dan berbeda dari yang lain. Menurut saya, mereka yang melakukan pansos ini orang-orang yang cenderung enggak peduli prestasi yang terpenting adalah gratifikasi ketenaran,"jelasnya
Ia pun menilai warganet sudah seharusnya tidak memberikan ruang bagi para pelaku pansos untuk mendapatkan kepopuleran. Lantaran, konten yang mereka hasilkan tidak bermanfaat pada masyarakat dan cenderung negatif. Hal ini dapat dilakukan warganet dengan tidak sembarangan memberikan 'klik menyukai', melainkan memilih konten-konten yang memang memiliki nilai positif dan bermanfaat sehingga layak untuk disukai.
"Orang mungkin mikir 'ah hanya one klik', tetapi kalau dipikir satu klik sangat memberikan dampak. Artinya menunjukkan bahwa media sosial bisa memberikan pengaruh besar untuk menjadikan seseorang populer, kita sebagai pengguna juga harus pintar menggunakan jempol untuk menyukai suatu postingan,"tuturnya.
Selain itu, kecanggihan media sosial saat ini juga memungkinkan seseorang memberikan informasi selengkap-lengkapnya, tanpa harus memikirkan batasan waktu, ruang dan lainnya. Tidak hanya memberikan informasi, media sosial juga dimanfaatkan untuk memperlihatkan sisi lain dari pemiliknya. "Kadang-kadang sisi emosional maupun sisi humanisme dari si tokoh itu dicoba untuk dimaksimalkan secara penuh oleh tim komunikasi ataupun tim pribadinya," tegas Ismail.
Tidak hanya itu saja, penggunaan media sosial saat ini menjadi kemajuan luar biasa dalam mengubah status seseorang. Bahkan, sebagian masyarakat pun menyambut baik adanya media sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi para pemimpin ke publik tersebut. Media sosial juga tidak lagi sebagai sarana komunikasi satu arah, karena sejumlah tokoh politik juga melakukan interaksi kepada audiensnya yaitu dengan membalas sejumlah komentar yang ada.
"Media sosial juga mempunyai kekuatan besar, terlebih jika tokoh tersebut mempunyai banyak pengikut sehingga ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena di media sosial, apa yang kita tulis itu mencerminkan siapa diri kita. Apa yang kita tuliskan itu bisa berdampak kepada mereka yang membacanya. Jadi, menurut saya jejaring sosial merupakan sarana yang efektif untuk mendulang perhatian masyarakat,"ucapnya.
tulis komentar anda