Prabowo Kena Tegur Gara-gara Tunjuk Menantu Musuh Soeharto Garap Proyek Den 81 Kopassus
Senin, 27 Desember 2021 - 12:17 WIB
Baca juga: Keajaiban Doa Ibu! Prajurit dari Keluarga Sederhana Ini Sukses Jadi Jenderal Kopassus
"Saya bersikukuh kalau yang salah orang tua, tidak berarti anaknya juga harus ikut dipersalahkan," ucap mantan Pangkostrad ini.
HR Dharsono Melawan Soeharto
Jalan hidup Jenderal Hartono Rekso Dharsono ibarat 'habis terang terbitlah gelap'. Pangdam Siliwangi periode 1966-1969 ini pada mulanya sosok yang berperan besar mendukung Soeharto. Bersama Kemal Idris dan Sarwo Edhie Wibowo, mereka berada di barisan depan mengikis Soekarno yang dianggap 'melenceng' dan memuluskan karier Soeharto untuk meraih kekuasaan.
Namun itu hanya di masa-masa awal Orde Baru. Ketika rezim mulai mapan, HR Dharsono melihat Soeharto justru melenceng. Tentara yang sangat populer di mata rakyat, prajurit, dan mahasiswa itu pun terang-terangan mengoreksi Soeharto.
"Di kalangan TNI AD ada Kelompok Rajawali yang pemukanya antara lain Letjen Kemal Idris, Mayjen HR Dharsono, dan Kol Sarwo Edhie Wibowo," kata mendiang Panglima ABRI Jenderal M Jusuf dalam buku karya Atmadji Sumarkidjo 'Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit'.
Pak Ton, panggilan akrab Dharsono, dan Kemal Idris kelak juga dikenal sebagai salah satu pentolan Petisi 50 bersama sejumlah jenderal purnawirawan lainnya seperti AH Nasution, M Jasin juga Ali Sadikin. Mereka tak gentar menentang Soeharto yang dianggap otoriter.
David Jenkins menyebut kurun 80-an, Soeharto memperlihatkan cara-cara Nixonian (istilah merujuk suatu rezim yang menyalahgunakan kekuasaan dengan segala cara untuk memenangkan pemilihan umum). Soeharto, kata dia, mengejar para musuhnya, sehingga menjadikan mereka kehilangan kehormatan.
"Dharsono dicopot dari posisinya sebagai direktur PT Propelat, perusahaan induk milik Divisi Siliwangi di Jawa Barat," kata Jenkins dalam buku 'Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983'.
"Saya bersikukuh kalau yang salah orang tua, tidak berarti anaknya juga harus ikut dipersalahkan," ucap mantan Pangkostrad ini.
HR Dharsono Melawan Soeharto
Jalan hidup Jenderal Hartono Rekso Dharsono ibarat 'habis terang terbitlah gelap'. Pangdam Siliwangi periode 1966-1969 ini pada mulanya sosok yang berperan besar mendukung Soeharto. Bersama Kemal Idris dan Sarwo Edhie Wibowo, mereka berada di barisan depan mengikis Soekarno yang dianggap 'melenceng' dan memuluskan karier Soeharto untuk meraih kekuasaan.
Namun itu hanya di masa-masa awal Orde Baru. Ketika rezim mulai mapan, HR Dharsono melihat Soeharto justru melenceng. Tentara yang sangat populer di mata rakyat, prajurit, dan mahasiswa itu pun terang-terangan mengoreksi Soeharto.
"Di kalangan TNI AD ada Kelompok Rajawali yang pemukanya antara lain Letjen Kemal Idris, Mayjen HR Dharsono, dan Kol Sarwo Edhie Wibowo," kata mendiang Panglima ABRI Jenderal M Jusuf dalam buku karya Atmadji Sumarkidjo 'Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit'.
Pak Ton, panggilan akrab Dharsono, dan Kemal Idris kelak juga dikenal sebagai salah satu pentolan Petisi 50 bersama sejumlah jenderal purnawirawan lainnya seperti AH Nasution, M Jasin juga Ali Sadikin. Mereka tak gentar menentang Soeharto yang dianggap otoriter.
David Jenkins menyebut kurun 80-an, Soeharto memperlihatkan cara-cara Nixonian (istilah merujuk suatu rezim yang menyalahgunakan kekuasaan dengan segala cara untuk memenangkan pemilihan umum). Soeharto, kata dia, mengejar para musuhnya, sehingga menjadikan mereka kehilangan kehormatan.
"Dharsono dicopot dari posisinya sebagai direktur PT Propelat, perusahaan induk milik Divisi Siliwangi di Jawa Barat," kata Jenkins dalam buku 'Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1983'.
tulis komentar anda