Komunitas NFT Bantu Petani di Masa Pandemi
Senin, 13 Desember 2021 - 12:30 WIB
JAKARTA - Komunitas Non Fungible Token (NFT) di media sosial Meta Forest Society berupaya membangkitkan potensi perempuan di sektor pertanian. Sebagian pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.
Program Manager Meta Forest Society, Tiffany Setiadharma mengatakan, keberadaan NFT yang dimiliki harus punya manfaat buat orang di sekeliling. Melalui program Metaforest dengan HARA, pihaknya berupaya membangkitkan potensi perempuan di sektor pertanian lewat komoditas Jahe dengan PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) sebagai payungnya.
"Kami memiliki kewajiban kepada pemegang NFT untuk memenuhi janji sesuai dengan roadmap kami dan memikirkan cara kreatif serta inovatif lainnya untuk memberikan nilai positif kepada pemegang NFT dan komunitas kami," ujarnya dalam keterangannya dikutip, Senin (13/12/2021).
Baca juga: Komunitas NFT Dorong Pemberdayaan Petani Perempuan Indonesia
Untuk diketahui, NFT mirip dengan aset crypto yang dapat diperjualbelikan, sehingga bisa berpeluang menjadi investasi di sistem blockchain. Pembeda uang crypto dengan NFT ada pada limitasinya. Jika uang crypto berupa koin yang diperdagangkan dengan jumlah tertentu, sedangkan NFT merupakan nilai karya seni digital dengan jumlah terbatas dibandingkan crypto.
Bagaimana NFT membantu kesejahteraan petani? Melalui Hara Token, Meta Forest Society membuktikan bahwa blockchain bisa bermanfaat untuk kepentingan sosial. Dari Hara Token, sekitar 20% pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.
Caranya, token yang ada di Hara Token dikembangkan untuk mendukung pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pertanian dan pangan. Data-data yang dikumpulkan lantas akan disimpan dalam database, lalu dienkripsi dengan sistem blockchain yang dapat ditinjau dan diakses oleh para petani.
Baca juga: Maksimalkan Teknologi Berbasis NFT, Btrips Gandeng NuPlay
Ada lima kategori data yang HARA punya agar bisa digunakan para pengguna. Di antaranya data umum (identitas dan latar belakang petani), data geo tagging, data aktivitas sektor pertanian, data yang terkait dengan ekologi dan terkait pasar, harga, hingga, transaksi hasil panen.
HARA mengklaim kalau data-data yang mereka kumpulkan bisa dimanfaatkan sektor dan industri lain untuk memenuhi target tertentu. Sebagai contoh, lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman usaha kepada petani. Dalam hal ini adalah para petani jahe yang berusaha menghasilkan jahe lokal terbaik dengan harga yang kompetitif di pasaran.
Program Manager Meta Forest Society, Tiffany Setiadharma mengatakan, keberadaan NFT yang dimiliki harus punya manfaat buat orang di sekeliling. Melalui program Metaforest dengan HARA, pihaknya berupaya membangkitkan potensi perempuan di sektor pertanian lewat komoditas Jahe dengan PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) sebagai payungnya.
"Kami memiliki kewajiban kepada pemegang NFT untuk memenuhi janji sesuai dengan roadmap kami dan memikirkan cara kreatif serta inovatif lainnya untuk memberikan nilai positif kepada pemegang NFT dan komunitas kami," ujarnya dalam keterangannya dikutip, Senin (13/12/2021).
Baca juga: Komunitas NFT Dorong Pemberdayaan Petani Perempuan Indonesia
Untuk diketahui, NFT mirip dengan aset crypto yang dapat diperjualbelikan, sehingga bisa berpeluang menjadi investasi di sistem blockchain. Pembeda uang crypto dengan NFT ada pada limitasinya. Jika uang crypto berupa koin yang diperdagangkan dengan jumlah tertentu, sedangkan NFT merupakan nilai karya seni digital dengan jumlah terbatas dibandingkan crypto.
Bagaimana NFT membantu kesejahteraan petani? Melalui Hara Token, Meta Forest Society membuktikan bahwa blockchain bisa bermanfaat untuk kepentingan sosial. Dari Hara Token, sekitar 20% pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.
Caranya, token yang ada di Hara Token dikembangkan untuk mendukung pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pertanian dan pangan. Data-data yang dikumpulkan lantas akan disimpan dalam database, lalu dienkripsi dengan sistem blockchain yang dapat ditinjau dan diakses oleh para petani.
Baca juga: Maksimalkan Teknologi Berbasis NFT, Btrips Gandeng NuPlay
Ada lima kategori data yang HARA punya agar bisa digunakan para pengguna. Di antaranya data umum (identitas dan latar belakang petani), data geo tagging, data aktivitas sektor pertanian, data yang terkait dengan ekologi dan terkait pasar, harga, hingga, transaksi hasil panen.
HARA mengklaim kalau data-data yang mereka kumpulkan bisa dimanfaatkan sektor dan industri lain untuk memenuhi target tertentu. Sebagai contoh, lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman usaha kepada petani. Dalam hal ini adalah para petani jahe yang berusaha menghasilkan jahe lokal terbaik dengan harga yang kompetitif di pasaran.
(abd)
tulis komentar anda