Merawat Kesehatan Mental Penyintas Bencana
Senin, 06 Desember 2021 - 15:15 WIB
Muhammad Iqbal,Ph.D
Psikolog
ERUPSI Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya menimbulkan kerugian dan korban jiwa. Kondisi ini tentu saja menimbulkan tekanan psikologi bagi penyintas, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup membuat mereka hampa dan merasa kehilangan masa depan
Untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis pada penyintas bencana, maka penyintas bukan hanya memerlukan sandang, papan, pangan namun juga dukungan ataupun pertolongan psikologi awal sehingga kesehatan mental penyintas tetap terjaga. Pertolongan awal psikologi dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk relawan, aparat negara, tokoh agama, teman dan keluarga.
Di awal terjadi bencana (tanggap darurat) seperti erupsi gunung semeru, penyintas mengalami kecemasan akan kematian dan muncul rasa bersalah. Selanjutnya di pengungsian mereka juga akan mengalami kesepian dan kebosanan.
Bila tidak segera mendapat pertolongan awal psikologi penyintas bencana biasanya akan mengalami stres pascabencana. Seperti ketakutan yang berlebihan, sulit tidur, sensitif, menarik diri, mudah curiga dan relasi sosial yang buruk bahkan berdampak kepada kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan nyeri
Bentuk pertolongan pertama psikologi yang bisa dilakukan adalah dengan membawa penyintas kepada lokasi yang aman, mememuhi kebutuhan dasar (sandang, papan, pangan) lalu menghubungkan dengan keluarga terdekat agar mereka bisa nyaman. Di samping itu pemberi pertolongan bisa mendengarkan keluhan penyintas serta memberi dukungan, motivasi dan semangat. Bila pemberi pertolongan mendapati penyintas memiliki tekanan psikologis yang berat segera merujuknya kepada tenaga profesional (psikiater dan psikolog)
Di samping itu dukungan psikososial dan spiritual juga bisa dilakukan. Caranya memberi bantuan kebutuhan dasar termasuk juga memberdayakan dalam kegiatan sosial sehingga penyintas merasa dirinya berharga, demikian juga dengan dukungan semangat, mendengarkan, menguatkan, relakasasi, menyediakan informasi, dan memotivasi. Juga aktifitas keagamaan seperti shalat, doa, dzikir, muhasabah, tausiah ringan, shalawat yang bisa menguatkan penyintas dan menerima dengan ikhlas musibah yang terjadi.
Untuk itu ada baiknya relawan yang akan terjun ke lokasi bencana perlu mendapatkan pelatihan Psychological First Aid (PFA) agar bisa mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental kepada penyintas bencana.
Psikolog
ERUPSI Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi dengan tiba-tiba dan tentunya menimbulkan kerugian dan korban jiwa. Kondisi ini tentu saja menimbulkan tekanan psikologi bagi penyintas, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan harta benda, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup membuat mereka hampa dan merasa kehilangan masa depan
Untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis pada penyintas bencana, maka penyintas bukan hanya memerlukan sandang, papan, pangan namun juga dukungan ataupun pertolongan psikologi awal sehingga kesehatan mental penyintas tetap terjaga. Pertolongan awal psikologi dapat diberikan oleh siapa saja, termasuk relawan, aparat negara, tokoh agama, teman dan keluarga.
Di awal terjadi bencana (tanggap darurat) seperti erupsi gunung semeru, penyintas mengalami kecemasan akan kematian dan muncul rasa bersalah. Selanjutnya di pengungsian mereka juga akan mengalami kesepian dan kebosanan.
Bila tidak segera mendapat pertolongan awal psikologi penyintas bencana biasanya akan mengalami stres pascabencana. Seperti ketakutan yang berlebihan, sulit tidur, sensitif, menarik diri, mudah curiga dan relasi sosial yang buruk bahkan berdampak kepada kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan nyeri
Bentuk pertolongan pertama psikologi yang bisa dilakukan adalah dengan membawa penyintas kepada lokasi yang aman, mememuhi kebutuhan dasar (sandang, papan, pangan) lalu menghubungkan dengan keluarga terdekat agar mereka bisa nyaman. Di samping itu pemberi pertolongan bisa mendengarkan keluhan penyintas serta memberi dukungan, motivasi dan semangat. Bila pemberi pertolongan mendapati penyintas memiliki tekanan psikologis yang berat segera merujuknya kepada tenaga profesional (psikiater dan psikolog)
Di samping itu dukungan psikososial dan spiritual juga bisa dilakukan. Caranya memberi bantuan kebutuhan dasar termasuk juga memberdayakan dalam kegiatan sosial sehingga penyintas merasa dirinya berharga, demikian juga dengan dukungan semangat, mendengarkan, menguatkan, relakasasi, menyediakan informasi, dan memotivasi. Juga aktifitas keagamaan seperti shalat, doa, dzikir, muhasabah, tausiah ringan, shalawat yang bisa menguatkan penyintas dan menerima dengan ikhlas musibah yang terjadi.
Untuk itu ada baiknya relawan yang akan terjun ke lokasi bencana perlu mendapatkan pelatihan Psychological First Aid (PFA) agar bisa mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental kepada penyintas bencana.
(poe)
tulis komentar anda